25 C
Medan
Monday, May 6, 2024

Selalu Ada Yang Baru di Tianjin

Foto: Jawa Pos Dahlan Iskan di ruang perawatan Tianjin First Center Hospital (TFCH), Tiongkok. Sejak kemarin Dahlan menjalani serangkaian pemeriksaan di RS tempat dia cangkok hati 10 tahun lalu.
Foto: Jawa Pos
Dahlan Iskan di ruang perawatan Tianjin First Center Hospital (TFCH), Tiongkok. Sejak kemarin Dahlan menjalani serangkaian pemeriksaan di RS tempat dia cangkok hati 10 tahun lalu.

Selalu ada yang baru di rumah sakit ini. Sudah 10 tahun saya selalu kembali ke Tianjin First Center Hospital (TFCH) di bagian utara RRT ini. Sejak saya menjalani transplantasi hati pada tahun 2006 lalu.

Kamis pagi (5/1), saya kembali menjalani serangkaian pemeriksaan di sana. Yang saya lakukan tiap enam bulan sekali dengan sangat disiplin. Kedisiplinan itulah yang ingin saya jaga. Agar bisa tetap hidup sehat. Termasuk agar bisa menjalani, hehehe, sidang pengadilan.

Sebelum jam 5 pagi darah saya sudah diambil. Banyak sekali: 23 tabung. Dari tangan kanan hanya bisa diambil 9 tabung. Darah tidak mau keluar lagi. Pindah tangan kiri. Juga hanya keluar 10 tabung. Pindah tangan kanan lagi, kali ini di dekat pergelangan, 4 tabung. Air seni dan kotoran juga harus ditampung untuk ikut diperiksa.

Pengambilan darah itu memang harus pagi-pagi. Harus sebelum jam 5, saat saya harus minum obat wajib: penekan imunitas. Agar darah yang diperiksa belum tercampur obat.

Dengan risiko tertentu saya harus minum obat penekan imunitas itu. Setiap hari. Sudah 10 tahun. Agar hati yang ditransplankan ke badan saya itu tidak ditolak sistem tubuh saya.

Maka secara teoretis saya ini mudah terkena penyakit. Akibat imunitas yang terus ditekan. Itulah sebabnya, checkup rutin itu harus disiplin. Agar kalau muncul penyakit baru segera bisa diketahui. Misalnya kalau kanker yang dulu mengancam hidup saya itu muncul lagi. Harus sedini mungkin ditangani. Itulah sebabnya mengapa pemeriksaannya memerlukan darah sampai 23 tabung.

Siangnya saya menjalani tiga macam test scan yang berbeda. Dilanjutkan hari ini untuk di-scan bagian tubuh yang lain lagi. Besok masih ada proses berikutnya dan berikutnya lagi.

Dari ruangan saya di lantai 10 rumah sakit ini, saat ini saya bisa melihat sungai depan itu airnya sudah beku. Subuh tadi udara Tianjin memang sudah minus 5 derajat. Tiga hari lagi akan turun salju. Saat itu nanti saya akan bisa melihat orang-orang yang menyeberang sungai dengan jalan kaki di atas air yang sudah keras membeku.

Saya juga akan bisa melihat orang-orang yang duduk di kursi di atas air beku itu untuk memancing. Mereka membuat lubang di permukaan air beku itu untuk menjulurkan tali pancingnya ke dalam air.

Saat menjalani test scan tadi, saya lihat ada yang baru lagi di rumah sakit ini. Di lobi depan area scan/MRI, banyak mesin seperti ATM. Itulah mesin untuk mencetak hasil scan/MRI. Yang mencetak adalah pasiennya sendiri. Atau keluarganya.

Ini menarik. Orang periksa apa saja bisa langsung mencetak sendiri hasilnya. Termasuk mencetak film hasil MRI. Caranya mudah. Pasien mendapatkan barcode saat menjalani scan dan barcode itulah yang dimasukkan dalam area sensor di “mesin ATM” itu.

Foto: Jawa Pos Dahlan Iskan di ruang perawatan Tianjin First Center Hospital (TFCH), Tiongkok. Sejak kemarin Dahlan menjalani serangkaian pemeriksaan di RS tempat dia cangkok hati 10 tahun lalu.
Foto: Jawa Pos
Dahlan Iskan di ruang perawatan Tianjin First Center Hospital (TFCH), Tiongkok. Sejak kemarin Dahlan menjalani serangkaian pemeriksaan di RS tempat dia cangkok hati 10 tahun lalu.

Selalu ada yang baru di rumah sakit ini. Sudah 10 tahun saya selalu kembali ke Tianjin First Center Hospital (TFCH) di bagian utara RRT ini. Sejak saya menjalani transplantasi hati pada tahun 2006 lalu.

Kamis pagi (5/1), saya kembali menjalani serangkaian pemeriksaan di sana. Yang saya lakukan tiap enam bulan sekali dengan sangat disiplin. Kedisiplinan itulah yang ingin saya jaga. Agar bisa tetap hidup sehat. Termasuk agar bisa menjalani, hehehe, sidang pengadilan.

Sebelum jam 5 pagi darah saya sudah diambil. Banyak sekali: 23 tabung. Dari tangan kanan hanya bisa diambil 9 tabung. Darah tidak mau keluar lagi. Pindah tangan kiri. Juga hanya keluar 10 tabung. Pindah tangan kanan lagi, kali ini di dekat pergelangan, 4 tabung. Air seni dan kotoran juga harus ditampung untuk ikut diperiksa.

Pengambilan darah itu memang harus pagi-pagi. Harus sebelum jam 5, saat saya harus minum obat wajib: penekan imunitas. Agar darah yang diperiksa belum tercampur obat.

Dengan risiko tertentu saya harus minum obat penekan imunitas itu. Setiap hari. Sudah 10 tahun. Agar hati yang ditransplankan ke badan saya itu tidak ditolak sistem tubuh saya.

Maka secara teoretis saya ini mudah terkena penyakit. Akibat imunitas yang terus ditekan. Itulah sebabnya, checkup rutin itu harus disiplin. Agar kalau muncul penyakit baru segera bisa diketahui. Misalnya kalau kanker yang dulu mengancam hidup saya itu muncul lagi. Harus sedini mungkin ditangani. Itulah sebabnya mengapa pemeriksaannya memerlukan darah sampai 23 tabung.

Siangnya saya menjalani tiga macam test scan yang berbeda. Dilanjutkan hari ini untuk di-scan bagian tubuh yang lain lagi. Besok masih ada proses berikutnya dan berikutnya lagi.

Dari ruangan saya di lantai 10 rumah sakit ini, saat ini saya bisa melihat sungai depan itu airnya sudah beku. Subuh tadi udara Tianjin memang sudah minus 5 derajat. Tiga hari lagi akan turun salju. Saat itu nanti saya akan bisa melihat orang-orang yang menyeberang sungai dengan jalan kaki di atas air yang sudah keras membeku.

Saya juga akan bisa melihat orang-orang yang duduk di kursi di atas air beku itu untuk memancing. Mereka membuat lubang di permukaan air beku itu untuk menjulurkan tali pancingnya ke dalam air.

Saat menjalani test scan tadi, saya lihat ada yang baru lagi di rumah sakit ini. Di lobi depan area scan/MRI, banyak mesin seperti ATM. Itulah mesin untuk mencetak hasil scan/MRI. Yang mencetak adalah pasiennya sendiri. Atau keluarganya.

Ini menarik. Orang periksa apa saja bisa langsung mencetak sendiri hasilnya. Termasuk mencetak film hasil MRI. Caranya mudah. Pasien mendapatkan barcode saat menjalani scan dan barcode itulah yang dimasukkan dalam area sensor di “mesin ATM” itu.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/