31 C
Medan
Saturday, May 25, 2024

Hitam dan Keriting Berbahasa Mandarin

Semula, calon mahasiswa memang lebih banyak dari Jawa Timur. Lama-lama sampai Kalimantan, Sulawesi, dan Papua. Saya kaget ketika ikut menari bersama anak-anak muda berkulit hitam dan berambut keriting itu. Mereka nyambung saat saya ajak berbahasa Mandarin.

Andre Soe yang belakangan bergabung ke ITCC seperti kitiran saja: tidak pernah berhenti keliling daerah. Ke perbatasan-perbatasan. Bahkan, tahun ini calon mahasiswa terbanyak berasal dari provinsi baru, Kalimantan Utara. Sebanyak 68 orang. Gubernurnya sendiri, Irianto Lambrie, ikut mengantar mereka ke Surabaya. Beberapa orang berasal dari suku Dayak di perbatasan dengan Sabah dan Sarawak. Atau dari Pulau Nunukan dan Sebatik yang belahan utara pulau itu masuk wilayah Malaysia.

Yang meningkat drastis juga calon mahasiswa dari pesantren. Mulai Amanatul Ummah Mojokerto, Nurul Jadid Probolinggo, Bumi Sholawat Sidoarjo, hingga yang fenomenal dari SMA NU 1 Gresik.

Tahun ini ada bintang baru: Sambas (Kalbar). Bupatinya bernama H. Atbah Romin Suhaili. Bupati Suhaili sangat antusias untuk mengirim putra daerahnya kuliah di Tiongkok. Biar masa depan Sambas cemerlang, katanya. Pak Bupati ini lulusan pesantren, kuliah S-1 nya di Madinah, Arab Saudi, dan satu-satunya bupati di Indonesia yang hafal Alquran. Tapi, begitu antusiasnya bupati ini, sampai dia sendiri yang mengantarkan calon-calon mahasiswa dari Sambas itu ke Surabaya.

Ibu Sinta Nuriyah Abdurrahman Wahid pun dengan bersemangat ikut hadir di acara pemberangkatan mereka pekan lalu. Maka, beliau pun berkomentar saat makan malam di rumah saya setelah acara itu, ”Jangan kaget kalau kelak ke pesantren atau ketemu orang Papua bicaranya Mandarin.” (*)

Semula, calon mahasiswa memang lebih banyak dari Jawa Timur. Lama-lama sampai Kalimantan, Sulawesi, dan Papua. Saya kaget ketika ikut menari bersama anak-anak muda berkulit hitam dan berambut keriting itu. Mereka nyambung saat saya ajak berbahasa Mandarin.

Andre Soe yang belakangan bergabung ke ITCC seperti kitiran saja: tidak pernah berhenti keliling daerah. Ke perbatasan-perbatasan. Bahkan, tahun ini calon mahasiswa terbanyak berasal dari provinsi baru, Kalimantan Utara. Sebanyak 68 orang. Gubernurnya sendiri, Irianto Lambrie, ikut mengantar mereka ke Surabaya. Beberapa orang berasal dari suku Dayak di perbatasan dengan Sabah dan Sarawak. Atau dari Pulau Nunukan dan Sebatik yang belahan utara pulau itu masuk wilayah Malaysia.

Yang meningkat drastis juga calon mahasiswa dari pesantren. Mulai Amanatul Ummah Mojokerto, Nurul Jadid Probolinggo, Bumi Sholawat Sidoarjo, hingga yang fenomenal dari SMA NU 1 Gresik.

Tahun ini ada bintang baru: Sambas (Kalbar). Bupatinya bernama H. Atbah Romin Suhaili. Bupati Suhaili sangat antusias untuk mengirim putra daerahnya kuliah di Tiongkok. Biar masa depan Sambas cemerlang, katanya. Pak Bupati ini lulusan pesantren, kuliah S-1 nya di Madinah, Arab Saudi, dan satu-satunya bupati di Indonesia yang hafal Alquran. Tapi, begitu antusiasnya bupati ini, sampai dia sendiri yang mengantarkan calon-calon mahasiswa dari Sambas itu ke Surabaya.

Ibu Sinta Nuriyah Abdurrahman Wahid pun dengan bersemangat ikut hadir di acara pemberangkatan mereka pekan lalu. Maka, beliau pun berkomentar saat makan malam di rumah saya setelah acara itu, ”Jangan kaget kalau kelak ke pesantren atau ketemu orang Papua bicaranya Mandarin.” (*)

Artikel Terkait

Debat

Kisah Ikan Eka

Guo Nian

Sarah’s Bag Itu

Freeport

Terpopuler

Artikel Terbaru

/