26.7 C
Medan
Tuesday, May 14, 2024

Loyalitas Jalan Kebun Sirihnya Trump

Itulah perjalanan karir Cohen. Yang sudah 10 tahun menjadi pengacara Trump. Yang pernah bersumpah untuk pasang badan. Demi melindungi Trump. Yang pernah mengatakan badannya siap ditembus peluru. Demi menyelamatkan Trump.

Tapi Cohen merasa tidak mendapat perlindungan dari Trump. Bahkan uangnya habis dalam proses perkara ini. Tanpa ada bantuan dari Trump.

Di lain pihak Cohen memang terjepit bukti. Tidak bisa mengelak. Pembicaraan teleponnya terekam. Dokumen elektroniknya disita. Dokumen tertulisnya diangkut. Saat kantornya digeledah FBI.

Cohen menyerah. Mengaku bersalah. Demi mendapat keringanan hukuman.  Tidak bisa lagi memenuhi sumpahnya. Merelakan Trump panik sendiri.

”Bagaimana seorang presiden yang begini hebat akan dijatuhkan,” kata Trump. Yang memang sudah biasa bicara penuh busa.

Washington Post terus mencatat busa-busa dari mulut seperti itu. Selama jadi presiden sudah 3.251 kali. Trump mengucapkan kebohongan. Atau berbau kebohongan. Atau sejenis busa.

Teman-teman Cohen kini membuka dompet. Di internet. Ingin meringankan beban keuangannya. Sudah terkumpul 125.000 dolar.

Saya lihat daftar sumbangan itu. Banyak yang hanya menyumbang 5 dolar. Eh, ternyata 5 dolar itu sekarang sudah sebesar Rp 75 ribuan ya.

Padahal Cohen sejak awal sudah nge-fans pada Trump. Sesama orang New York. Ia sampai dua kali membaca buku Trump: Art of Negosiation. Dan mengaguminya.

Trump memang terkenal ahli negosiasi. Alias punya jiwa mentolo. Kalau perlu dengan cara mengancam. Injak kaki. Somasi. Bahkan ke pengadilan.

Bisa kita lihat jejaknya. Sampai sekarang: caranya nego dengan Tiongkok. Atau dengan Iran. Juga dengan Turki. Dan dengan siapa saja.

Mungkin Cohen kini merasakan sendiri. Kehebatan idolanya itu. Cohen sudah harus tahu itu.

Sejak awal jadi pengacara Cohen sudah sewa kantor di gedung Trump. Lalu berada di pihak Trump. Saat pemilik gedung lagi bersengketa dengan tenant.

Sejak itulah Trump terpikat pada Cohen. Dan Cohen bersuka cita. Bisa dipercaya oleh idolanya. Jadilah Cohen pengacara Trump. Bahkan menjadi direktur yayasan Trump. Dan beberapa jabatan lagi.

Kini Trump boleh khawatir. Orang kepercayaannya sudah cari selamat sendiri.

Mestinya Trump lebih khawatir lagi. Betapa banyak rahasia Trump yang ada di tangan Cohen. Tak terkirakan.

Cohen memang loyal pada Trump. Tapi Trump ternyata tidak loyal pada Cohen. Mungkin karena merasa sudah membayarnya.

Loyalitas Cohen ternyata loyalitas Jalan Kebun Sirih: loyalitas satu arah. (dahlan iskan)

Itulah perjalanan karir Cohen. Yang sudah 10 tahun menjadi pengacara Trump. Yang pernah bersumpah untuk pasang badan. Demi melindungi Trump. Yang pernah mengatakan badannya siap ditembus peluru. Demi menyelamatkan Trump.

Tapi Cohen merasa tidak mendapat perlindungan dari Trump. Bahkan uangnya habis dalam proses perkara ini. Tanpa ada bantuan dari Trump.

Di lain pihak Cohen memang terjepit bukti. Tidak bisa mengelak. Pembicaraan teleponnya terekam. Dokumen elektroniknya disita. Dokumen tertulisnya diangkut. Saat kantornya digeledah FBI.

Cohen menyerah. Mengaku bersalah. Demi mendapat keringanan hukuman.  Tidak bisa lagi memenuhi sumpahnya. Merelakan Trump panik sendiri.

”Bagaimana seorang presiden yang begini hebat akan dijatuhkan,” kata Trump. Yang memang sudah biasa bicara penuh busa.

Washington Post terus mencatat busa-busa dari mulut seperti itu. Selama jadi presiden sudah 3.251 kali. Trump mengucapkan kebohongan. Atau berbau kebohongan. Atau sejenis busa.

Teman-teman Cohen kini membuka dompet. Di internet. Ingin meringankan beban keuangannya. Sudah terkumpul 125.000 dolar.

Saya lihat daftar sumbangan itu. Banyak yang hanya menyumbang 5 dolar. Eh, ternyata 5 dolar itu sekarang sudah sebesar Rp 75 ribuan ya.

Padahal Cohen sejak awal sudah nge-fans pada Trump. Sesama orang New York. Ia sampai dua kali membaca buku Trump: Art of Negosiation. Dan mengaguminya.

Trump memang terkenal ahli negosiasi. Alias punya jiwa mentolo. Kalau perlu dengan cara mengancam. Injak kaki. Somasi. Bahkan ke pengadilan.

Bisa kita lihat jejaknya. Sampai sekarang: caranya nego dengan Tiongkok. Atau dengan Iran. Juga dengan Turki. Dan dengan siapa saja.

Mungkin Cohen kini merasakan sendiri. Kehebatan idolanya itu. Cohen sudah harus tahu itu.

Sejak awal jadi pengacara Cohen sudah sewa kantor di gedung Trump. Lalu berada di pihak Trump. Saat pemilik gedung lagi bersengketa dengan tenant.

Sejak itulah Trump terpikat pada Cohen. Dan Cohen bersuka cita. Bisa dipercaya oleh idolanya. Jadilah Cohen pengacara Trump. Bahkan menjadi direktur yayasan Trump. Dan beberapa jabatan lagi.

Kini Trump boleh khawatir. Orang kepercayaannya sudah cari selamat sendiri.

Mestinya Trump lebih khawatir lagi. Betapa banyak rahasia Trump yang ada di tangan Cohen. Tak terkirakan.

Cohen memang loyal pada Trump. Tapi Trump ternyata tidak loyal pada Cohen. Mungkin karena merasa sudah membayarnya.

Loyalitas Cohen ternyata loyalitas Jalan Kebun Sirih: loyalitas satu arah. (dahlan iskan)

Artikel Terkait

Debat

Kisah Ikan Eka

Guo Nian

Sarah’s Bag Itu

Freeport

Terpopuler

Artikel Terbaru

/