28 C
Medan
Thursday, November 21, 2024
spot_img

Belajar Debat dari Hillary

Trump yang belakangan mencoba mendekati pemilih kulit hitam dan Latino, tersudut dengan telak. Yakni saat Hillary mengungkapkan kerasialisan Trump di masa muda dan saat Trump tidak ingin orang hitam menjadi pembeli apartemen yang dia bangun.

Trump hanya bisa menyela serangan Hillary itu dengan mendekatkan mulutnya ke mik sambil berucap ‘tidak betul, tidak betul’.

Dalam hal body language, Trump juga jauh dari simpatik. Saat Hillary bicara, mulut Trump hampir selalu dalam ekspresi mencibir. Wajahnya juga tidak menunjukkan empati. Sedang Hillary menunjukkan body language yang perfect. Serangan-serangannya pada Trump diucapkan tanpa nada benci. Hillary juga berhasil tidak terlihat jengkel yang berlebihan saat diserang. Bahkan ketika serangan itu begitu tidak nasuk akal, Hillary hanya bilang pendek: kita semua sudah mendengar apa yang bisa dia ucapkan.

Bahkan di kesempatan yang lain, ketika serangan Trump berlebihan, Hillary hanya seperti menjadi gembira: Wow! Respons seperti itu lebih membuat simpatik pada Hillary. Juga lebih menunjukkah bahwa kelas Hillary lebih tinggi.

Pada kesempatan terakhir, Trump berusaha mengeluarkan senjata pamungkas. Senjata ini kelihatan memang sudah dipersiapkan lama. Mula-mula, dulunya, untuk menunjukkan bahwa wanita itu lemah dibanding laki-laki. Ini untuk memuaskan banyak orang Amerika kulit putih yang belum bisa menerima seorang wanita jadi pemimpin.

Belakangan Trump dalam amunisi baru. Yakni ketika tiga minggu lalu Hillary dipapah ke mobil karena jatuh pingsan di satu acara di New York.

Karena itu saat pertanyaan terakhir berupa ‘apa penilaian Trump terhadap Hillary’, Trump langsung mengatakan bahwa Hillary itu tidak punya cukup energi. Padahal, katanya, untuk menjadi presiden itu dibutuhkan energi yang luar biasa.

Ternyata Hillary berhasil meluncurkan rudal penghancur. Dengan halus Hillary hanya membalikkan satu pertanyaan berikut ini: kalau seorang wanita mampu terbang ke begitu banyak negara dengan tidak henti-hentinya, termasuk mampu dicecar pertanyaan selama 11 jam di depan DPR, apakah tidak cukup energi?
Hadirin yang sebenarnya dilarang mengekspresikan diri, sampai terlepas secara spontan dengan tepuk tangan yang gemuruh.

Sebenarnya Trump kurang pas mempersoalkan energi ini. Selama debat, Trump terus menerus minum air putih dari gelas yang disediakan. Hillary tidak minum satu kali pun.

Score 4:1 untuk Hillary. Masih akan ada dua debat lagi.(*)

Trump yang belakangan mencoba mendekati pemilih kulit hitam dan Latino, tersudut dengan telak. Yakni saat Hillary mengungkapkan kerasialisan Trump di masa muda dan saat Trump tidak ingin orang hitam menjadi pembeli apartemen yang dia bangun.

Trump hanya bisa menyela serangan Hillary itu dengan mendekatkan mulutnya ke mik sambil berucap ‘tidak betul, tidak betul’.

Dalam hal body language, Trump juga jauh dari simpatik. Saat Hillary bicara, mulut Trump hampir selalu dalam ekspresi mencibir. Wajahnya juga tidak menunjukkan empati. Sedang Hillary menunjukkan body language yang perfect. Serangan-serangannya pada Trump diucapkan tanpa nada benci. Hillary juga berhasil tidak terlihat jengkel yang berlebihan saat diserang. Bahkan ketika serangan itu begitu tidak nasuk akal, Hillary hanya bilang pendek: kita semua sudah mendengar apa yang bisa dia ucapkan.

Bahkan di kesempatan yang lain, ketika serangan Trump berlebihan, Hillary hanya seperti menjadi gembira: Wow! Respons seperti itu lebih membuat simpatik pada Hillary. Juga lebih menunjukkah bahwa kelas Hillary lebih tinggi.

Pada kesempatan terakhir, Trump berusaha mengeluarkan senjata pamungkas. Senjata ini kelihatan memang sudah dipersiapkan lama. Mula-mula, dulunya, untuk menunjukkan bahwa wanita itu lemah dibanding laki-laki. Ini untuk memuaskan banyak orang Amerika kulit putih yang belum bisa menerima seorang wanita jadi pemimpin.

Belakangan Trump dalam amunisi baru. Yakni ketika tiga minggu lalu Hillary dipapah ke mobil karena jatuh pingsan di satu acara di New York.

Karena itu saat pertanyaan terakhir berupa ‘apa penilaian Trump terhadap Hillary’, Trump langsung mengatakan bahwa Hillary itu tidak punya cukup energi. Padahal, katanya, untuk menjadi presiden itu dibutuhkan energi yang luar biasa.

Ternyata Hillary berhasil meluncurkan rudal penghancur. Dengan halus Hillary hanya membalikkan satu pertanyaan berikut ini: kalau seorang wanita mampu terbang ke begitu banyak negara dengan tidak henti-hentinya, termasuk mampu dicecar pertanyaan selama 11 jam di depan DPR, apakah tidak cukup energi?
Hadirin yang sebenarnya dilarang mengekspresikan diri, sampai terlepas secara spontan dengan tepuk tangan yang gemuruh.

Sebenarnya Trump kurang pas mempersoalkan energi ini. Selama debat, Trump terus menerus minum air putih dari gelas yang disediakan. Hillary tidak minum satu kali pun.

Score 4:1 untuk Hillary. Masih akan ada dua debat lagi.(*)

Artikel Terkait

Debat

Kisah Ikan Eka

Guo Nian

Sarah’s Bag Itu

Freeport

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/