27.8 C
Medan
Monday, May 13, 2024

Tantangan Orangtua di Era Digital: Pahami Kebutuhan Anak, Ajarkan Kemampuan Sosial

ASAHAN, SUMUTPOS.CO—Menjadi orangtua atau parenting di zaman milenial dewasa ini, sungguh berat. Tantangannya juga begitu kompleks. Karenanya dibutuhkan kemampuan untuk memahami kebutuhan anak, sembari selalu mengajarkan pentingnya berinteraksi sosial di tengah-tengah masyarakat.

WEBINAR: Webinar Literasi Digital diinisiasi Kementerian Komunikasi dan Informatika di Kabupaten Asahan, Provinsi Sumatera Utara, 16 Juli 2021. IST

Salah satu poin ini terungkap dalam Webinar Literasi Digital yang diinisiasi Kementerian Komunikasi dan Informatika di Kabupaten Asahan, 16 Juli 2021. Adalah Tiarma Intan Marpuang, Dosen Prodi Pendidikan Bahasa Inggris FKIP Universitas HKBP Nommensen Medan, pada sesi Kecakapan Digital memaparkan tema “Welcoming Gen Alpha: Change and Challenge in Digital Skills”.

Dalam pemaparannya, Tiarma menjabarkan karakteristik gen alpha antara lain dikelilingi oleh teknologi khususnya internet, keturunan dari generasi milenial, cenderung bersifat pengambil keputusan, serta berkembangnya teknologi artificial intelligency.

“Karakter yang harus dimiliki anak generasi alpha meliputi eksplorasi, berjiwa kritis, jiwa kepemimpinan, serta memiliki empati. Tantangan generasi alpha ialah terbiasa dengan teknologi, memiliki kecerdasan tinggi, perilaku bermain yang berubah, jauh dari buku dan majalah, serta menciptakan teknologi sendiri,” katanya.

Menyikapi karakter generasi alpha, menurut dia, dapat dilakukan dengan cara akrab dengan sesuatu yang instan, berarti orangtua harus menekankan pentingnya proses dalam mencapai tujuan. Generasi yang suka bersosialisasi namun kurang suka berbagi, orangtua harus mengajarkan konsep bersyukur dan memberi contoh keterlibatan dalam bersosialisasi.

“Serta mudah beradaptasi sehingga kurang konsisten, maka penekanan bahwa sesuatu yang dimulai harus diselesaikan terlebih dahulu diperlukan. Solusi dari semuanya ialah, pahami kebutuhan anak, mengajarkan kemampuan sosial, dan sadari potensi anak,” pungkasnya.

Sesi Keamanan Digital disampaikan I Gede Putu Krisna Juliharta. Ketua Relawan TIK Provinsi Bali dan Wakil Ketua III STMIK Primakara ini, mengangkat tema “Main Aman Saat Belanja Online” Dalam paparannya.

Putu menjabarkan risiko dalam belanja online antara lain, kiriman salah alamat, kualitas barang yang tidak sesuai, barang rusak saat perjalanan pengiriman, data konsumen disalahgunakan, barang dikirim terlalu lama, permainan harga, dan penipuan.

“Ciri-ciri toko penipuan pada online shop ialah, tidak memiliki lambang star di pojok kiri atas, tidak memiliki review positif, biasanya menghubungi melalui jaringan pribadi, serta pelaku meminta dana awal atau DP sebelum barang dikirim atau meminta bayaran penuh setelah menunjukan resi pengiriman palsu,” katanya.

Tips belanja online dengan aman, sebut Putu, diantaranya cari tau reputasi penjual, cek ulasan produk, baca deskripsi produk, cermati syarat dan ketentuan, hindari transfer langsung, simpan bukti pembayaran, pastikan keamanan perangkat, serta cek paket dan hilangkan jejak data.

“Jika masih terkena penipuan belanja online, diharapkan untuk melapor melalui email cybercrime@polri.go.id, blokir rekening penipu online, serta lewat SMS dengan cara ketik penipuan#nomorpenipu#keterangan penipuan, kirim ke 1116,” pungkasnya.

M Rizky Ramadhan Rambe, Dewan Penasihat Kam Rabbani Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara, menyampaikan masyarakat Indonesia lebih memanfaatkan internet untuk mengunjungi situs jejaring sosial dibandingkan menggunakan mesin pencari dan mengunjungi situs portal untuk melihat email.

“Perilaku berbagi masyarakat dunia di media sosial meliputi, 6% masyarakat dunia melakukan perilaku berbagai semua hal, 18% hal-hal penting, 57% melakukan perilaku berbagai beberapa hal saja, serta 19% tidak melakukan berbagi sama sekali di media sosial. Indonesia berada diperingkat keempat negara yang paling banyak melakukan berbagai semua hal di media sosial,” katanya dalam Sesi Etika Digital dengan materi bertema “Bijak Sebelum Mengunggah di Media Sosial”.

Menurutnya, bijak sebelum mengunggah di media sosial dengan menerapkan, unggah tidak sekadar memeroleh berapa banyak likes, tetap menjaga kehormatan diri, tidak mengunggah data pribadi, pastikan berita yang diunggah valid kebenarannya, unggah bermanfaat bagi orang lain, serta tidak menghina dan menjatuhkan pihak lain.

Narasumber terakhir pada sesi Budaya Digital dibawakan Jhonson Efendi Hutagalung. Dosen STMIK Royal Kisaran ini mengangkat tema “Literasi Digital Bagi Tenaga Pendidik dan Anak Didik di Era Digital”.

Jhonson membahas literasi digital merupakan memiliki keterampilan yang seseorang butuhkan untuk hidup, belajar, dan bekerja dalam masyarakat, di mana komunikasi dan akses informasi semakin meningkat melalui teknologi digital seperti platform internet, media sosial, dan perangkat seluler.

“Tenaga pendidik harus memberikan materi sebaik mungkin sehingga nanti anak didik dapat mencerna dari pelajaran yang telah diberikan. Materi yang mudah dipahami ini merupakan tanggungjawab moral yang dituntut bagi tenaga pendidik terhadap tujuan dari pendidikan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa,” ujarnya.

Ia menyebut, dibutuhkan pihak manajemen di sekolah atau di kampus untuk berperan aktif dalam mengevaluasi dan memonitoring kegiatan yang dicapai oleh tenaga pendidik tersebut. Serta perlu adanya perubahan kurikulum yang menunjang pembelajaran secara daring.

“Sistem kurikulum yang berbasis tatap muka sebelum dikerjakan secara daring, maka kompetensi tidak akan tercapai,” imbuhnya.

Webinar diakhiri Rifqy Alfiyahsari, selaku Beauty Enthusiast, Duta Wisata Belitung, dan Influencer, yakni menyimpulkan hasil webinar dari tema yang sudah diangkat para narasumber.

Menurutnya, menyikapi karakter generasi alpha dapat dilakukan dengan cara akrab dengan sesuatu yang instan, berarti orang tua harus menekankan pentingnya proses dalam mencapai tujuan. Tips belanja online dengan aman diantaranya, cari tau reputasi penjual, cek ulasan produk, baca deskripsi produk, cermati syarat dan ketentuan, hindari transfer langsung, simpan bukti pembayaran, pastikan keamanan perangkat, serta cek paket dan hilangkan jejak data.

Adapun bijak sebelum mengunggah di media sosial dengan menerapkan, unggah tidak sekadar memeroleh berapa banyak likes, tetap menjaga kehormatan diri, tidak mengunggah data pribadi, dan pastikan berita yang diunggah valid kebenarannya. Serta, Tenaga pendidik harus memberikan materi sebaik mungkin sehingga nanti anak didik dapat mencerna dari pelajaran yang telah diberikan. Materi yang mudah dipahami ini merupakan tanggungjawab moral yang dituntut bagi tenaga pendidik terhadap tujuan dari pendidikan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa.

Program ini bertujuan mewujudkan untuk mengedukasi dan mewujudkan masyarakat agar paham akan literasi digital lebih dalam dan menyikapi secara bijaksana dalam menggunakan digital platform di 77 kota/kabupaten area Sumatera II, mulai dari Aceh sampai Lampung dengan jumlah peserta sebanyak 600 orang di setiap kegiatan yang ditujukan kepada PNS, TNI/Polri, orangtua, pelajar, penggiat usaha, pendakwah dan sebagainya.

Empat kerangka digital yang diberikan dalam kegiatan tersebut, antara lain Digital Skill, Digital Safety, Digital Ethic dan Digital Culture dimana masing masing kerangka mempunyai beragam tema.

Sebagai pembicara kehormatan atau keynote speaker, Gubernur Sumatera Utara Edy Rahmayadi, menyambut positif tentang program dimaksud. Literasi digital ini menurutnya sangat penting agar masyarakat cakap dalam menggunakan teknologi digital, bermanfaat dalam membangun daerahnya masing-masing oleh putra putri daerah melalui digital platform. (rel/dek)

ASAHAN, SUMUTPOS.CO—Menjadi orangtua atau parenting di zaman milenial dewasa ini, sungguh berat. Tantangannya juga begitu kompleks. Karenanya dibutuhkan kemampuan untuk memahami kebutuhan anak, sembari selalu mengajarkan pentingnya berinteraksi sosial di tengah-tengah masyarakat.

WEBINAR: Webinar Literasi Digital diinisiasi Kementerian Komunikasi dan Informatika di Kabupaten Asahan, Provinsi Sumatera Utara, 16 Juli 2021. IST

Salah satu poin ini terungkap dalam Webinar Literasi Digital yang diinisiasi Kementerian Komunikasi dan Informatika di Kabupaten Asahan, 16 Juli 2021. Adalah Tiarma Intan Marpuang, Dosen Prodi Pendidikan Bahasa Inggris FKIP Universitas HKBP Nommensen Medan, pada sesi Kecakapan Digital memaparkan tema “Welcoming Gen Alpha: Change and Challenge in Digital Skills”.

Dalam pemaparannya, Tiarma menjabarkan karakteristik gen alpha antara lain dikelilingi oleh teknologi khususnya internet, keturunan dari generasi milenial, cenderung bersifat pengambil keputusan, serta berkembangnya teknologi artificial intelligency.

“Karakter yang harus dimiliki anak generasi alpha meliputi eksplorasi, berjiwa kritis, jiwa kepemimpinan, serta memiliki empati. Tantangan generasi alpha ialah terbiasa dengan teknologi, memiliki kecerdasan tinggi, perilaku bermain yang berubah, jauh dari buku dan majalah, serta menciptakan teknologi sendiri,” katanya.

Menyikapi karakter generasi alpha, menurut dia, dapat dilakukan dengan cara akrab dengan sesuatu yang instan, berarti orangtua harus menekankan pentingnya proses dalam mencapai tujuan. Generasi yang suka bersosialisasi namun kurang suka berbagi, orangtua harus mengajarkan konsep bersyukur dan memberi contoh keterlibatan dalam bersosialisasi.

“Serta mudah beradaptasi sehingga kurang konsisten, maka penekanan bahwa sesuatu yang dimulai harus diselesaikan terlebih dahulu diperlukan. Solusi dari semuanya ialah, pahami kebutuhan anak, mengajarkan kemampuan sosial, dan sadari potensi anak,” pungkasnya.

Sesi Keamanan Digital disampaikan I Gede Putu Krisna Juliharta. Ketua Relawan TIK Provinsi Bali dan Wakil Ketua III STMIK Primakara ini, mengangkat tema “Main Aman Saat Belanja Online” Dalam paparannya.

Putu menjabarkan risiko dalam belanja online antara lain, kiriman salah alamat, kualitas barang yang tidak sesuai, barang rusak saat perjalanan pengiriman, data konsumen disalahgunakan, barang dikirim terlalu lama, permainan harga, dan penipuan.

“Ciri-ciri toko penipuan pada online shop ialah, tidak memiliki lambang star di pojok kiri atas, tidak memiliki review positif, biasanya menghubungi melalui jaringan pribadi, serta pelaku meminta dana awal atau DP sebelum barang dikirim atau meminta bayaran penuh setelah menunjukan resi pengiriman palsu,” katanya.

Tips belanja online dengan aman, sebut Putu, diantaranya cari tau reputasi penjual, cek ulasan produk, baca deskripsi produk, cermati syarat dan ketentuan, hindari transfer langsung, simpan bukti pembayaran, pastikan keamanan perangkat, serta cek paket dan hilangkan jejak data.

“Jika masih terkena penipuan belanja online, diharapkan untuk melapor melalui email cybercrime@polri.go.id, blokir rekening penipu online, serta lewat SMS dengan cara ketik penipuan#nomorpenipu#keterangan penipuan, kirim ke 1116,” pungkasnya.

M Rizky Ramadhan Rambe, Dewan Penasihat Kam Rabbani Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara, menyampaikan masyarakat Indonesia lebih memanfaatkan internet untuk mengunjungi situs jejaring sosial dibandingkan menggunakan mesin pencari dan mengunjungi situs portal untuk melihat email.

“Perilaku berbagi masyarakat dunia di media sosial meliputi, 6% masyarakat dunia melakukan perilaku berbagai semua hal, 18% hal-hal penting, 57% melakukan perilaku berbagai beberapa hal saja, serta 19% tidak melakukan berbagi sama sekali di media sosial. Indonesia berada diperingkat keempat negara yang paling banyak melakukan berbagai semua hal di media sosial,” katanya dalam Sesi Etika Digital dengan materi bertema “Bijak Sebelum Mengunggah di Media Sosial”.

Menurutnya, bijak sebelum mengunggah di media sosial dengan menerapkan, unggah tidak sekadar memeroleh berapa banyak likes, tetap menjaga kehormatan diri, tidak mengunggah data pribadi, pastikan berita yang diunggah valid kebenarannya, unggah bermanfaat bagi orang lain, serta tidak menghina dan menjatuhkan pihak lain.

Narasumber terakhir pada sesi Budaya Digital dibawakan Jhonson Efendi Hutagalung. Dosen STMIK Royal Kisaran ini mengangkat tema “Literasi Digital Bagi Tenaga Pendidik dan Anak Didik di Era Digital”.

Jhonson membahas literasi digital merupakan memiliki keterampilan yang seseorang butuhkan untuk hidup, belajar, dan bekerja dalam masyarakat, di mana komunikasi dan akses informasi semakin meningkat melalui teknologi digital seperti platform internet, media sosial, dan perangkat seluler.

“Tenaga pendidik harus memberikan materi sebaik mungkin sehingga nanti anak didik dapat mencerna dari pelajaran yang telah diberikan. Materi yang mudah dipahami ini merupakan tanggungjawab moral yang dituntut bagi tenaga pendidik terhadap tujuan dari pendidikan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa,” ujarnya.

Ia menyebut, dibutuhkan pihak manajemen di sekolah atau di kampus untuk berperan aktif dalam mengevaluasi dan memonitoring kegiatan yang dicapai oleh tenaga pendidik tersebut. Serta perlu adanya perubahan kurikulum yang menunjang pembelajaran secara daring.

“Sistem kurikulum yang berbasis tatap muka sebelum dikerjakan secara daring, maka kompetensi tidak akan tercapai,” imbuhnya.

Webinar diakhiri Rifqy Alfiyahsari, selaku Beauty Enthusiast, Duta Wisata Belitung, dan Influencer, yakni menyimpulkan hasil webinar dari tema yang sudah diangkat para narasumber.

Menurutnya, menyikapi karakter generasi alpha dapat dilakukan dengan cara akrab dengan sesuatu yang instan, berarti orang tua harus menekankan pentingnya proses dalam mencapai tujuan. Tips belanja online dengan aman diantaranya, cari tau reputasi penjual, cek ulasan produk, baca deskripsi produk, cermati syarat dan ketentuan, hindari transfer langsung, simpan bukti pembayaran, pastikan keamanan perangkat, serta cek paket dan hilangkan jejak data.

Adapun bijak sebelum mengunggah di media sosial dengan menerapkan, unggah tidak sekadar memeroleh berapa banyak likes, tetap menjaga kehormatan diri, tidak mengunggah data pribadi, dan pastikan berita yang diunggah valid kebenarannya. Serta, Tenaga pendidik harus memberikan materi sebaik mungkin sehingga nanti anak didik dapat mencerna dari pelajaran yang telah diberikan. Materi yang mudah dipahami ini merupakan tanggungjawab moral yang dituntut bagi tenaga pendidik terhadap tujuan dari pendidikan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa.

Program ini bertujuan mewujudkan untuk mengedukasi dan mewujudkan masyarakat agar paham akan literasi digital lebih dalam dan menyikapi secara bijaksana dalam menggunakan digital platform di 77 kota/kabupaten area Sumatera II, mulai dari Aceh sampai Lampung dengan jumlah peserta sebanyak 600 orang di setiap kegiatan yang ditujukan kepada PNS, TNI/Polri, orangtua, pelajar, penggiat usaha, pendakwah dan sebagainya.

Empat kerangka digital yang diberikan dalam kegiatan tersebut, antara lain Digital Skill, Digital Safety, Digital Ethic dan Digital Culture dimana masing masing kerangka mempunyai beragam tema.

Sebagai pembicara kehormatan atau keynote speaker, Gubernur Sumatera Utara Edy Rahmayadi, menyambut positif tentang program dimaksud. Literasi digital ini menurutnya sangat penting agar masyarakat cakap dalam menggunakan teknologi digital, bermanfaat dalam membangun daerahnya masing-masing oleh putra putri daerah melalui digital platform. (rel/dek)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/