SUMUTPOS.CO – Setelah tiga bulan menjalani perawatan di C-MER Dennis Lam Eye Hospital, Guo Bin alias Binbin akhirnya boleh pulang ke rumah. Kemarin (12/12) bocah enam tahun yang kehilangan dua bola matanya akibat aksi kekerasan itu meninggalkan rumah sakit di Kota Shenzhen tersebut. Kini dia kembali memiliki mata.
Binbin terlihat sangat riang dalam acara perpisahan sederhana yang diselenggarakan rumah sakit kemarin. Dia menari, mengikuti alunan musik sebelum berpamitan dan bersalaman dengan para dokter dan perawat yang selama ini merawat dirinya. “Saya sangat gembira,” ujar Binbin dalam jumpa pers. Dia juga mengucapkan terima kasih kepada tim medis rumah sakit yang telah merawatnya.
Kini, secara fisik, Binbin tidak berbeda dengan bocah-bocah lelaki seusianya. Tapi, bola mata palsu yang sukses dicangkokkan pada wajahnya sama sekali tidak memiliki fungsi visual. Artinya, Binbin tetap tidak bisa melihat. Hanya, dia memiliki pancaindra yang utuh seperti anak-anak lain. Secara bertahap, pihak rumah sakit akan berusaha mengembalikan penglihatan Binbin.
Setelah kehilangan dua bola matanya dalam aksi kekerasan yang hingga kini masih dalam penyelidikan, Binbin memang tidak bisa melihat lagi. Tapi, pada musim panas mendatang, tim dokter akan memasangkan sensor navigasi yang bisa membantu Binbin mengenali objek di sekitarnya. Di negara-negara maju, sistem sensor semacam itu lazim digunakan para penyandang tunanetra sebagai penunjuk jalan.
Wang Wenli, ibu Binbin, mengatakan bahwa tanpa penglihatan pun, putranya sudah mengalami kemajuan yang luar biasa. Hanya dengan sepasang mata palsu itu saja, Binbin bersemangat menunjukkan kemandiriannya. “Dia beradaptasi dengan cepat. Hari ini (kemarin) dia sudah bisa memakai baju sendiri, menggosok gigi, dan menaiki tangga tanpa bantuan,” ungkapnya. (AP/AFP/hep/c6/dos)
SUMUTPOS.CO – Setelah tiga bulan menjalani perawatan di C-MER Dennis Lam Eye Hospital, Guo Bin alias Binbin akhirnya boleh pulang ke rumah. Kemarin (12/12) bocah enam tahun yang kehilangan dua bola matanya akibat aksi kekerasan itu meninggalkan rumah sakit di Kota Shenzhen tersebut. Kini dia kembali memiliki mata.
Binbin terlihat sangat riang dalam acara perpisahan sederhana yang diselenggarakan rumah sakit kemarin. Dia menari, mengikuti alunan musik sebelum berpamitan dan bersalaman dengan para dokter dan perawat yang selama ini merawat dirinya. “Saya sangat gembira,” ujar Binbin dalam jumpa pers. Dia juga mengucapkan terima kasih kepada tim medis rumah sakit yang telah merawatnya.
Kini, secara fisik, Binbin tidak berbeda dengan bocah-bocah lelaki seusianya. Tapi, bola mata palsu yang sukses dicangkokkan pada wajahnya sama sekali tidak memiliki fungsi visual. Artinya, Binbin tetap tidak bisa melihat. Hanya, dia memiliki pancaindra yang utuh seperti anak-anak lain. Secara bertahap, pihak rumah sakit akan berusaha mengembalikan penglihatan Binbin.
Setelah kehilangan dua bola matanya dalam aksi kekerasan yang hingga kini masih dalam penyelidikan, Binbin memang tidak bisa melihat lagi. Tapi, pada musim panas mendatang, tim dokter akan memasangkan sensor navigasi yang bisa membantu Binbin mengenali objek di sekitarnya. Di negara-negara maju, sistem sensor semacam itu lazim digunakan para penyandang tunanetra sebagai penunjuk jalan.
Wang Wenli, ibu Binbin, mengatakan bahwa tanpa penglihatan pun, putranya sudah mengalami kemajuan yang luar biasa. Hanya dengan sepasang mata palsu itu saja, Binbin bersemangat menunjukkan kemandiriannya. “Dia beradaptasi dengan cepat. Hari ini (kemarin) dia sudah bisa memakai baju sendiri, menggosok gigi, dan menaiki tangga tanpa bantuan,” ungkapnya. (AP/AFP/hep/c6/dos)