25 C
Medan
Saturday, September 21, 2024

Bayi Kepala Dua Itu Meninggal Dunia

Bayi berkepala dua yang diberi nama Makmur dan Siti itu hanya mampu bertahan selama kurang lebih 28 jam setelah lahir di RS Pala Raya, Mejasem, Kramat.
Bayi berkepala dua yang diberi nama Makmur dan Siti itu hanya mampu bertahan selama kurang lebih 28 jam setelah lahir di RS Pala Raya, Mejasem, Kramat.

TEGAL, SUMUTPOS.CO – Bayi berkepala dua yang merupakan anak kandung dari pasangan Rawin (32), dan Khoziah (33), akhirnya menghembuskan nafas terakhir di RSUD dr Soesilo, Kabupaten Tegal, Selasa (12/8) sekitar pukul 06.15. Dua bayi kembar siam yang diberi nama Makmur dan Siti itu hanya mampu bertahan selama kurang lebih 28 jam setelah lahir di RS Pala Raya, Mejasem, Kramat.

Meskipun sempat dirujuk dan mendapat perawatan intensif di RSUD dr Soesilo, kedua bayi itu tidak bisa diselamatkan nyawanya. Padahal, selama dirujuk, dua bayi bersaudara itu mendapat penanganan lima dokter spesialis. Di antaranya dua dokter spesialis anak, satu dokter spesialis anastesi, jantung dan dokter bedah.

Menurut Direktur RSUD, dr Soesilo Widodo Joko Mulyono, rencananya dua bayi tersebut akan menjalani operasi Selasa siang. Namun, tim dokter terlebih dahulu menunggu kondisi bayi membaik selama diinkubator. Nahas, kedua bayi yang merupakan warga RT 03/RW 02, Desa Sidaharja, Kecamatan Suradadi, Kabupaten Tegal itu meninggal dunia. ”Kami juga sudah menghadirkan dokter ahli bedah dari Universitas Diponegoro Semarang,” kata Widodo kepada sejumlah media.

Usai mendapat perawatan dan sudah tidak bisa diselamatkan nyawanya, jenazah Makmur dan Siti akhirnya dipulangkan ke rumah duka. Sekitar pukul 11.15, keduanya dimakamkan di TPU Dukuh Bandengan, Desa Sidaharja, Kecamatan Suradadi. Tampak sanak saudara, kerabat hingga tetangga memenuhi kediaman rumah duka. Beberapa di antaranya juga ikut menyolati dan mengantarkan jenazah hingga ke tempat peristirahatan terakhir.

Sementara, Rawin mengaku hanya bisa pasrah dan menyerahkan semua kepada Tuhan. Pria yang sehari-hari bekerja sebagai buruh pabrik itu tidak mengetahui persis penyebab medis kematian anak keduanya tersebut. Namun, dari penjelasan dokter, bayi meninggal karena susah bernapas. Bahkan, dirinya juga sempat beberapa kali melihat sendiri jika anak kembarnya itu sulit bernapas.

Rawin berujar, hingga kini pihaknya belum memberitahukan kematian tersebut ke istrinya, karena kondisinya masih terbaring lemah di rumah sakit. ”Istri saya belum tahu kondisi anak kami,” tutur Rawin dengan mata berkaca-kaca.

Disinggung terkait biaya persalinan dan perawatan selama di rumah sakit, Rawin menyatakan bahwa sudah dibantu oleh Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Tegal. Dia pun berterimakasih atas kepedulian Bupati Tegal Enthus Susmono yang mengupayakan perawatan rujuk dan menengok ke rumah sakit.

Salah seorang kerabat Rawin, Cahyono, 52, memaparkan, sehari-hari Rawin bekerja sebagai buruh di pabrik ban di Tegal. Sedangkan istrinya menjadi buruh di perkebunan melati. Keduanya masih hidup bersama orang tua Rawin. Pasangan suami istri tersebut sebelumnya sudah dikaruniai satu anak laki-laki bernama Muhamad Yudi Afandi. Bocah berusia 9 tahun itu saat ini tengah duduk di kelas 5 SDN 1 Sidaharja. ”Yang meninggal anak kedua,” ujarnya.

Sebelumnya diberitakan, bayi anak pasangan Rawin dan Khoziah lahir dengan kondisi tidak normal di RS Pala Raya, Mejasem, Kecamatan Kramat, Senin dini hari (11/8). Bayi dengan badan dempet menjadi satu dari leher hingga ke bawah itu memiliki dua kepala, tiga kaki, tiga tangan, dan satu jantung, serta satu hati. Saat dilahirkan bayi berjenis kelamin laki-laki dan perempuan itu memiliki berat 3 kilogram dan panjang 60 sentimeter serta tidak memiliki anus. (yer/jpnn)

Bayi berkepala dua yang diberi nama Makmur dan Siti itu hanya mampu bertahan selama kurang lebih 28 jam setelah lahir di RS Pala Raya, Mejasem, Kramat.
Bayi berkepala dua yang diberi nama Makmur dan Siti itu hanya mampu bertahan selama kurang lebih 28 jam setelah lahir di RS Pala Raya, Mejasem, Kramat.

TEGAL, SUMUTPOS.CO – Bayi berkepala dua yang merupakan anak kandung dari pasangan Rawin (32), dan Khoziah (33), akhirnya menghembuskan nafas terakhir di RSUD dr Soesilo, Kabupaten Tegal, Selasa (12/8) sekitar pukul 06.15. Dua bayi kembar siam yang diberi nama Makmur dan Siti itu hanya mampu bertahan selama kurang lebih 28 jam setelah lahir di RS Pala Raya, Mejasem, Kramat.

Meskipun sempat dirujuk dan mendapat perawatan intensif di RSUD dr Soesilo, kedua bayi itu tidak bisa diselamatkan nyawanya. Padahal, selama dirujuk, dua bayi bersaudara itu mendapat penanganan lima dokter spesialis. Di antaranya dua dokter spesialis anak, satu dokter spesialis anastesi, jantung dan dokter bedah.

Menurut Direktur RSUD, dr Soesilo Widodo Joko Mulyono, rencananya dua bayi tersebut akan menjalani operasi Selasa siang. Namun, tim dokter terlebih dahulu menunggu kondisi bayi membaik selama diinkubator. Nahas, kedua bayi yang merupakan warga RT 03/RW 02, Desa Sidaharja, Kecamatan Suradadi, Kabupaten Tegal itu meninggal dunia. ”Kami juga sudah menghadirkan dokter ahli bedah dari Universitas Diponegoro Semarang,” kata Widodo kepada sejumlah media.

Usai mendapat perawatan dan sudah tidak bisa diselamatkan nyawanya, jenazah Makmur dan Siti akhirnya dipulangkan ke rumah duka. Sekitar pukul 11.15, keduanya dimakamkan di TPU Dukuh Bandengan, Desa Sidaharja, Kecamatan Suradadi. Tampak sanak saudara, kerabat hingga tetangga memenuhi kediaman rumah duka. Beberapa di antaranya juga ikut menyolati dan mengantarkan jenazah hingga ke tempat peristirahatan terakhir.

Sementara, Rawin mengaku hanya bisa pasrah dan menyerahkan semua kepada Tuhan. Pria yang sehari-hari bekerja sebagai buruh pabrik itu tidak mengetahui persis penyebab medis kematian anak keduanya tersebut. Namun, dari penjelasan dokter, bayi meninggal karena susah bernapas. Bahkan, dirinya juga sempat beberapa kali melihat sendiri jika anak kembarnya itu sulit bernapas.

Rawin berujar, hingga kini pihaknya belum memberitahukan kematian tersebut ke istrinya, karena kondisinya masih terbaring lemah di rumah sakit. ”Istri saya belum tahu kondisi anak kami,” tutur Rawin dengan mata berkaca-kaca.

Disinggung terkait biaya persalinan dan perawatan selama di rumah sakit, Rawin menyatakan bahwa sudah dibantu oleh Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Tegal. Dia pun berterimakasih atas kepedulian Bupati Tegal Enthus Susmono yang mengupayakan perawatan rujuk dan menengok ke rumah sakit.

Salah seorang kerabat Rawin, Cahyono, 52, memaparkan, sehari-hari Rawin bekerja sebagai buruh di pabrik ban di Tegal. Sedangkan istrinya menjadi buruh di perkebunan melati. Keduanya masih hidup bersama orang tua Rawin. Pasangan suami istri tersebut sebelumnya sudah dikaruniai satu anak laki-laki bernama Muhamad Yudi Afandi. Bocah berusia 9 tahun itu saat ini tengah duduk di kelas 5 SDN 1 Sidaharja. ”Yang meninggal anak kedua,” ujarnya.

Sebelumnya diberitakan, bayi anak pasangan Rawin dan Khoziah lahir dengan kondisi tidak normal di RS Pala Raya, Mejasem, Kecamatan Kramat, Senin dini hari (11/8). Bayi dengan badan dempet menjadi satu dari leher hingga ke bawah itu memiliki dua kepala, tiga kaki, tiga tangan, dan satu jantung, serta satu hati. Saat dilahirkan bayi berjenis kelamin laki-laki dan perempuan itu memiliki berat 3 kilogram dan panjang 60 sentimeter serta tidak memiliki anus. (yer/jpnn)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/