35 C
Medan
Sunday, April 28, 2024

Bubur Pedas Melayu, Menu Khas Berbuka di Batubara

Foto: Jefri Tanjung/Sumut Pos
Bubur pedas yang telah dibuat perporsi dengan harga Rp7000.

BATUBARA, SUMUTPOS.CO – Bubur pedas sudah menjadi idaman bagi masyarakat sebagai menu berbuka puasa. Panganan yang diracik dengan berbagai rempah ini kabarnya mampu menghangatkan dan mengembalikan kondisi tubuh setelah satu harian puasa.

Nah, ternyata, di Batubara, menu bukaan ini juga sangat diminati warga setempat. Di Kecamatan Tanjung Tiram, saat Ramadan, disepanjang jalan akan kita temui warung yang menjual Bubur Pedas. Kabarnya, cita rasanya lebih nikmat. Malah, ada yang bilang bila Bubur Pedas Melayu ini pertama kali berkembang di Sumatera Utara berasal dari kabupaten Batubara.

Mak Rodiah (71) warga Desa Bogak Dusun V yang terkenal karena racikannya dalam membuat bubur pedas ini mengatakan bahwa pada awalnya berasal dari Kalimantan Barat, masyarakat Melayu Sambas pada saat itu menjadikan ini kuliner untuk para pendatang atau tamu kehormatan.

“Kelezatannya sampai ke telinga masyarakat lain, kemudian makanan inipun ditemui di berbagai tempat, satunya di Batubara yang pada awalnya masih dikuasai oleh orang Melayu,” ujarnya.

Seiringnya berjalan waktu, bubur pedas pun sudah menjadi kuliner khas daerah yang mayoritas dikuasai oleh orang Melayu, seperti Medan, Langkat, dan lainnya.

Populertitas yang dimiliki oleh Bubur Pedas pun membuat orang yang bersuku lain tertarik untuk mencobanya, tidak heran bila kini panganan tersebut tidak hanya diminari oleh suku Melayu, tetapi juga seluruh warga Indonesia. Inilah mungkin alasannya kenapa makanan ini selalu menjadi cirri khas saat puasa tiba.

Sementara itu, Riza (45),warga Tanjung Tiram menyatakan kegemarannya menikmati panganan khas Melayu ini. Menurutnya, selain rasanya yang khas, bubur ini diketahui mengandung gizi dan harganya masih terjangkau.

“Ini makanan favorit saya kalau bulan ramdan tiba, aromanya yang khas selalu membuat nafsu makan saya meningkat,” ujarnya.

saat ditemui saat membeli bubur pedas ini mengatakan,bubur ini beraroma khas, harum dan ini salah satu menu favorit saya di bulan ramadan pun bubur pedas ini ada di Batubara saat bulan puasa saja,” ujarnya.

Bahan untuk bubur pedas ini juga cukup sederhana dan bisa ditemukan dipasaran, seperti beras, rempah, dan sayuran. Untuk langkah awal, beras ditumbuk kemudian di oseng, setelah itu, semua bumbu dan rempah-rempah yang ada di campurkan, terakhir berbagai sayuran seperti pakis, kangkung, dan daun kesum menjadi campuran terakhir. Untuk menambah kenikmatannya, bubur bisa ditambah dengan campuran ikan teri dan kacang tanah.

Bubur Pedas ini memang unik, tanpa membubuhkan sambal, kita tidak akan merasakan pedas sama sekali, malah cenderung bertekstur gurih dan segar.

Selain itu, bubur pedas juga merupakan makanan yang mengandung banyak gizi yang bisa dijangkau harganya cukup Rp7000 satu porsi apa lagi dimakan saat masih hangat.(mag-6/ram)

Foto: Jefri Tanjung/Sumut Pos
Bubur pedas yang telah dibuat perporsi dengan harga Rp7000.

BATUBARA, SUMUTPOS.CO – Bubur pedas sudah menjadi idaman bagi masyarakat sebagai menu berbuka puasa. Panganan yang diracik dengan berbagai rempah ini kabarnya mampu menghangatkan dan mengembalikan kondisi tubuh setelah satu harian puasa.

Nah, ternyata, di Batubara, menu bukaan ini juga sangat diminati warga setempat. Di Kecamatan Tanjung Tiram, saat Ramadan, disepanjang jalan akan kita temui warung yang menjual Bubur Pedas. Kabarnya, cita rasanya lebih nikmat. Malah, ada yang bilang bila Bubur Pedas Melayu ini pertama kali berkembang di Sumatera Utara berasal dari kabupaten Batubara.

Mak Rodiah (71) warga Desa Bogak Dusun V yang terkenal karena racikannya dalam membuat bubur pedas ini mengatakan bahwa pada awalnya berasal dari Kalimantan Barat, masyarakat Melayu Sambas pada saat itu menjadikan ini kuliner untuk para pendatang atau tamu kehormatan.

“Kelezatannya sampai ke telinga masyarakat lain, kemudian makanan inipun ditemui di berbagai tempat, satunya di Batubara yang pada awalnya masih dikuasai oleh orang Melayu,” ujarnya.

Seiringnya berjalan waktu, bubur pedas pun sudah menjadi kuliner khas daerah yang mayoritas dikuasai oleh orang Melayu, seperti Medan, Langkat, dan lainnya.

Populertitas yang dimiliki oleh Bubur Pedas pun membuat orang yang bersuku lain tertarik untuk mencobanya, tidak heran bila kini panganan tersebut tidak hanya diminari oleh suku Melayu, tetapi juga seluruh warga Indonesia. Inilah mungkin alasannya kenapa makanan ini selalu menjadi cirri khas saat puasa tiba.

Sementara itu, Riza (45),warga Tanjung Tiram menyatakan kegemarannya menikmati panganan khas Melayu ini. Menurutnya, selain rasanya yang khas, bubur ini diketahui mengandung gizi dan harganya masih terjangkau.

“Ini makanan favorit saya kalau bulan ramdan tiba, aromanya yang khas selalu membuat nafsu makan saya meningkat,” ujarnya.

saat ditemui saat membeli bubur pedas ini mengatakan,bubur ini beraroma khas, harum dan ini salah satu menu favorit saya di bulan ramadan pun bubur pedas ini ada di Batubara saat bulan puasa saja,” ujarnya.

Bahan untuk bubur pedas ini juga cukup sederhana dan bisa ditemukan dipasaran, seperti beras, rempah, dan sayuran. Untuk langkah awal, beras ditumbuk kemudian di oseng, setelah itu, semua bumbu dan rempah-rempah yang ada di campurkan, terakhir berbagai sayuran seperti pakis, kangkung, dan daun kesum menjadi campuran terakhir. Untuk menambah kenikmatannya, bubur bisa ditambah dengan campuran ikan teri dan kacang tanah.

Bubur Pedas ini memang unik, tanpa membubuhkan sambal, kita tidak akan merasakan pedas sama sekali, malah cenderung bertekstur gurih dan segar.

Selain itu, bubur pedas juga merupakan makanan yang mengandung banyak gizi yang bisa dijangkau harganya cukup Rp7000 satu porsi apa lagi dimakan saat masih hangat.(mag-6/ram)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/