Mengapa award menjadi penting? Seperti yang sudah saya singgung di CEO Message yang lalu, award begitu penting bagi kita karena tiga alasan yang saya singkat 3C yakni: Confidence, Credibility, dan Calibration.
Confidence. Award akan menaikkan tingkat kepercayaan (confidence level) kita. Penghargaan pada dasarnya adalah sebuah legitimasi atau pengakuan. Bila kita mendapatkan penghargaan, maka self confidence kita akan naik. Banyak sekali orang yang menyatakan bahwa penghargaan ini meningkatkan self confidence. Dua orang yang saya kutip pendapatnya di sini adalah Jack Welch dan Tanri Abeng.
Saya sering mengutip kata-kata Jack Welch tentang Great Company:
“A company that aspires to true greatness furnishes its people with big challenges, which when met, fill the people with self-confidence that only come from Winning”. Apakah itu Great Company? Adalah perusahaan yang memberikan challenge seluruh people-nya dengan tantangan yang besar, yang ketika itu tercapai akan dapat meningkatkan self confidence seluruh karyawannya. Kemenangan-kemenangan tersebut akan meningkatkan self confidence kita dan membawa kita untuk yakin menuju kemenangan berikutnya.
Sedangkan Tanri Abeng menyebutkan, penghargaan juga bisa merupakan sebuah quick win, yang akan meningkatkan self confidence kita.
Credibility. Jika dikomunikasikan dengan baik, award yang kita peroleh dapat menjadi cara marketing yang paling efektif untuk image. Kita tidak perlu bersusah payah menyampaikan keunggulan yang kita miliki. Orang lainlah yang menyatakannya. Nigel Botterill – pemenang BT Entrepreneur Award – menyatakan “It provides instant credibility! People will remember long after the award is presented.”
Membentuk persepsi melalui positive referal seperti ini sangat efektif dan tentunya harus diikuti dengan kinerja kita yang baik pula.
Calibration. Sebuah penghargaan juga bermanfaat untuk menera apakah yang kita lakukan sudah benar sekaligus mengetahui posisi kita dibandingkan dengan yang lain. Menera berarti melakukan pengukuran apakah yang kita lakukan sudah ada dalam track yang benar atau tidak. Dan pengukuran ini menjadi penting, karena bila tak bisa mengukur, maka kita tidak bisa mengelola. If you cannot measure, you cannot manage.
Dalam hal melakukan penilaian, saya sering membuat kategori orang sebagai berikut:
Kelompok A, orang yang berhasil dan tahu mengapa dia berhasil. Kelompok B, orang yang gagal tetapi tahu mengapa dia gagal. Kelompok C, orang yang berhasil tetapi tidak tahu mengapa dia berhasil. Sedangkan kelompok D, orang yang gagal dan tidak tahu mengapa dia gagal. Ini adalah seburuk-buruknya orang.
Sebagai insan Kemenpar, dengan working spirit “Be The Best” saya yakin kita bisa menjadi kelompok A, “The A Team”, yakni orang yang selalu berhasil dan sukses, yang jika berhasil tahu mengapa dia bisa berhasil. Kalaupun misalnya terpaksa tidak bisa menjadi yang terbaik, kita harus tahu mengapa kita gagal.
Saya lebih menghargai “orang yang gagal tetapi tahu mengapa dia gagal ‘daripada’ orang yang berhasil tetapi tidak tahu mengapa dia berhasil”. Tetapi pasti saya paling menghargai “orang yang berhasil dan tahu mengapa dia berhasil” karena dia pasti telah berusaha memberikan yang terbaik yang bisa dilakukannya, “Be the Best”. Working spirit ini harus ditanamkan di dalam hati semua insan Kemenpar.
Seorang pemimpin seperti Jack Welch (CEO GE ketika itu) bahkan lebih keras lagi. Dia sangat menanamkan spirit untuk menjadi yang nomor satu. Atau jika terpaksa menjadi nomor dua “bolehlah”. Akan tetapi dia mempersilakan karyawan GE yang “berhasil tetapi tidak menggunakan cara-cara GE (GE Way – values dan spirit GE)” untuk keluar dari GE.
Melihat pentingnya arti sebuah award, tentunya harus dilakukan pengelolaan award (award management) dengan baik. Kita harus selektif dalam memilih award mana saja yang harus diraih. Dengan kata lain, kita harus memilih bukit-bukit manakah yang harus kita menangkan.