Tanya: Siapa saja pihak yang terkait dengan Aksesibilitas atau Konektivitas Udara ini ?
Menpar AY: Sejatinya, air connectivity ini bukan tugas dan fungsi Kemenpar. Kami sama sekali tidak punya tangan dan kaki sampai ke level teknis, di lapangan. Kemenpar itu tugas utamanya promosi, mendatangkan wisman ke tanah air.
Tapi, kami paham, di sinilah critical success factor nya, di sinilah pintu yang membuat bottleneck, kalau dalam IT, bendwidth-nya harus diperbesar.
Karena akses itu vital, otoritasnya tidak langsung, dan menentukan, maka “Indonesia Incorporated” sebagai spirit untuk bekerja bersama untuk gol yang sama, membangun pariwisata Indonesia, untuk kesejahteraan bangsa.
Tiga isu utama, yaitu : Traffic Right dan Perijinan Rute Penerbangan, Kapasitas Bandara, Seats Capacity Airlines. Itulah yang kami kerjakan dengan roadshow ini.
Karena itu pula saya merumuskan strategi 3A untuk meningkatkan Aksesibilitas Udara (baca kembali: CEO Message #14), yaitu perlunya membangun komunikasi dan kolaborasi dengan unsur 3A Akses Udara, yaitu : Authorities – Airports&AirNavigation – Airlines.
Tanya: Ada 3A dalam pengembangan destinasi, Akses, Atraksi dan Amenitas. Khusus akses udara ada 3A lagi. Apa detail 4A dalam air connectivity itu?
Menpar AY: Pertama, Authorities.
Authorities dalam hal ini adalah Kementerian Pehubungan (cq. Dirjen Perhubungan Udara) yang mengatur dan mengendalikan angkutan udara, mulai dari mengatur Traffic Rights yang dituangkan dalam Air Services Agreement bilateral/multilateral, mengatur aspek keamanan, keselamatan, pelayanan dan operasional; sampai dengan memberikan ijin rute penerbangan kepada pihak airlines.
Kedua, Airports & AirNavigation.
Di Indonesia airport operator dikendalikan oleh Angkasa Pura I, II dan Kemenhub. Mereka operator pelayanan kebandaraan, yang mengurus di darat.
Seats Capacity akan tersedia bilamana ada airline yang menerbangi rute tertentu.  Sementata airline hanya bisa membuka rute bilamana tersedia slot-time di bandaranya, baik air-segment maupun ground-segment nya.
Untuk itulah pengelola bandara dan Air Navigation harus terus didorong utk memastikan tersedianya slot-time di bandara.
Ketiga Airlines.?
Pada akhirnya airlines lah yang menentukan adanya seats capacity pada rute tertentu. Masalahnya, airlines mempunyai perhitungan sendiri yang cukup rumit sebelum menentukan akan menerbangi rute tertentu atau tidak.
Untuk itulah Kemenpar turut memikirkan stimulus apa yang bisa diberikan kepada airlines untuk mendorong mereka mau membuka rute-rute baru, khususnya ke pasar utama wisman. Misalnya joint promo di target originasi tertentu.