26 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Seriusi Pengelolaan Danau untuk Memperbanyak Destinasi Wisata

Narasumber lokakarya nasional bertajuk Pengelolaan Danau Berkelanjutan: Sinergi Program dan Peran para Pemangku Kepentingan di Jakarta pada 9-10 Mei.

Arief lantas menjadikan danau di Hangzhou, Tiongkok sebagai benchmarking pengelolaan Danau Toba. Hangzhou memiliki Danau Xi Hu atau West Lake yang sangat terkenal. Pada 2015 lalu, danau yang dikenal dengan cerita Sampek Eng Tai dan legenda Ular Putih itu didatangi 120 juta wisatawan domestik dan tiga juga wisatawan mancanegara.

Menurut Arief, Dana Toba memiliki potensi menjadi world class tourism destination.  Sebab, Danau Toba merupakan danau terdalam di dunia.

Danau Toba juga danau vulkanik terbesar di dunia. Selain itu, Danau Toba juga danau terbesar kedua setelah Victoria Lake di Afrika.

“Pengaturan kunjungan wisatawan ke danau di Hangzhou sudah luar biasa. Aspek 3A (atraksi, akses, dan amenitas) juga telah terintegrasi dengan baik,” kata mantan Dirut PT Telkom itu.

Sementara itu, Menteri PPN/Kepala Bappenas Bambang Brodjonegoro mengatakan, diperlukan terobosan agar dapat mengatasi permasalahan pengelolaan danau. “Penyelamatan danau sangat mendesak untuk ditangani agar danau tetap mampu memberikan manfaat bagi kehidupan manusia,” ujarnya.

Mantan menteri keuangan itu menuturkan, multiguna ekosistem danau dalam menopang kegiatan ekonomi, sosial, dan budaya memerlukan sistem pengelolaan yang memenuhi kaidah tata ruang yang benar.

Selain itu, juga dipelukan regulasi dan kelembagaan yang jelas dan kelestarian fungsi ekosistemnya yang terus terjaga.

Bambang menambahkan, pemanfaatan ekosistem danau seharusnya selaras dengan pembangunan berkelanjutan. Untuk itu, diperlukan pengelolaan danau terpadu yang berbasis pada pendekatan holistik dari aspek ekonomi, sosial, budaya, tata ruang, serta kepariwisataan.

Pengelolaan danau berkelanjutan tidak hanya dikerjakan oleh satu lembaga/institusi secara eksklusif, tetapi membutuhkan upaya bersama dari berbagai pihak, baik swasta maupun masyarakat.  Dengan kata lain, pengelolaan danau berkelanjutan harus merupakan suatu aksi kolektif (collective action) dari berbagai berbagai pemangku kepentingan.

“Meskipun para pemangku kepentingan umumnya memiliki tujuan yang berbeda, tetapi dalam upaya pengelolaan dan optimalisasi potensi danau, seluruh pemangku kepentingan harus memiliki tujuan bersama. Agar collective action ini dapat berjalan, maka dibutuhkan koordinasi yang baik dari seluruh pemangku kepentingan, terutama di antara para pemangku kepentingan kunci yang menjadi penentu dan motor penggerak seluruh proses,” tegasnya.

Tindak lanjut hasil lokakarya pengelolaan danau berkelanjutan ini adalah untuk memberikan pijakan dalam penyusunan kebijakan dan membangun sinergi antara pemangku kepentingan, baik di tingkat pusat maupun daerah, dalam menyelesaikan permasalahan pengelolaan danau di Indonesia ke depan.

Kebijakan tersebut diharapkan memperkuat perencanaan, kelembagaan, dan regulasi dalam pengelolaan danau di Indonesia mendatang.

Pengelolaan danau juga telah menjadi komitmen berbagai negara dalam upaya menyelamatkan keberlanjutan fungsi ekosistem yang saat ini kondisinya dinilai semakin memprihatinkan.

Terkait dengan hal tersebut, World Lake Conference (WLC) ke-16 yang diselenggarakan di Bali pada November 2016 lalu merupakan salah satu forum internasional yang bertujuan untuk berbagi dan bertukar pengetahuan dan pengalaman dalam pengelolaan danau, pengembangan arah kebijakan operasional dalam rangka pemulihan kondisi danau, serta pengelolaan dan pemanfaatan danau yang seimbang antara konservasi dan ekonomi. (rel)

 

 

Narasumber lokakarya nasional bertajuk Pengelolaan Danau Berkelanjutan: Sinergi Program dan Peran para Pemangku Kepentingan di Jakarta pada 9-10 Mei.

Arief lantas menjadikan danau di Hangzhou, Tiongkok sebagai benchmarking pengelolaan Danau Toba. Hangzhou memiliki Danau Xi Hu atau West Lake yang sangat terkenal. Pada 2015 lalu, danau yang dikenal dengan cerita Sampek Eng Tai dan legenda Ular Putih itu didatangi 120 juta wisatawan domestik dan tiga juga wisatawan mancanegara.

Menurut Arief, Dana Toba memiliki potensi menjadi world class tourism destination.  Sebab, Danau Toba merupakan danau terdalam di dunia.

Danau Toba juga danau vulkanik terbesar di dunia. Selain itu, Danau Toba juga danau terbesar kedua setelah Victoria Lake di Afrika.

“Pengaturan kunjungan wisatawan ke danau di Hangzhou sudah luar biasa. Aspek 3A (atraksi, akses, dan amenitas) juga telah terintegrasi dengan baik,” kata mantan Dirut PT Telkom itu.

Sementara itu, Menteri PPN/Kepala Bappenas Bambang Brodjonegoro mengatakan, diperlukan terobosan agar dapat mengatasi permasalahan pengelolaan danau. “Penyelamatan danau sangat mendesak untuk ditangani agar danau tetap mampu memberikan manfaat bagi kehidupan manusia,” ujarnya.

Mantan menteri keuangan itu menuturkan, multiguna ekosistem danau dalam menopang kegiatan ekonomi, sosial, dan budaya memerlukan sistem pengelolaan yang memenuhi kaidah tata ruang yang benar.

Selain itu, juga dipelukan regulasi dan kelembagaan yang jelas dan kelestarian fungsi ekosistemnya yang terus terjaga.

Bambang menambahkan, pemanfaatan ekosistem danau seharusnya selaras dengan pembangunan berkelanjutan. Untuk itu, diperlukan pengelolaan danau terpadu yang berbasis pada pendekatan holistik dari aspek ekonomi, sosial, budaya, tata ruang, serta kepariwisataan.

Pengelolaan danau berkelanjutan tidak hanya dikerjakan oleh satu lembaga/institusi secara eksklusif, tetapi membutuhkan upaya bersama dari berbagai pihak, baik swasta maupun masyarakat.  Dengan kata lain, pengelolaan danau berkelanjutan harus merupakan suatu aksi kolektif (collective action) dari berbagai berbagai pemangku kepentingan.

“Meskipun para pemangku kepentingan umumnya memiliki tujuan yang berbeda, tetapi dalam upaya pengelolaan dan optimalisasi potensi danau, seluruh pemangku kepentingan harus memiliki tujuan bersama. Agar collective action ini dapat berjalan, maka dibutuhkan koordinasi yang baik dari seluruh pemangku kepentingan, terutama di antara para pemangku kepentingan kunci yang menjadi penentu dan motor penggerak seluruh proses,” tegasnya.

Tindak lanjut hasil lokakarya pengelolaan danau berkelanjutan ini adalah untuk memberikan pijakan dalam penyusunan kebijakan dan membangun sinergi antara pemangku kepentingan, baik di tingkat pusat maupun daerah, dalam menyelesaikan permasalahan pengelolaan danau di Indonesia ke depan.

Kebijakan tersebut diharapkan memperkuat perencanaan, kelembagaan, dan regulasi dalam pengelolaan danau di Indonesia mendatang.

Pengelolaan danau juga telah menjadi komitmen berbagai negara dalam upaya menyelamatkan keberlanjutan fungsi ekosistem yang saat ini kondisinya dinilai semakin memprihatinkan.

Terkait dengan hal tersebut, World Lake Conference (WLC) ke-16 yang diselenggarakan di Bali pada November 2016 lalu merupakan salah satu forum internasional yang bertujuan untuk berbagi dan bertukar pengetahuan dan pengalaman dalam pengelolaan danau, pengembangan arah kebijakan operasional dalam rangka pemulihan kondisi danau, serta pengelolaan dan pemanfaatan danau yang seimbang antara konservasi dan ekonomi. (rel)

 

 

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/