25.6 C
Medan
Thursday, May 16, 2024

Kejar 15 Juta Wisman, Kemenpar Susun Pedoman Penanganan Krisis Kepariwisataan

Wisatawan mancanegara membutuhkan situasi yang stabil, secure, dan safety.

JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Crisis Center semakin menjadi fokus perhatian Menteri Pariwisata Arief Yahya. Sebab, semakin banyak kejadian atau peristiwa yang berpotensi “menekan” ekosistem pariwisata di tanah air. Seperti bencana, kecelakaan, wabah, stabilitas politik, dan berbagai hal yang menurunkan kondusivitas berwisata.

Sementara, tahun 2017 ini target yang sudah dilaunching sangat fantastik, 15 juta wisman. Naik 25% dari capaian tahun 2016 yang berjumlah 12 juta wisman. “Segala situasi yang bisa menekan kepariwisataan kita, harus diantisipasi dengan cermat,” ungkap Arief Yahya.

Bagaimana menghadapi situasi krisis? Langkah strategis apa saja yang harus diambil cepat? Emergency apa saja yang perlu diantisipasi? Koordinasi dengan siapa saja? Pihak mana saja? Agar informasi primer bisa diperoleh tercepat, terakurat, dan bisa menjadi bahan memutuskan kebijakan?

Pariwisata itu, lanjut Arief Yahya, membutuhkan situasi stabil, secure dan safety. Patokannya ada di 14 pilar TTCI – Travel and Tourism Competitiveness Index yang dibuat World Economic Forum (WEF). “Indeks daya saing kepariwisataan itulah yang harus dipantau dengan ketat. Apa saja yang menekan itu, masuk ke tim crisis center,” ungkapnya.

Menpar pun menetapkan Tim Crisis Center itu sebagai program prioritas 10 besar. Karena itulah, Biro Hukum dan Komunikasi Publik, Kementerian Pariwisata (Kemenpar) menyelenggaraan Focus Group Discussion(FGD) tentang Penyusunan Pedoman Penanganan Krisis Kepariwisataan.

FGD yang dibuka sekaligus sebagai keynote speech oleh Sekretaris Kemenpar Ukus Kuswara berlangsung di Hotel Mellinium Jakarta, Rabu (16/5).

Sekretaris Kemenpar Ukus Kuswara mengatakan, program pemerintah dalam pembangunan lima tahun ke depan akan fokus pada sektor; infrastruktur, maritim, energi, pangan, dan pariwisata. Penetapan kelima sektor ini dengan pertimbangan signifikansi perannya dalam jangka pendek, menengah, maupun panjang terhadap pembangunan nasional.

Dari lima sektor tersebut, kata Ukus Kuswara, pariwisata ditetapkan sebagai leading sector karena dalam jangka pendek, menengah, dan panjang, pertumbuhannya positif. Hal ini terlihat peran pariwisata dunia dalam memberikan berkontribusi terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) global mencapai 9,8%; kontribusi terhadap total ekspor dunia sebesar US$ 7,58 triliun dan foreign exchange earning sektor pariwisata tumbuh 25,1%; serta pariwisata membuka lapangan kerja yang luas yakni 1 dari 11 lapangan kerja ada di sektor pariwisata.

“Menteri Pariwisata (Menpar) Arief Yahya menyebut pariwisata sebagai cara yang paling mudah, murah, dan cepat untuk untuk meningkatkan devisa, PDB, dan menciptakan lapangan kerja dalam jumlah besar. Karena itu harus dijaga agar tetap kondusif,” kata Ukus Kuswara.

Wisatawan mancanegara membutuhkan situasi yang stabil, secure, dan safety.

JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Crisis Center semakin menjadi fokus perhatian Menteri Pariwisata Arief Yahya. Sebab, semakin banyak kejadian atau peristiwa yang berpotensi “menekan” ekosistem pariwisata di tanah air. Seperti bencana, kecelakaan, wabah, stabilitas politik, dan berbagai hal yang menurunkan kondusivitas berwisata.

Sementara, tahun 2017 ini target yang sudah dilaunching sangat fantastik, 15 juta wisman. Naik 25% dari capaian tahun 2016 yang berjumlah 12 juta wisman. “Segala situasi yang bisa menekan kepariwisataan kita, harus diantisipasi dengan cermat,” ungkap Arief Yahya.

Bagaimana menghadapi situasi krisis? Langkah strategis apa saja yang harus diambil cepat? Emergency apa saja yang perlu diantisipasi? Koordinasi dengan siapa saja? Pihak mana saja? Agar informasi primer bisa diperoleh tercepat, terakurat, dan bisa menjadi bahan memutuskan kebijakan?

Pariwisata itu, lanjut Arief Yahya, membutuhkan situasi stabil, secure dan safety. Patokannya ada di 14 pilar TTCI – Travel and Tourism Competitiveness Index yang dibuat World Economic Forum (WEF). “Indeks daya saing kepariwisataan itulah yang harus dipantau dengan ketat. Apa saja yang menekan itu, masuk ke tim crisis center,” ungkapnya.

Menpar pun menetapkan Tim Crisis Center itu sebagai program prioritas 10 besar. Karena itulah, Biro Hukum dan Komunikasi Publik, Kementerian Pariwisata (Kemenpar) menyelenggaraan Focus Group Discussion(FGD) tentang Penyusunan Pedoman Penanganan Krisis Kepariwisataan.

FGD yang dibuka sekaligus sebagai keynote speech oleh Sekretaris Kemenpar Ukus Kuswara berlangsung di Hotel Mellinium Jakarta, Rabu (16/5).

Sekretaris Kemenpar Ukus Kuswara mengatakan, program pemerintah dalam pembangunan lima tahun ke depan akan fokus pada sektor; infrastruktur, maritim, energi, pangan, dan pariwisata. Penetapan kelima sektor ini dengan pertimbangan signifikansi perannya dalam jangka pendek, menengah, maupun panjang terhadap pembangunan nasional.

Dari lima sektor tersebut, kata Ukus Kuswara, pariwisata ditetapkan sebagai leading sector karena dalam jangka pendek, menengah, dan panjang, pertumbuhannya positif. Hal ini terlihat peran pariwisata dunia dalam memberikan berkontribusi terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) global mencapai 9,8%; kontribusi terhadap total ekspor dunia sebesar US$ 7,58 triliun dan foreign exchange earning sektor pariwisata tumbuh 25,1%; serta pariwisata membuka lapangan kerja yang luas yakni 1 dari 11 lapangan kerja ada di sektor pariwisata.

“Menteri Pariwisata (Menpar) Arief Yahya menyebut pariwisata sebagai cara yang paling mudah, murah, dan cepat untuk untuk meningkatkan devisa, PDB, dan menciptakan lapangan kerja dalam jumlah besar. Karena itu harus dijaga agar tetap kondusif,” kata Ukus Kuswara.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/