JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Menpar Arief Yahya menyebut nama GenPI (Generasi Pesona Indonesia) dan GenWI (Generasi Wonderful Indonesia) bakal menjadi andalan promosi pariwisata Indonesia. “Mereka adalah anak-anak muda yang cinta Indonesia dan terus mempromosikan Wonderful Indonesia melalui media sosial,” kata Menteri Arief Yahya di depan mimbar.
Sekitar 100 pengusaha yang mewakili brand produk nasional pun terdiam. “Anak-anak muda itulah yang membuat trending topic di media sosial. Mereka juga akan mempromosikan bersama Co Branding Wonderful Indonesia dan Pesona Indonesia,” kata Arief Yahya di Balairung, 10 Agustus lalu.
Itu pula yang akan membuat media value Kementerian Pariwisata (Kemenpar) makin kuat. Termasuk dalam melakukan kolaborasi Co-Branding dengan Dapur Solo. “Spiritnya sama, Indonesia Incorporated,” ungkap Arief Yahya yang mencontohkan trending topic #CoBrandWonderfulIndonesia itu.
“Kuliner efektif sebagai sarana promosi. Selain itu juga, kuliner bisa menjadi pintu masuk yang bagus untuk pariwisata,” tambah Deputi Bidang Pemasaran Pariwisata Nusantara Kemenpar Esthy Reko Astuti. Kuliner ini dipilih menjadi alat promosi karena memiliki keragaman dan potensi besar yang dapat memikat wisatawan berlibur ke Indonesia.
“Indonesia potensial menjadi negara pusat kuliner karena mempertimbangkan berbagai potensi kuliner sekaligus bahan baku yang kita miliki di seluruh pelosok nusantara,”ujar Esthy yang juga diamini Plt Asdep Strategi Pemasaran Pariwisata Nusantara Hariyanto.
Founder Dapur Solo, Swan Kumarga mengaku sangat antusias sekali bisa bekerja sama dengan Kemenpar. Wanita berambut pendek itu juga akan menyandingkan brand Dapur Solo dengan Brand Pesona Indonesia atau Wonderful Indonesia disetiap box makanan, serta alam promosi lainnya yang diproduksi dapur Solo.
“Saya antusias sekali Pak Menteri, sebelum MoU (10/8) saya sudah mencetak disetiap kemasan Dapur Solo. Kuliner itu bagian dari pariwisata, dan saya sebagai pendiri Dapur Solo, walaupun belum begitu besar, saya yakin dengan melakukan kolaborasi bersama ini, Dapur Solo akan semakin besar,” ucap Swan.
Lebih lanjut Swan menjelaskan latar belakang berdirinya Dapur Solo yang sudah dirintisnya sekitar 30 tahun lalu. Sebagai seorang ibu rumah tangga yang harus mengurus anak yang masih kecil waktu itu, tidak memungkinkan saya untuk bekerja di luar rumah. Berkat saran suami untuk usaha di rumah akhirnya saya kemudian berjualan juice dan rujak, salah satu makanan kesukaan saya waktu itu.
“Dengan bermodalkan sebuah brosur sederhana tulisan tangan dan sebuah sepeda ontel milik kami waktu itu, saya menyebarkan selebaran tersebut ke rumah-rumah tetangga. Usaha yang sangat sederhana ini saya mulai di garasi rumah kami pada tahun 1988, pendapatan dari Rp. 3.000,-/ hari kian hari kian bertambah. Karena kecintaan saya akan kuliner Jawa terutama Solo asal kota kelahiran saya, saya kemudian menambahkan menu masakan rumah khas Solo,” katanya.