BANDUNG, SUMUTPOS.CO – Pemerintah Kota (Pemkot) Bandung tak henti-hentinya melakukan berbagai cara untuk meningkatkan kunjungan wisatawan. Selain terus berusaha mewujudkan Bandung sebagai kota pariwisata berbasis teknologi, pemkot juga getol membangun kampung wisata.
Wakil Wali Kota Bandung Oded Danial mengatakan, pihaknya menargetkan memiliki puluhan kampung wisata pada 2018.
Menurut Oded, kampung-kampung wisata itu bisa menambah opsi bagi wisatawan saat berkunjung ke Bandung.
“Insyaallah ke depan kami akan membuat 30 kampung wisata,” kata Oded, Kamis (14/9).
Dia menambahkan, kampung-kampung wisata itu akan membantu meningkatkan kunjungan wisatawan ke Bandung.
Merujuk data Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Bandung, kunjungan wisatawan pada 2016 mencapai 5.000.625. Perinciannya, sebanyak 173.036 merupakan wisatawan mancanegara (wisman). Sedangkan 4.827.589 adalah wisatawan domestik.
Tahun ini, Pemkot Bandung menargetkan sekitar tujuh juta kunjungan wisatawan.
Menurut Oded, kampung wisata itu akan dikonsep dengan menonjolkan tema tertentu.
Dia menargetkan setiap kecamatan minimal memiliki satu kampung wisata. “Harapannya di setiap kecamatan. (sebanyak) 30 itu berbeda tema,” ucap Oded.
Oded menambahkan, program kampung wisata sebenarnya sudah digagas sejak 2013.
Salah satu kampung wisata yang sudah ada adalah Kampung Wisata Kreatif Dago Pojok.
“Di dalam kampung wisata itu, termasuk industri kreatif segala macam, bisa di situ. Kami sudah mulai membangun gedungnya (gedung kreatif),” ucapnya.
Selain itu, Pemkot juga akan membangun pusat oleh-oleh khas Bandung. Dia berharap pusat suvenir itu bisa memanjakan para wisatawan.
Menurut Oded, Kota Bandung belum memiliki pusat oleh-oleh yang representatif seperti di daerah lain.
Toko oleh-oleh yang ada masih terpusat di pusat perbelanjaan, terminal, dan stasiun.
“Harus ada pusat oleh-oleh Kota Bandung yang representatif supaya perputaran ekonomi bisa masuk ke Bandung,” kata Oded.
Concern bangun banyak Desa Wisata di Bandung itu dipuji Menpar Arief Yahya. Dia berharap kampung itu dihidupkan dengan berbagai atraksi yang back to village. “Semakin menggunakan banyak pendekatan budaya, semakin kuat desa wisatanya,” kata Arief Yahya.
Program itu, bisa dipadu dengan homestay. Rumah untuk disewa, sebagai amenitas, dan desanya menjadi atraksi. “Kombinas atraksi dan amrnitas di dalam desa wisata itu, akan sangat organik dan hidup,” jelas Arief Yahya. (Rel)