32 C
Medan
Monday, November 25, 2024
spot_img

Ini Dasar Penetapan 100 Event Berskala Internasional oleh Kemenpar

Dari ajang Rakornas Nasional Kepariwisataan III Tahun 2017 di Assembly Hall Hotel Bidakara, Selasa (26/9), Kemenpar menetapkan 100 event berskala internasional yang akan berlangsung pada tahun 2018 mendatang.

JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Masih dari ajang Rapat Koordinasi Nasional Kepariwisataan III Tahun 2017 yang berlangsung di Assembly Hall Hotel Bidakara, Selasa (26/9). Dalam kesempatan ini Kementerian Pariwisata menetapkan 100 event berskala internasional yang akan berlangsung pada tahun 2018 mendatang.

Penetapan ini guna semakin meningkatkan kualitas penyelenggaraan kegiatan pariwisata dalam rangka menunjang pariwisata sebagai penggerak utama roda perekonomian negara pascaditetapkanya pariwisata sebagai salah satu leading sector ekonomi bangsa oleh Presiden Joko Widodo.

Penetapan dilakukan oleh tim kuratorial yang diketuai oleh Don Kardono bersama anggota Taufik Rahzen dan Dynand Faridz.

“Kementerian Pariwisata RI menyusun Calendar of Event 2018 ini berdasarkan ribuan event, festival, upacara dan kegiatan pariwisata yang terselenggara di seluruh Indonesia,” ujar Taufik Rahzen dalam paparnya.

100 event internasional tersebut merupakan event utama atau premiere atau core evet yang bakal menjadi ikon kegiatan pariwisata Indonesia tahun 2018. 100 event tersebut dimasuk dalam kategori yang disebut W-Event.

Taufik menjelaskan, kriteria terhadap pemilihan event ini adalah event-event yang diselenggarakan secara berkelanjutan dan tersosialisasi dengan luas. Melampaui batas regionalnya. Dikenal melalui pemberitaan media cetak, elektronik dan digital.

“Juga memiliki brand yang khusus,” ujar Taufik yang juga staf ahli menteri bidang budaya.

Lebih lanjut Taufik mengatakan, event yang masuk dalam kategori ini adalah event-event yang mewakili keragaman budaya Indonesia. Serta memiliki keunikan yang menonjol dan memiliki tema yang atraktif.

“Mengungkapkan daya tarik setempat serta memiliki dukungan aksesibilitas dan amenitas yang memadai,” kata dia.

Serta yang tidak ketinggalan, ujar Taufik, adalah event-event tersebut dikelola dengan relatif profesional, berkelanjutan dan memperoleh dukungan audiens yang terus berkembang.

“Penyelenggara memperlihatkan komitmen untuk kerjasama, keterbukaan dan berintegrasi dengan program Pariwisata secara keseluruhan,” jelasnya.

Misalnya di Aceh, yang ditetapkan sebagai kegiatan berlevel dunia adalah Aceh Culinary Festival, Festival Danau Lut Tawar serta Aceh International Rapa’i.

Sesuai dengan arahan Menteri Pariwisata Arief Yahya, event yang baik adalah kegiatan yang mewakili sebaran ruang geografis di seluruh Indonesia yang merata serta waktu yang terjadwal tetap.

“Serta dengan memperhatikan strategi pengembangan pariwisata Indonesia. Tiga greater, 10 branding dan 10 kawasan prioritas,” ujar Taufik.

Adapun kegiatan-kegiatan tersebut di antaranya adalah Karnaval Kemerdekaan, Hari Nusantara, Sail Indonesia, Festival Keraton Nusantara juga Hari Pers Nasional yang kesemuanya merupakan kegiatan nasional.

Setelah itu baru penetapan kegiatan-kegiatan yang berlangsung di setiap daerah. Misalnya di Aceh, yang ditetapkan sebagai kegiatan berlevel dunia. Adalah Aceh Culinary Festival, Festival Danau Lut Tawar serta Aceh International Rapa’i.

Kemudian di Jawa Tengah ada Dieng Culture Festival, Solo Batik Carnaval, Borobudur Marathon, Borobudur International Festival, Grebeg Sudiro dan lainnya.

“Jumlah event di setiap daerah yang ditetapkan sebagai skala internasional tentunya berbeda,” kata dia.

Lebih lanjut ia menjelaskan, di luar event-event yang telah ditetapkan sebagai kegiatan berskala internasional, tim kurator juga menetapkan 100 c-event. Yakni kegiatan yang berbasis culture, creative dan community.

“C-Event merupakan 100 multi event yang diselenggarakan oleh berbagai pihak baik pemerintah, swasta atau masyarakat yang memiliki kaitan langsung atau sebagian dengan dunia pariwisata. Event yang diselenggarakan secara khusus, menonjol dan memiliki daya tarik kuat,” ujar Taufik.

Pemilihan 100 C-Event ini berdasarkan atas beberapa hal. Pertama adalah kegiatan prioritas yang diselenggarakan atau didukung oleh kementerian dan lembaga terkait seperti Kemendikbud, Bekraf, KLH, Kemenag dan lainnya.

Kemudian event khusus yang diusulkan oleh masing-masing provinsi yang menjadi ikon festival budayanya. Mewakili keragaman budaya nusantara. “Misalnya Pekan Budaya Aceh, Pahlawan Surabaya dan lainnya,” ujar Taufik.

Selain itu juga upacara tradisi yang diselenggarakan oleh komunitas pendukungnya dan diselenggarakan secara mandiri. Misalkan Seren Taun di Cipta Gelar, Wola Podu di Sumba atau Sekaten di Yogya.

“Serta kegiatan swasta yang diselenggarakan secara reguler dan memiliki audiens internasional yang luas. Serta juga upacara dan festival keagamaan yang telah menjadi tradisi besar yang tersebar di seluruh Indonesia. Misalnya Lebaran, Maulid Nabi, Paskah, Natal, Waisak dan lainnya yang menunjukkan keberagaman,” ujar Taufik.

Di Jawa Tengah, ada event Dieng Culture Festival, Solo Batik Carnaval, Borobudur Marathon, Borobudur International Festival, Grebeg Sudiro dan lainnya, ditetapkan sebagai kegiatan berskala internasional.

Terakhir adalah A-Event, adalah almanak event yaitu kompilasi dari seluruh eventevent yang ada di Indonesia yang baik penyelenggaraanya reguler atau dalam tahap tahun tertentu.

“Diperkirakan sekitar 3.000 event budaya dan festival diselenggarakan setiap tahunnya. Informasi tentang event ini akan ditayangkan secara reguler dalam sistem informasi pariwisata E-Digital,” kata dia.

Almanak event sendiri, lanjut Taufik Rahzen, terbagi atas tiga bagian. Pertama adalah event nasional, regional dan lokal yang tidak termasuk dalam event wonder dan culture sebelumnya.

Kemudian yang kedua adalah event periodik yang diselenggarakan dalam rentang waktu berbeda.

Ketiga adalah event sendiri yang diselenggarakan secara reguler. Seperti Ramayana di Prambanan, Sriwedari Solo, Wayang Bharata Jakarta, Devdan di Nusa Dua, atau Bali Agung Taman Safari Bali,” ujar Taufik.

Dari seluruh daftar tersebut, Taufik menjelaskan pihaknya masih membuka kesempatan bagi setiap daerah untuk merevisi ataupun daerah-daerah lainnya untuk mengajukan kegiatan-kegiatan yang dapat masuk dalam tiga kategori tersebut.

Sebelumnya Deputi Bidang Pengembangan Destinasi dan Industri Pariwisata, Dadang Rizki Ratman mengatakan, 100 event besar utama nantinya akan disupport di Calendaer of Event (CoE) 2018 pariwisata nasional.

“Supporting Kemenpar lebih ke promosi, bukan ke operasional events itu sendiri. Promosi melalui media, dengan POSE Paid Media Own Media dan Social Media. Lalu disesuaikan dengan DOT, destinasi, originasi dan timeline,” kata Dadang Rizki Ratman.

100 event kelas dunia itu disebut Prime Events yang bakal ditetapkan, diluncurkan dan dipromosikan oleh Kemenpar. Selain dikurasi oleh tim, 100 premier events itu akan dikonfirmasi kembali ke masing-masing daerah, untuk dipersiapkan secara matang pada tahun mendatang.

“CoE itu akan menjadi patokan travel agent dan travellers yang akan datang ke destinasi Indonesia. Karena itu, CoE 100 Premier Events itu harus dipastikan punya agenda yang tetap, baik tanggal bulan dan jamnya. Sehingga promosinya akan dilakukan jauh sebelum tanggal tersebut,” ujar Dadang.

Ujungnya, penetapan-penetapan ini adalah untuk menambah kunjungan wisatawan. Tahun 2018 sendiri jumlah kunjungan wisatawan mancanegara ditargetkan mencapai 17 juta dan 270 juta pergerakan wisatawan nusantara. (rel)

Dari ajang Rakornas Nasional Kepariwisataan III Tahun 2017 di Assembly Hall Hotel Bidakara, Selasa (26/9), Kemenpar menetapkan 100 event berskala internasional yang akan berlangsung pada tahun 2018 mendatang.

JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Masih dari ajang Rapat Koordinasi Nasional Kepariwisataan III Tahun 2017 yang berlangsung di Assembly Hall Hotel Bidakara, Selasa (26/9). Dalam kesempatan ini Kementerian Pariwisata menetapkan 100 event berskala internasional yang akan berlangsung pada tahun 2018 mendatang.

Penetapan ini guna semakin meningkatkan kualitas penyelenggaraan kegiatan pariwisata dalam rangka menunjang pariwisata sebagai penggerak utama roda perekonomian negara pascaditetapkanya pariwisata sebagai salah satu leading sector ekonomi bangsa oleh Presiden Joko Widodo.

Penetapan dilakukan oleh tim kuratorial yang diketuai oleh Don Kardono bersama anggota Taufik Rahzen dan Dynand Faridz.

“Kementerian Pariwisata RI menyusun Calendar of Event 2018 ini berdasarkan ribuan event, festival, upacara dan kegiatan pariwisata yang terselenggara di seluruh Indonesia,” ujar Taufik Rahzen dalam paparnya.

100 event internasional tersebut merupakan event utama atau premiere atau core evet yang bakal menjadi ikon kegiatan pariwisata Indonesia tahun 2018. 100 event tersebut dimasuk dalam kategori yang disebut W-Event.

Taufik menjelaskan, kriteria terhadap pemilihan event ini adalah event-event yang diselenggarakan secara berkelanjutan dan tersosialisasi dengan luas. Melampaui batas regionalnya. Dikenal melalui pemberitaan media cetak, elektronik dan digital.

“Juga memiliki brand yang khusus,” ujar Taufik yang juga staf ahli menteri bidang budaya.

Lebih lanjut Taufik mengatakan, event yang masuk dalam kategori ini adalah event-event yang mewakili keragaman budaya Indonesia. Serta memiliki keunikan yang menonjol dan memiliki tema yang atraktif.

“Mengungkapkan daya tarik setempat serta memiliki dukungan aksesibilitas dan amenitas yang memadai,” kata dia.

Serta yang tidak ketinggalan, ujar Taufik, adalah event-event tersebut dikelola dengan relatif profesional, berkelanjutan dan memperoleh dukungan audiens yang terus berkembang.

“Penyelenggara memperlihatkan komitmen untuk kerjasama, keterbukaan dan berintegrasi dengan program Pariwisata secara keseluruhan,” jelasnya.

Misalnya di Aceh, yang ditetapkan sebagai kegiatan berlevel dunia adalah Aceh Culinary Festival, Festival Danau Lut Tawar serta Aceh International Rapa’i.

Sesuai dengan arahan Menteri Pariwisata Arief Yahya, event yang baik adalah kegiatan yang mewakili sebaran ruang geografis di seluruh Indonesia yang merata serta waktu yang terjadwal tetap.

“Serta dengan memperhatikan strategi pengembangan pariwisata Indonesia. Tiga greater, 10 branding dan 10 kawasan prioritas,” ujar Taufik.

Adapun kegiatan-kegiatan tersebut di antaranya adalah Karnaval Kemerdekaan, Hari Nusantara, Sail Indonesia, Festival Keraton Nusantara juga Hari Pers Nasional yang kesemuanya merupakan kegiatan nasional.

Setelah itu baru penetapan kegiatan-kegiatan yang berlangsung di setiap daerah. Misalnya di Aceh, yang ditetapkan sebagai kegiatan berlevel dunia. Adalah Aceh Culinary Festival, Festival Danau Lut Tawar serta Aceh International Rapa’i.

Kemudian di Jawa Tengah ada Dieng Culture Festival, Solo Batik Carnaval, Borobudur Marathon, Borobudur International Festival, Grebeg Sudiro dan lainnya.

“Jumlah event di setiap daerah yang ditetapkan sebagai skala internasional tentunya berbeda,” kata dia.

Lebih lanjut ia menjelaskan, di luar event-event yang telah ditetapkan sebagai kegiatan berskala internasional, tim kurator juga menetapkan 100 c-event. Yakni kegiatan yang berbasis culture, creative dan community.

“C-Event merupakan 100 multi event yang diselenggarakan oleh berbagai pihak baik pemerintah, swasta atau masyarakat yang memiliki kaitan langsung atau sebagian dengan dunia pariwisata. Event yang diselenggarakan secara khusus, menonjol dan memiliki daya tarik kuat,” ujar Taufik.

Pemilihan 100 C-Event ini berdasarkan atas beberapa hal. Pertama adalah kegiatan prioritas yang diselenggarakan atau didukung oleh kementerian dan lembaga terkait seperti Kemendikbud, Bekraf, KLH, Kemenag dan lainnya.

Kemudian event khusus yang diusulkan oleh masing-masing provinsi yang menjadi ikon festival budayanya. Mewakili keragaman budaya nusantara. “Misalnya Pekan Budaya Aceh, Pahlawan Surabaya dan lainnya,” ujar Taufik.

Selain itu juga upacara tradisi yang diselenggarakan oleh komunitas pendukungnya dan diselenggarakan secara mandiri. Misalkan Seren Taun di Cipta Gelar, Wola Podu di Sumba atau Sekaten di Yogya.

“Serta kegiatan swasta yang diselenggarakan secara reguler dan memiliki audiens internasional yang luas. Serta juga upacara dan festival keagamaan yang telah menjadi tradisi besar yang tersebar di seluruh Indonesia. Misalnya Lebaran, Maulid Nabi, Paskah, Natal, Waisak dan lainnya yang menunjukkan keberagaman,” ujar Taufik.

Di Jawa Tengah, ada event Dieng Culture Festival, Solo Batik Carnaval, Borobudur Marathon, Borobudur International Festival, Grebeg Sudiro dan lainnya, ditetapkan sebagai kegiatan berskala internasional.

Terakhir adalah A-Event, adalah almanak event yaitu kompilasi dari seluruh eventevent yang ada di Indonesia yang baik penyelenggaraanya reguler atau dalam tahap tahun tertentu.

“Diperkirakan sekitar 3.000 event budaya dan festival diselenggarakan setiap tahunnya. Informasi tentang event ini akan ditayangkan secara reguler dalam sistem informasi pariwisata E-Digital,” kata dia.

Almanak event sendiri, lanjut Taufik Rahzen, terbagi atas tiga bagian. Pertama adalah event nasional, regional dan lokal yang tidak termasuk dalam event wonder dan culture sebelumnya.

Kemudian yang kedua adalah event periodik yang diselenggarakan dalam rentang waktu berbeda.

Ketiga adalah event sendiri yang diselenggarakan secara reguler. Seperti Ramayana di Prambanan, Sriwedari Solo, Wayang Bharata Jakarta, Devdan di Nusa Dua, atau Bali Agung Taman Safari Bali,” ujar Taufik.

Dari seluruh daftar tersebut, Taufik menjelaskan pihaknya masih membuka kesempatan bagi setiap daerah untuk merevisi ataupun daerah-daerah lainnya untuk mengajukan kegiatan-kegiatan yang dapat masuk dalam tiga kategori tersebut.

Sebelumnya Deputi Bidang Pengembangan Destinasi dan Industri Pariwisata, Dadang Rizki Ratman mengatakan, 100 event besar utama nantinya akan disupport di Calendaer of Event (CoE) 2018 pariwisata nasional.

“Supporting Kemenpar lebih ke promosi, bukan ke operasional events itu sendiri. Promosi melalui media, dengan POSE Paid Media Own Media dan Social Media. Lalu disesuaikan dengan DOT, destinasi, originasi dan timeline,” kata Dadang Rizki Ratman.

100 event kelas dunia itu disebut Prime Events yang bakal ditetapkan, diluncurkan dan dipromosikan oleh Kemenpar. Selain dikurasi oleh tim, 100 premier events itu akan dikonfirmasi kembali ke masing-masing daerah, untuk dipersiapkan secara matang pada tahun mendatang.

“CoE itu akan menjadi patokan travel agent dan travellers yang akan datang ke destinasi Indonesia. Karena itu, CoE 100 Premier Events itu harus dipastikan punya agenda yang tetap, baik tanggal bulan dan jamnya. Sehingga promosinya akan dilakukan jauh sebelum tanggal tersebut,” ujar Dadang.

Ujungnya, penetapan-penetapan ini adalah untuk menambah kunjungan wisatawan. Tahun 2018 sendiri jumlah kunjungan wisatawan mancanegara ditargetkan mencapai 17 juta dan 270 juta pergerakan wisatawan nusantara. (rel)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/