25 C
Medan
Saturday, May 4, 2024

Padukan Wisata dan Sejarah, Kemenpar FGD Sejarah Akmil

YOGYAKARTA, SUMUTPOS.CO – Kementerian Pariwisata (Kemenpar) bekerjasama dengan Ikatan Keluarga Akademi Militer Yogyakarta (IKAM-Yogya) mengadakan Focus Group Discussion (FGD) Promosi 10 Destinasi Prioritas dengan event perjalanan insentif di Propinsi Jawa Tengah yang akan dilaksanakan Sabtu 29 Juli 2017.

FGD ini sendiri memiliki rangkaian kegiatan lainnya seperti Napak Tilas di beberapa titik, yaitu Benteng Vreidenberg, SMA BOPKRI 1 Yogyakarta, SMPN 2 Kalasan, Taman Makam Pahlawan Kusuma Negara di Semaki dan dilanjutkan ke Akademi Militer Magelang, serta ke Monumen Perjuangan Taruna di Plataran-Kalasan.

Deputi Pengembangan Pemasaran Pariwisata Nusantara, Esthy Reko Astuti, didampingi Kepala Bidang Promosi Perjalanan Insentif Kemenpar, Hendri Karnoza mengatakan, dalam portofolio produk pariwisata, Budaya (Culture) menempati porsi sebanyak 60% dalam porotofolio produk kepariwisataan di Indonesia.

Di dalam wisata budaya ini sendiri terdapat klasifikasi wisata warisa budaya dan sejarah (heritage and pilgrim tourism) sebanyak 20%, wisata belanja dan kuliner (culinary and shopping tourism) sebanyak 45%, dan wisata kota dan desa (city and village tourism) sebanyak 35%.

Lebih lanjut Esthy menambahkan, dalam kegiatan ini, akan mengutamakan harmonisasi pentahelix dari ABCGM (Academic, Bussiness, Community, Government, dan Media). Akademis berperan dalam memformulasikan perencanaan pengembangan kepariwisataan.

Hendri menambahkan, bisnis memiliki peran yang sangat penting dalam pengembangan kerjasama kepariwisataan. Kemudian, komunitas yang memberi ruang kondusif dengan dukungannya. Lalu pemerintah, yang oleh Menpar Arief Yahya dijelaskan punya dua kekuatan.

“Pertama kekuatan regulasi atau aturan. Kedua kekuatan budgeting atau APBN dan APBD,” jelas Menteri Arief Yahya. Government yang commited akan mendorong tumbuh dan berkembangnya pariwisata, begitupun sebaliknya.

”Dan yang terakhir adalah media, dengan keterlibatan media memberikan dampak yang luar biasa dan luas dalam mempromosikan potensi pariwisata, ini sangat penting,” ujar Hendri.

Pria asli Padang itu menambahkan, wisata sejarah dan budaya menjadi salah satu jenis wisata minat khusus. Selain sejarah dan budaya, masih ada wisata alam dan ekowisata, olahraga dan rekreasi, SPA, MICE, Cruise, kuliner dan belanja.

“Selain keindahan alam, daya tarik sosial, sejarah maupun budaya menjadi salah satu faktor ketertarikan wisatawan pada sebuah objek wisata. Hal-hal unik dan berbeda selalu ada dalam budaya Indonesia, sehingga wajar tempat-tempat di Indonesia banyak menjadi destinasi wisata karena begitu kayanya Indonesia akan budaya dan sejarahnya,” ujar Hendri.

Sementara itu, salah satu pemerhati sejarah dan juga penggagas acara ini,  Indroyono Soesilo, mengatakan bahwa sejarah dan budaya menjadi identitas suatu bangsa, karena itulah yang membedakan satu negeri dengan negeri lain, antara bangsa Indonesia dengan bangsa lain, sehingga menjadi suatu kewajiban bagi kita untuk memelihara dan melestarikannya.

Pria yang juga ketua Tim Percepatan Wisata Bahari Kemenpar itu menambahkan, melalui kegiatan ini bisa diungkap tentang sejarah cikal bakal Akademi Militer Magelang, yang merupakan kelanjutan dari Akademi Militer Republik Indonesia , dikenal sebagai Akademi Militer Yogyakarta, atau MA-Yogya, yang berdiri pada kurun 1945-1950 di Ibukota Republik Perjuangan. 

YOGYAKARTA, SUMUTPOS.CO – Kementerian Pariwisata (Kemenpar) bekerjasama dengan Ikatan Keluarga Akademi Militer Yogyakarta (IKAM-Yogya) mengadakan Focus Group Discussion (FGD) Promosi 10 Destinasi Prioritas dengan event perjalanan insentif di Propinsi Jawa Tengah yang akan dilaksanakan Sabtu 29 Juli 2017.

FGD ini sendiri memiliki rangkaian kegiatan lainnya seperti Napak Tilas di beberapa titik, yaitu Benteng Vreidenberg, SMA BOPKRI 1 Yogyakarta, SMPN 2 Kalasan, Taman Makam Pahlawan Kusuma Negara di Semaki dan dilanjutkan ke Akademi Militer Magelang, serta ke Monumen Perjuangan Taruna di Plataran-Kalasan.

Deputi Pengembangan Pemasaran Pariwisata Nusantara, Esthy Reko Astuti, didampingi Kepala Bidang Promosi Perjalanan Insentif Kemenpar, Hendri Karnoza mengatakan, dalam portofolio produk pariwisata, Budaya (Culture) menempati porsi sebanyak 60% dalam porotofolio produk kepariwisataan di Indonesia.

Di dalam wisata budaya ini sendiri terdapat klasifikasi wisata warisa budaya dan sejarah (heritage and pilgrim tourism) sebanyak 20%, wisata belanja dan kuliner (culinary and shopping tourism) sebanyak 45%, dan wisata kota dan desa (city and village tourism) sebanyak 35%.

Lebih lanjut Esthy menambahkan, dalam kegiatan ini, akan mengutamakan harmonisasi pentahelix dari ABCGM (Academic, Bussiness, Community, Government, dan Media). Akademis berperan dalam memformulasikan perencanaan pengembangan kepariwisataan.

Hendri menambahkan, bisnis memiliki peran yang sangat penting dalam pengembangan kerjasama kepariwisataan. Kemudian, komunitas yang memberi ruang kondusif dengan dukungannya. Lalu pemerintah, yang oleh Menpar Arief Yahya dijelaskan punya dua kekuatan.

“Pertama kekuatan regulasi atau aturan. Kedua kekuatan budgeting atau APBN dan APBD,” jelas Menteri Arief Yahya. Government yang commited akan mendorong tumbuh dan berkembangnya pariwisata, begitupun sebaliknya.

”Dan yang terakhir adalah media, dengan keterlibatan media memberikan dampak yang luar biasa dan luas dalam mempromosikan potensi pariwisata, ini sangat penting,” ujar Hendri.

Pria asli Padang itu menambahkan, wisata sejarah dan budaya menjadi salah satu jenis wisata minat khusus. Selain sejarah dan budaya, masih ada wisata alam dan ekowisata, olahraga dan rekreasi, SPA, MICE, Cruise, kuliner dan belanja.

“Selain keindahan alam, daya tarik sosial, sejarah maupun budaya menjadi salah satu faktor ketertarikan wisatawan pada sebuah objek wisata. Hal-hal unik dan berbeda selalu ada dalam budaya Indonesia, sehingga wajar tempat-tempat di Indonesia banyak menjadi destinasi wisata karena begitu kayanya Indonesia akan budaya dan sejarahnya,” ujar Hendri.

Sementara itu, salah satu pemerhati sejarah dan juga penggagas acara ini,  Indroyono Soesilo, mengatakan bahwa sejarah dan budaya menjadi identitas suatu bangsa, karena itulah yang membedakan satu negeri dengan negeri lain, antara bangsa Indonesia dengan bangsa lain, sehingga menjadi suatu kewajiban bagi kita untuk memelihara dan melestarikannya.

Pria yang juga ketua Tim Percepatan Wisata Bahari Kemenpar itu menambahkan, melalui kegiatan ini bisa diungkap tentang sejarah cikal bakal Akademi Militer Magelang, yang merupakan kelanjutan dari Akademi Militer Republik Indonesia , dikenal sebagai Akademi Militer Yogyakarta, atau MA-Yogya, yang berdiri pada kurun 1945-1950 di Ibukota Republik Perjuangan. 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/