ROHIL, SUMUTPOS.CO – Semangat Gubernur Riau Arsyadjuliandi Rachman untuk menjadikan daerahnya sebagai destinasi wisata kelas dunia, terus dipacu. Saat ini, pihaknya sedang mempersiapkan diri untuk menghebohkan Festival Bakar Tongkang di Bagansiapiapi, Kabupaten Rokan Hilir (Rohil), 10-11 Juni mendatang.
Acara adat Tionghoa yang sudah menyatu dengan masyarakat Bagansiapiapi ini bakal dikunjungi ribuan orang. Baik dari nusantara maupun mancanegara. Sebab kegiatan ini sudah dikenal di berbagai penjuru dunia. “Bahkan banyak yang berasal dari Malaysia, Singapura, Thailand, Taiwan hingga Cina Daratan,” kata Gubernur Arsyadjuliandi serius.
Ritual Bakar Tongkang adalah acara budaya yang dilakukan di Riau untuk memperingati kehadiran masyarakat Tionghoa ke tanah Bagansiapiapi pada tahun 1820. Pada festival ini akan ada ritual atau upacara bakar tongkang yang dilakukan sebagai simbol bahwa masyarakat Tionghoa di Bagansiapiapi tak akan kembali lagi ke tanah leluhur dan berjanji untuk mengembangkan diri di kota yang punya julukan Hong Kong van Andalas.
“Ritual yang dikenal dengan nama Go Gek Cap Lak dalam bahasa Hokkiein ini sudah berlangsung sejak 134 tahun silam. Pada zaman orde baru, ritual ini sempat dilarang. Namun, sejak era kepemimpinan Gus Dur larangan terhadap ritual ini dihapuskan,” ungkap Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Riau, Fahmizal Usman, Minggu (28/5).
Festival Bakar Tongkang akan diawali dengan sembahyang di kelenteng Ing Hok Kiong yang merupakan kelenteng tertua di kawasan Pekong Besar. Lalu acara dilanjutkan dengan arak-arakan ke tempat pembakaran hingga berlanjut ke prosesi pembakaran di hari berikutnya.
“Prosesi pembakaran tongkang biasanya diawali dengan menetapkan posisi haluan tongkang sesuai petunjuk Dewa Kie Ong Ya atau Dewa laut. Setelah mengetahui posisinya, tongkang akan diletakkan pada posisi pembakaran dan kertas sembahyang ditimbun dekat lambung kapal yang siap untuk dibakar,” jelas Fahmizal Usman.
Tak hanya itu, selama ritual ini, berbagai kelenteng yang memenuhi Bagan Siapiapi melakukan upacara pemanggilan roh. Biasanya ada orang yang bersedia menjadi medium untuk dirasuki roh.
Ia juga mengimbau kepada masyarakat Tionghoa pada malam hiburan Bakar Tongkang yang dipusatkan di depan Kelenteng Ing Hok King untuk tetap menjaga toleransi beragama mengingat pelaksanaannya bertepatan dengan bulan suci Ramadan. “Kita minta malam hiburan Bakar Tongkang nanti dilakukan seperti tahun lalu setelah sholat Tarawih,” pintanya.
Menurutnya Fahmizal Usman, selain mengembangkan dan mempromosikan potensi wisata daerah yang sangat menjanjikan, dengan adanya acara Ritual Bakar Tongkang masyarakat juga dapat imbas perekonomiannya.
Event Bakar Tongkang biasanya didominasi wisatawan mancanegara marga Tionghoa. Mereka tersebar di berbagai negara seperti Amerika Serikat, Kanada, Cina, Hong Kong, Malaysia, Singapura.
“Bakar Tongkang juga mampu mendatangkan puluhan ribu orang wisatawan, baik domestik maupun wisatawan internasional. Yang datang biasanya mereka punya keturunan (keluarga-red) di Rohil. Itu banyak sekali,” tambahnya.
Kalau soal promosi, Menteri Pariwisata Arief Yahya akan membantu, karena event itu sudah berkelas dunia dan banyak wisatawan yang datang mengikuti prosesi itu. Kegiatan ini juga sudah masuk Calender of Event Riau, yang diusulkan sebagai kegiatan nasional.
Strategi media yang dilakulan Kemenpar adalah POSE, paid mesia, own media, social media dan endorser media. Channeling media itu akan dipilih yang paling efektif untuk mempromosikan kegiatan tahunan bakar tongkang itu.
Pola yang dilakukan Kemenpar adalah, pre event, on event dan post event. Karena itu, semampang waktunya masih cukup, kegiatan itu harus dipromosikan melalui digital media dulu. “Diviralkan dulu melalui media digital,” kata Menpar Arief Yahya. (rel)