25 C
Medan
Sunday, September 29, 2024

Tokoh Sumut: Ini Sejarah, 5 Menteri Bicarakan Danau Toba

Foto: JPNN Jubir Istana didampingi sejumlah menteri dan plt Gubsu Tengku Erry Nuradi, memberikan keterangan pers tentang pengembang wisata Danau Toba di Istana Negara, Selasa (2/2/2016).
Foto: JPNN
Jubir Istana didampingi sejumlah menteri dan plt Gubsu Tengku Erry Nuradi, memberikan keterangan pers tentang pengembang wisata Danau Toba di Istana Negara, Selasa (2/2/2016).

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Rencana pengembangan kawasan wisata Danau Toba yang akan disejajarkan seperti Bali atau menjadi Monaco of Asia, mendapat dukungan dari tokoh Sumatera Utara. Salah satunya RE Nainggolan, yang juga penggagas Danau Toba masuk dalam Global Geopark Network (GGN) tahun 2015 lalu.

“Sungguh sangat apresiasi rencana dan tindakan pemerintah yang memberikan perhatian yang sangat besar terhadap Danau Toba. Kalau saya tidak salah mengambil kesimpulan, dalam sejarah pemerintahan kita, baru ini terjadi ada 5 menteri duduk satu meja membicarakan tentang masa depan Danau Toba,” kata RE Nainggolan kepada Sumut Pos, Rabu (3/2).

Menurutnya, rencana dan kegiatan yang akan dilakukan pemerintah sungguh sangat memberi dampak yang sangat besar untuk pembangunan kawasan Danau Toba di masa mendatang. Satu contoh, bagaimana Kementerian Pekerjaan Umum memberikan perhatian serius terhadap pembangunan jalan di lokasi tersebut. Sebab, selama ini tidak pernah merasakan nikmatnya perjalanan dari Medan menuju Danau Toba. Kondisi jalan di sana sudah cukup baik dan diperlebar, karena beberapa tahun sebelumnya akses menuju ke sana sangat rusak.

Pembangunan akses jalan ini, lanjutnya, tentu sangat terasa bagi masyarakat Sumatera Utara.

“Untuk itu, mari lihat sisi-sisi positifnya. Bila mendengar penjelasan Menko Kemaritiman, Rizal Ramli, sungguh sangat bisa diharapkan. Karena, sudah lama sekali masyarakat Sumut mengharapkan pembangunan kawasan Danau Toba ditangani suatu manajemen. Ternyata, pemerintah ingin mewujudkan harapan itu,” tutur mantan Sekda Pemprovsu ini.

Kata dia, untuk satu destinasi memang sebaiknya dalam satu manajemen, ‘one destination’. Dalam satu manajemen tersebut, nantinya akan dilakukan berbagai kegiatan mengarah kemajuan kawasan Danau Toba. Apakah itu aspek lingkungan, infrastruktur, kepariwisataan, dan berbagai hal-hal yang berkaitan lainnya. Suatu contoh, misalnya bagaimana Kementerian Lingkungan Hidup mengatasi banyaknya limbah yang mengalir ke Danau Toba. Bahkan, perhitungannya ada sekitar 22 ton, hampir setiap saat.

Ini juga menjadi bagian yang dipikirkan pemerintah, dan diharapkan segera dilakukan pembenahan. Tujuannya, agar masyarakat sekitar juga peka terhadap kebersihan Danau Toba.

Pada sisi lain, yakni Kementerian Pariwisata melihat bahwa Danau Toba akan menjadi satu destinasi dari 10 tempat wisata yang ada di Indonesia. Nantinya, ini diisi dengan berbagai kegiatan kepariwisataan sehingga menjadi perhatian masyarakat Sumut, baik wisatawan domestik dan mancanegara.

Dengan demikian, ini tentunya harus diberi dukungan dan masyarakat disosialisasikan sehingga pemerintah semakin terdorong untuk mewujudkan pembangunan kawasan Danau Toba.

“Saya pikir, konsistensi dan fokus terhadap hal-hal yang harus kita bangun atau dipersiapkan,” ucapnya.

Mengenai respon masyarakat dengan pembangunan tersebut, lanjutnya, di mana saja pasti ada saja hal-hal yang belum sempurna. Karena, itu merupakan sebuah proses yang harus dilalui. Untuk itu, pemerintah melakukan sosialisasi secara terus menerus. Sehingga, secara bertahap akan semakin baik untuk dapat mendukung langkah pemerintah. Karena, dengan begitu masyarakat akan memperoleh lapangan pekerjaan baru dan tambahan pendapatan.

“Suatu contoh, misalnya saja 1 juta orang datang ke sana dikali 10 ribu USD per orang, maka akan menghasilkan sekitar 10 miliar USD. Biasanya, uang ini berputar ke masyarakat, mulai dari sovenir, hotel, rumah makan, transport dan lain sebagainya. Dengan begitu, tentunya ini dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat,” imbuhnya.

Disinggung mengenai sarannya terhadap para peternak ikan dan industri yang menyumbang limbah ke Danau Toba, RE Nainggolan menyarankan agar tidak serta merta dihentikan dan itu tidak boleh. Sebaiknya, dicari upaya solusi yang terbaik sehingga airnya tetap jernih.

“Pada dasarnya, pengembangan kawasan destinasi Danau Toba ini bertujuan untuk mensejahterakan masyarakat setempat. Jadi, bila ini sudah tercapai sepenuhnya tentu akan membuka lapangan pekerjaan baru. Sehingga, mereka akan beralih ke pekerjaan lain,” pungkasnya.

Foto: JPNN Jubir Istana didampingi sejumlah menteri dan plt Gubsu Tengku Erry Nuradi, memberikan keterangan pers tentang pengembang wisata Danau Toba di Istana Negara, Selasa (2/2/2016).
Foto: JPNN
Jubir Istana didampingi sejumlah menteri dan plt Gubsu Tengku Erry Nuradi, memberikan keterangan pers tentang pengembang wisata Danau Toba di Istana Negara, Selasa (2/2/2016).

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Rencana pengembangan kawasan wisata Danau Toba yang akan disejajarkan seperti Bali atau menjadi Monaco of Asia, mendapat dukungan dari tokoh Sumatera Utara. Salah satunya RE Nainggolan, yang juga penggagas Danau Toba masuk dalam Global Geopark Network (GGN) tahun 2015 lalu.

“Sungguh sangat apresiasi rencana dan tindakan pemerintah yang memberikan perhatian yang sangat besar terhadap Danau Toba. Kalau saya tidak salah mengambil kesimpulan, dalam sejarah pemerintahan kita, baru ini terjadi ada 5 menteri duduk satu meja membicarakan tentang masa depan Danau Toba,” kata RE Nainggolan kepada Sumut Pos, Rabu (3/2).

Menurutnya, rencana dan kegiatan yang akan dilakukan pemerintah sungguh sangat memberi dampak yang sangat besar untuk pembangunan kawasan Danau Toba di masa mendatang. Satu contoh, bagaimana Kementerian Pekerjaan Umum memberikan perhatian serius terhadap pembangunan jalan di lokasi tersebut. Sebab, selama ini tidak pernah merasakan nikmatnya perjalanan dari Medan menuju Danau Toba. Kondisi jalan di sana sudah cukup baik dan diperlebar, karena beberapa tahun sebelumnya akses menuju ke sana sangat rusak.

Pembangunan akses jalan ini, lanjutnya, tentu sangat terasa bagi masyarakat Sumatera Utara.

“Untuk itu, mari lihat sisi-sisi positifnya. Bila mendengar penjelasan Menko Kemaritiman, Rizal Ramli, sungguh sangat bisa diharapkan. Karena, sudah lama sekali masyarakat Sumut mengharapkan pembangunan kawasan Danau Toba ditangani suatu manajemen. Ternyata, pemerintah ingin mewujudkan harapan itu,” tutur mantan Sekda Pemprovsu ini.

Kata dia, untuk satu destinasi memang sebaiknya dalam satu manajemen, ‘one destination’. Dalam satu manajemen tersebut, nantinya akan dilakukan berbagai kegiatan mengarah kemajuan kawasan Danau Toba. Apakah itu aspek lingkungan, infrastruktur, kepariwisataan, dan berbagai hal-hal yang berkaitan lainnya. Suatu contoh, misalnya bagaimana Kementerian Lingkungan Hidup mengatasi banyaknya limbah yang mengalir ke Danau Toba. Bahkan, perhitungannya ada sekitar 22 ton, hampir setiap saat.

Ini juga menjadi bagian yang dipikirkan pemerintah, dan diharapkan segera dilakukan pembenahan. Tujuannya, agar masyarakat sekitar juga peka terhadap kebersihan Danau Toba.

Pada sisi lain, yakni Kementerian Pariwisata melihat bahwa Danau Toba akan menjadi satu destinasi dari 10 tempat wisata yang ada di Indonesia. Nantinya, ini diisi dengan berbagai kegiatan kepariwisataan sehingga menjadi perhatian masyarakat Sumut, baik wisatawan domestik dan mancanegara.

Dengan demikian, ini tentunya harus diberi dukungan dan masyarakat disosialisasikan sehingga pemerintah semakin terdorong untuk mewujudkan pembangunan kawasan Danau Toba.

“Saya pikir, konsistensi dan fokus terhadap hal-hal yang harus kita bangun atau dipersiapkan,” ucapnya.

Mengenai respon masyarakat dengan pembangunan tersebut, lanjutnya, di mana saja pasti ada saja hal-hal yang belum sempurna. Karena, itu merupakan sebuah proses yang harus dilalui. Untuk itu, pemerintah melakukan sosialisasi secara terus menerus. Sehingga, secara bertahap akan semakin baik untuk dapat mendukung langkah pemerintah. Karena, dengan begitu masyarakat akan memperoleh lapangan pekerjaan baru dan tambahan pendapatan.

“Suatu contoh, misalnya saja 1 juta orang datang ke sana dikali 10 ribu USD per orang, maka akan menghasilkan sekitar 10 miliar USD. Biasanya, uang ini berputar ke masyarakat, mulai dari sovenir, hotel, rumah makan, transport dan lain sebagainya. Dengan begitu, tentunya ini dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat,” imbuhnya.

Disinggung mengenai sarannya terhadap para peternak ikan dan industri yang menyumbang limbah ke Danau Toba, RE Nainggolan menyarankan agar tidak serta merta dihentikan dan itu tidak boleh. Sebaiknya, dicari upaya solusi yang terbaik sehingga airnya tetap jernih.

“Pada dasarnya, pengembangan kawasan destinasi Danau Toba ini bertujuan untuk mensejahterakan masyarakat setempat. Jadi, bila ini sudah tercapai sepenuhnya tentu akan membuka lapangan pekerjaan baru. Sehingga, mereka akan beralih ke pekerjaan lain,” pungkasnya.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/