Kasus perceraian di Kota Medan kian tahun terus meningkat. Kadang-kadang hanya karena dipicu masalah sepele pasangan suami istri harus bercerai. Seperti yang dialami oleh TT. Wanita berusia 25 tahun itu menggugat cerai suaminya NP (27) ke Pengadilan Agama Medan. Alasannya, dia tak terima dengan sikap suaminya yang tak pernah menghargai pendapatnya. Aduh!
Diceritakan TT, mereka menikah tahun 2008 lalu. Setelah menikah mereka tinggal di kediaman orangtua TT di Pasar Merah. Di rumah itu pasangan suami istri ini pun hidup rukun.
“Awak menikah pokoknya bahagialah. Apalagi kami diberi rumah oleh orangtuaku,” kata TT.
Menurut TT, di rumah mewah itu mereka hidup bagaikan putri dan raja. Sebab, mereka selalu menggunakan jasa pembantu untuk kehidupan sehari-hari .
“Aku nggak pandai masak makanya kami pakai pembantu,” ucapnya.
Tiga tahun membagun biduk rumah tangga, kebahagiaan semakin lengkap setelah mereka dikaruniai sepasang putrid dan putrid.
“Tahun 2010 aku mengandung, 2011 kami memiliki anak laki- laki. Saat-saat itu kebahagiaan rumah tangga kami semakin bahagia,” ungkapnya.
Seiring berjalan waktu, setelah usia putra mereka 1 tahun, keharmonisan rumah tangga mereka mulai pudar. Bermula saat dia ingin memiliki mobil baru. TT kemudian menceritakan keinginannya itu kepada suaminya NP.
Mendengar permintaan TT, NP sontak terkejut. Meskipun demikian NP tak menjawab dan memilih tak menghiraukan permintaan istrinya TT. NP pun pergi meningggalkan istrinya itu.
Merasa tak dihargai TT merajuk. Buntutnya terjadi cekcok.
“Sudahlah tak menghiraukan permintaanku malah dia marah-marah dan menudingku wanita malam. Enggak sadar dia selama ini hidup dari hasil keringatku,” cetusnya.
Tak senang dengan perkataan suaminya, TT mengadu kepada orangtuanya. Keesokan harinya TT didampingi orangtuanya langsung melaporkan NP ke Penegadilan Agama Medan.
“Saya mau menggugat cerai suami saya yang tak menghargai pendapat saya dan menuding saya yang tidak-tidak,” katanya. (cr-1)
