26.7 C
Medan
Friday, May 17, 2024

Oww… Aceh Dominasi Penyelundupan Narkoba ke Sumut

Sebelumnya, Kepala Kepolisian Daerah Sumatera Utara (Kapoldasu) Irjen Pol Rycko Amelza Dahniel mengakui adanya pergeseran pintu masuk narkoba ke Sumut. Menurutnya, penyelundupan narkoba dari Aceh Timur lebih aman daripada dari Tanjungbalai.

“Kalau masuk dari Tanjungbalai tidak aman bos, banyak penjahatnya. Mulai dari penjahat di laut (perompak, Red) dan lainnya. Mungkin itu yang membuat mereka mulai masuk dari Aceh Timur. Begitupun, masih ada juga terkadang mereka berusaha masuk dari Tanjungbalai,” kata Rycko kepada Sumut Pos di Mapolda Sumut, Kamis (2/3).

Yang menarik, kata Rycko, dari beberapa kali pengungkapan penyelundupan sabu jaringan internasional bungkusannya serupa, dipaking dalam bungkusan teh beraksara Tiongkok. “Kalau kita mengikuti beberapa pengungkapan penyelundupan narkoba, coba dilihat bungkusannya semuanya sama, dibungkus dalam bubuk teh dengan bertulisakan aksara Tiongkok. Ini yang belum bisa kami simpulkan apa maksudnya. Kalau bener dari Tiongkok, kalau ternyata orang kita yang buat terus dibungkus dengan tulisan begitu? Ini yang belum berhasil kami pecahkan maksudnya,” ungkapnya.

Begitupun dia mengatakan, memang sepanjang Pantai Timur menjadi pintu masuk penyelundupan narkoba jaringan internasional. “Jadi sebenarnya bukan cuma dari Aceh, sepanjang Pantai Timur Pulau Sumatera itu pintu masuk juga,” ungkap Rycko.

Sementara itu, Kepala Badan Narkotika Nasional Provinsi (BNNP) Sumut, mengatakan banyaknya warga Aceh yang tertangkap dalam sindikat narkoba jaringan internasional karena memang kawasan tersebut menjadi pintu masuk.

Dengan begitu dia mengaku tidak mengetahui secara pasti peran-peran warga Aceh yang ditangkap oleh BNN pusat dan Mabes Polri itu. “Karena kan mereka yang menangkap kebetulan lokasi di sini. Nah, untuk menjawab pertanyaan kenapa banyak warga Aceh yang jadi pelakunya karena memang di sana pintu masuknya,” tutur Kepala BNNP Sumut, Brigjen Andi Loedianto, menjawab Sumut Pos, kemarin.

Menurutnya, BNNP Sumut sendiri minim informasi soal peran tersangka sindikat narkoba jaringan internasional baik yang ditangkap BNN Pusat, apalagi Mabes Polri. “Apakah mereka cuma pesuruh saja atau berhubungan langsung dengan bandar besarnya dari Tiongkok, saya tidak mengetahuinya,” sebut Andi.

Banyak informasi pengungkapan jaringan narkoba internasional yang terungkap sepanjang 2017 ini disebut-sebut informasi dari Polisi Diraja Malaysia dan sabunya berasal dari Malaysia. Ditanya kepada Andi kenapa tidak ditangkap di Malaysia saja sebelum ke Indonesia.

“Mereka (sindikat narkoba,red) kan lewat Selat Malaka. Jadi sesuai aturan internasionalnya negara yang mendapat informasi memberikan informasi itu ke negara yang akan dimasuki. Jadi pengedar narkoba sindikat internasional itu tidak berada di wilayah Malaysia,” tuturnya.  (mag-1/ril)

Sebelumnya, Kepala Kepolisian Daerah Sumatera Utara (Kapoldasu) Irjen Pol Rycko Amelza Dahniel mengakui adanya pergeseran pintu masuk narkoba ke Sumut. Menurutnya, penyelundupan narkoba dari Aceh Timur lebih aman daripada dari Tanjungbalai.

“Kalau masuk dari Tanjungbalai tidak aman bos, banyak penjahatnya. Mulai dari penjahat di laut (perompak, Red) dan lainnya. Mungkin itu yang membuat mereka mulai masuk dari Aceh Timur. Begitupun, masih ada juga terkadang mereka berusaha masuk dari Tanjungbalai,” kata Rycko kepada Sumut Pos di Mapolda Sumut, Kamis (2/3).

Yang menarik, kata Rycko, dari beberapa kali pengungkapan penyelundupan sabu jaringan internasional bungkusannya serupa, dipaking dalam bungkusan teh beraksara Tiongkok. “Kalau kita mengikuti beberapa pengungkapan penyelundupan narkoba, coba dilihat bungkusannya semuanya sama, dibungkus dalam bubuk teh dengan bertulisakan aksara Tiongkok. Ini yang belum bisa kami simpulkan apa maksudnya. Kalau bener dari Tiongkok, kalau ternyata orang kita yang buat terus dibungkus dengan tulisan begitu? Ini yang belum berhasil kami pecahkan maksudnya,” ungkapnya.

Begitupun dia mengatakan, memang sepanjang Pantai Timur menjadi pintu masuk penyelundupan narkoba jaringan internasional. “Jadi sebenarnya bukan cuma dari Aceh, sepanjang Pantai Timur Pulau Sumatera itu pintu masuk juga,” ungkap Rycko.

Sementara itu, Kepala Badan Narkotika Nasional Provinsi (BNNP) Sumut, mengatakan banyaknya warga Aceh yang tertangkap dalam sindikat narkoba jaringan internasional karena memang kawasan tersebut menjadi pintu masuk.

Dengan begitu dia mengaku tidak mengetahui secara pasti peran-peran warga Aceh yang ditangkap oleh BNN pusat dan Mabes Polri itu. “Karena kan mereka yang menangkap kebetulan lokasi di sini. Nah, untuk menjawab pertanyaan kenapa banyak warga Aceh yang jadi pelakunya karena memang di sana pintu masuknya,” tutur Kepala BNNP Sumut, Brigjen Andi Loedianto, menjawab Sumut Pos, kemarin.

Menurutnya, BNNP Sumut sendiri minim informasi soal peran tersangka sindikat narkoba jaringan internasional baik yang ditangkap BNN Pusat, apalagi Mabes Polri. “Apakah mereka cuma pesuruh saja atau berhubungan langsung dengan bandar besarnya dari Tiongkok, saya tidak mengetahuinya,” sebut Andi.

Banyak informasi pengungkapan jaringan narkoba internasional yang terungkap sepanjang 2017 ini disebut-sebut informasi dari Polisi Diraja Malaysia dan sabunya berasal dari Malaysia. Ditanya kepada Andi kenapa tidak ditangkap di Malaysia saja sebelum ke Indonesia.

“Mereka (sindikat narkoba,red) kan lewat Selat Malaka. Jadi sesuai aturan internasionalnya negara yang mendapat informasi memberikan informasi itu ke negara yang akan dimasuki. Jadi pengedar narkoba sindikat internasional itu tidak berada di wilayah Malaysia,” tuturnya.  (mag-1/ril)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/