29 C
Medan
Sunday, October 20, 2024
spot_img

Ini Dampak Ekonomi dari Fremantle-Bali Yacht Race 2017

Fremantle-Bali Yacht Race 2017 membawa dampak kejutan pada ekonomi Bali.

BADUNG, SUMUTPOS.CO – Ajang Fremantle-Bali Yacht Race 2017 membawa dampak kejut ekonomi yang luar biasa bagi Bali. Ada 70 peserta race yang banyak membelanjakan uangnya di destinasi wisata terbaik dunia 2017 pilihan TripAdvisor itu. Itu belum termasuk 52 anggota keluarga mereka yang ikut diboyong ke Pulau Dewata Bali.

“Total kru dan skipper ada 70 orang. Dan mereka masih membawa 52 orang anggota keluarga untuk berlibur ke Bali,” papar Raymond T Lesmana, di sela Welcome Dinner Fremantle-Bali Yacht Race 2017 di Prama Sanur Beach Hotel, Sabtu (20/5) malam.

Pria yang sudah puluhan tahun mengurus organizer yacht rally internasional itu sangat yakin, hal ini memberi dampak ekonomi yang tidak sedikit bagi Bali. Marina, hotel, rental mobil, restoran, bar dan pub, semua ikut terkena imbas positif dari Fremantle-Bali Yacht Race 2017.

“Tipikal yacht racer adalah spending uang yang lebih besar dari rally yachter. Mereka maunya menginap di hotel berbintang. Makannya di restoran berbintang. Satu kapal yang terdiri dari satu awak dan dua skipper biasanya mengeluarkan uang US$ 123 per hari. Keluarga yang ikut terbang dari Australia ke Bali rata-rata juga segitu. Silakan estimasi sendiri, berapa perputaran uang dari race ini,” ungkapnya.

Dan living cost tadi, masih bisa bertambah lagi karena biaya tersebut belum termasuk membeli bahan bakar, air bersih, perbaikan kapal, kebersihan dan kebutuhan dasar lainnya.

“Dan kemarin ada beberapa yachter yang ingin menetap tiga hingga enam bulan. Ada yang ingin ke Labuan Bajo, Tual, Anambas. Coba bayangkan berapa potensi uang yang akan beredar di masyarakat bila Indonesia disinggahi yachter-yachter Australia ini? Angkanya pasti lumayan,” katanya.

Hal itu ikut diamini Ketua Tim Percepatan Wisata Bahari Kemenpar Indroyono Soesilo. Melihat besarnya dampak ekonomi dari wisata yacht, mantan Menko Kemaritiman itu berjanji untuk mengintensifkan perbaikan layanan bagi yacht internasional yang mengunjungi nusantara.

“Dikeluarkannya Peraturan Presiden No. 105/2015 tentang pengelolaan kunjungan kapal pesiar asing adalah tonggak penting dalam upaya pemerintah untuk merampingkan sektor ini. Berdasarkan peraturan tersebut, kapal pesiar asing dan penumpang serta awak kapal dapat mengakses dukungan administratif dan imigrasi saat memasuki salah satu dari 18 pelabuhan yang dipilih, seperti Pelabuhan Benoa di Bali, Pelabuhan Sabang di Aceh dan Pelabuhan Belawan di Medan,” ujarnya.

Dan bagi yang ingin memperpanjang masa liburannya, sekarang sudah ada sosio culture visa yang bisa diperpanjang selama enam bulan. “Setelah yacht, ke depannya kami akan merayu super yacht yang berukuran lebih dari 24 meter untuk berwisata ke Indonesia,” ucapnya.

Fremantle-Bali Yacht Race 2017 membawa dampak kejutan pada ekonomi Bali.

BADUNG, SUMUTPOS.CO – Ajang Fremantle-Bali Yacht Race 2017 membawa dampak kejut ekonomi yang luar biasa bagi Bali. Ada 70 peserta race yang banyak membelanjakan uangnya di destinasi wisata terbaik dunia 2017 pilihan TripAdvisor itu. Itu belum termasuk 52 anggota keluarga mereka yang ikut diboyong ke Pulau Dewata Bali.

“Total kru dan skipper ada 70 orang. Dan mereka masih membawa 52 orang anggota keluarga untuk berlibur ke Bali,” papar Raymond T Lesmana, di sela Welcome Dinner Fremantle-Bali Yacht Race 2017 di Prama Sanur Beach Hotel, Sabtu (20/5) malam.

Pria yang sudah puluhan tahun mengurus organizer yacht rally internasional itu sangat yakin, hal ini memberi dampak ekonomi yang tidak sedikit bagi Bali. Marina, hotel, rental mobil, restoran, bar dan pub, semua ikut terkena imbas positif dari Fremantle-Bali Yacht Race 2017.

“Tipikal yacht racer adalah spending uang yang lebih besar dari rally yachter. Mereka maunya menginap di hotel berbintang. Makannya di restoran berbintang. Satu kapal yang terdiri dari satu awak dan dua skipper biasanya mengeluarkan uang US$ 123 per hari. Keluarga yang ikut terbang dari Australia ke Bali rata-rata juga segitu. Silakan estimasi sendiri, berapa perputaran uang dari race ini,” ungkapnya.

Dan living cost tadi, masih bisa bertambah lagi karena biaya tersebut belum termasuk membeli bahan bakar, air bersih, perbaikan kapal, kebersihan dan kebutuhan dasar lainnya.

“Dan kemarin ada beberapa yachter yang ingin menetap tiga hingga enam bulan. Ada yang ingin ke Labuan Bajo, Tual, Anambas. Coba bayangkan berapa potensi uang yang akan beredar di masyarakat bila Indonesia disinggahi yachter-yachter Australia ini? Angkanya pasti lumayan,” katanya.

Hal itu ikut diamini Ketua Tim Percepatan Wisata Bahari Kemenpar Indroyono Soesilo. Melihat besarnya dampak ekonomi dari wisata yacht, mantan Menko Kemaritiman itu berjanji untuk mengintensifkan perbaikan layanan bagi yacht internasional yang mengunjungi nusantara.

“Dikeluarkannya Peraturan Presiden No. 105/2015 tentang pengelolaan kunjungan kapal pesiar asing adalah tonggak penting dalam upaya pemerintah untuk merampingkan sektor ini. Berdasarkan peraturan tersebut, kapal pesiar asing dan penumpang serta awak kapal dapat mengakses dukungan administratif dan imigrasi saat memasuki salah satu dari 18 pelabuhan yang dipilih, seperti Pelabuhan Benoa di Bali, Pelabuhan Sabang di Aceh dan Pelabuhan Belawan di Medan,” ujarnya.

Dan bagi yang ingin memperpanjang masa liburannya, sekarang sudah ada sosio culture visa yang bisa diperpanjang selama enam bulan. “Setelah yacht, ke depannya kami akan merayu super yacht yang berukuran lebih dari 24 meter untuk berwisata ke Indonesia,” ucapnya.

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru