JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Velix Wanggai, pemuda asli Papua ini begitu diminati untuk memperbaiki sepak bola nasional. Hanya saja, semua permintaan tersebut ditolak oleh ayah empat anak itu.
Pertama, Velix diminta untuk bergabung dengan Tim Transisi PSSI bentukan Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) Imam Nahrawi. Awalnya, Velix menyanggupi, namun karena alasan kesibukan di Badan Pembangunan Nasional (Bapenas), dia akhirnya menarik diri.
Terbaru, Velix juga melakukan hal yang sama ketika namanya dimasukan ke dalam struktur keanggotaan PSSI pimpinan La Nyalla Mattalitti. “Karena PSSI belum menghubungi saya sebelumnya untuk menanyakan kesediaan bergabung dalam kepengurusan PSSI,” kata Velix, seperti dilansir Jawa Pos, Rabu (20/5).
Velix menambahkan, pernyataan mundurnya dari struktur formal kepengrusan sepak bola nasional tersebut, tidak lantas mengurangi perhatiannya untuk memajukan sepak bola secara menyeluruh. Sebab, bagi dia, sepak bola bukan hanya sebuah permainan, tapi juga identitas bangsa.
“Saya sering berdiskusi dengan banyak klub sepak bola di Indonesia, itu yang membuat saya tahu persis tentang bagaimana memajukan sepak bola bangsa ini. Jadi, meski tidak berada di struktur formal, saya siap memberikan gagasan dan pendapat bila dibutuhkan,” ujarnya. (dik)
JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Velix Wanggai, pemuda asli Papua ini begitu diminati untuk memperbaiki sepak bola nasional. Hanya saja, semua permintaan tersebut ditolak oleh ayah empat anak itu.
Pertama, Velix diminta untuk bergabung dengan Tim Transisi PSSI bentukan Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) Imam Nahrawi. Awalnya, Velix menyanggupi, namun karena alasan kesibukan di Badan Pembangunan Nasional (Bapenas), dia akhirnya menarik diri.
Terbaru, Velix juga melakukan hal yang sama ketika namanya dimasukan ke dalam struktur keanggotaan PSSI pimpinan La Nyalla Mattalitti. “Karena PSSI belum menghubungi saya sebelumnya untuk menanyakan kesediaan bergabung dalam kepengurusan PSSI,” kata Velix, seperti dilansir Jawa Pos, Rabu (20/5).
Velix menambahkan, pernyataan mundurnya dari struktur formal kepengrusan sepak bola nasional tersebut, tidak lantas mengurangi perhatiannya untuk memajukan sepak bola secara menyeluruh. Sebab, bagi dia, sepak bola bukan hanya sebuah permainan, tapi juga identitas bangsa.
“Saya sering berdiskusi dengan banyak klub sepak bola di Indonesia, itu yang membuat saya tahu persis tentang bagaimana memajukan sepak bola bangsa ini. Jadi, meski tidak berada di struktur formal, saya siap memberikan gagasan dan pendapat bila dibutuhkan,” ujarnya. (dik)