JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Pemerintah akan membuka kesempatan impor sapi dari India. Menteri Perdagangan (Mendag) Rachmat Gobel menyatakan, kebijakan itu diambil lantaran impor sapi dari India lebih murah daripada dari Australia.
“Biaya produksi kita dari waktu ke waktu meningkat sehingga akan berdampak pada harga di pasar. Tentu nanti juga berdampak pada inflasi. Bisa saja kami akan mempelajari India. Bisa juga mempelajari negara lain. Yang jelas, kami berupaya menurunkan biaya produksi tersebut,” ujarnya.
Rachmat mengungkapkan, opsi impor dari negara yang harga sapinya lebih murah tersebut ditujukan untuk kepentingan masyarakat Indonesia. Kini pemerintah memikirkan upaya untuk menekan biaya-biaya tersebut agar konsumen tidak terbebani. Selain dari India, pemerintah membuka opsi impor sapi dari negara lain yang harganya lebih murah.
“Kebutuhan impor sapi hidup Indonesia mencapai 750 ribu ekor per tahun. Tapi, itu mungkin ada peningkatan juga,” tuturnya.
Namun, dia menegaskan, kuota impor sapi diharapkan tidak membuat stok dalam negeri berlebihan dan harus memperhatikan peternak dalam negeri. “Jangan seolah-olah tidak memperhatikan peternak lokal. Makanya, kami dorong berapa besar sebetulnya sehingga mengambil keputusan impor bisa tepat,” tuturnya.
Sebelumnya dikabarkan, pemerintah RI membatasi izin impor ternak sapi hidup menjadi 50 ribu ekor pada kuartal ketiga tahun ini. Kabar tersebut sempat membuat eksporter sapi hidup asal Australia gigit jari lantaran mereka telah mengalokasikan 200 ribu ternak sapi hidup seperti permintaan importer.
Hal tersebut juga dibantah Rachmat. Dia menjelaskan, pemerintah sangat mungkin menambah kuota impor sapi dari Australia dengan tetap memperhatikan stok serta kebutuhan dalam negeri.
“Kebijakan impor sapi dari Australia itu kebijakan terakhir. Kami harus evaluasi berapa stok di dalam negeri. Sebanyak 50 ribu ekor itu yang dikeluarkan tahap pertama sekarang ini, namun tidak berarti dibatasi,” tuturnya.