29 C
Medan
Monday, November 25, 2024
spot_img

Depresiasi Rupiah Sudah Mengkhawatirkan

Rupiah dan Dolar-Ilustrasi
Rupiah dan Dolar-Ilustrasi

JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Menkeu Bambang Brodjonegoro mengakui bahwa depresiasi rupiah kali ini, cukup mengkhawatirkan. Dia menyebut, faktor utama pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar adalah devaluasi Yuan. Dia membantah jika pelemahan rupiah tersebut terkait reshuffle.

Terkait devaluasi Yuan, Bambang meyakini, the Fed akan berpikir ulang untuk menaikkan suku bunganya.

“Devaluasi China malah bisa membuat The Fed ragu-ragu untuk menaikkan suku bunga. Karena kalau dia menaikkan tingkat bunga, makin kuat lagi dia terhadap semua mata uang. Dolar makin kuat itu juga bisa membuat Amerika berpikir dua kali,” papar Bambang di Kompleks Istana Kepresidenan, kemarin.

Mantan Wamenkeu tersebut mengakui, devaluasi Yuan tersebut cukup mengejutkan. Namun, dia memastikan bahwa anggaran negara masih dalam posisi aman, sekalipun terjadi pelemahan yang cukup kuat terhadap rupiah.

“APBN sih aman ya,” katanya. Bambang mengakui dengan adanya depresiasi rupiah tersebut, pembayaran bunga utang bakal semakin membengkak.

Namun, hal tersebut masih bisa ditutup dengan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) yang juga akan meningkat. Karena itu, pihaknya akan berkoordinasi dengan BI untuk mengatur gejolak Surat Utang Negara (SUN).

“Kita juga bisa bersama BI mengatur gejolak di SUN. Dan tidak harus lewat stabilitation framework dulu. Itu kan yield-nya sudah pada tingkat tertentu. Jadi kita koordinasi terus,” imbuhnya.

Plt Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Suahasil Nazara menambahkan bahwa ada kenaikan di penerimaan dari PNBP, akibat nilai dollar yang menguat. Meski begitu dia mengakui, harga komoditas ekspor Indonesia masih menurun, sehingga perolehan PNBP pun tidak signifikan.

“Harganya turun tapi nggak ada resiko kepada APBN seperti resiko waktu masih ada subsidi BBM,” paparnya. (dee/ken/dim/wir/ gen)

Rupiah dan Dolar-Ilustrasi
Rupiah dan Dolar-Ilustrasi

JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Menkeu Bambang Brodjonegoro mengakui bahwa depresiasi rupiah kali ini, cukup mengkhawatirkan. Dia menyebut, faktor utama pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar adalah devaluasi Yuan. Dia membantah jika pelemahan rupiah tersebut terkait reshuffle.

Terkait devaluasi Yuan, Bambang meyakini, the Fed akan berpikir ulang untuk menaikkan suku bunganya.

“Devaluasi China malah bisa membuat The Fed ragu-ragu untuk menaikkan suku bunga. Karena kalau dia menaikkan tingkat bunga, makin kuat lagi dia terhadap semua mata uang. Dolar makin kuat itu juga bisa membuat Amerika berpikir dua kali,” papar Bambang di Kompleks Istana Kepresidenan, kemarin.

Mantan Wamenkeu tersebut mengakui, devaluasi Yuan tersebut cukup mengejutkan. Namun, dia memastikan bahwa anggaran negara masih dalam posisi aman, sekalipun terjadi pelemahan yang cukup kuat terhadap rupiah.

“APBN sih aman ya,” katanya. Bambang mengakui dengan adanya depresiasi rupiah tersebut, pembayaran bunga utang bakal semakin membengkak.

Namun, hal tersebut masih bisa ditutup dengan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) yang juga akan meningkat. Karena itu, pihaknya akan berkoordinasi dengan BI untuk mengatur gejolak Surat Utang Negara (SUN).

“Kita juga bisa bersama BI mengatur gejolak di SUN. Dan tidak harus lewat stabilitation framework dulu. Itu kan yield-nya sudah pada tingkat tertentu. Jadi kita koordinasi terus,” imbuhnya.

Plt Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Suahasil Nazara menambahkan bahwa ada kenaikan di penerimaan dari PNBP, akibat nilai dollar yang menguat. Meski begitu dia mengakui, harga komoditas ekspor Indonesia masih menurun, sehingga perolehan PNBP pun tidak signifikan.

“Harganya turun tapi nggak ada resiko kepada APBN seperti resiko waktu masih ada subsidi BBM,” paparnya. (dee/ken/dim/wir/ gen)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/