25 C
Medan
Friday, December 27, 2024
spot_img

Ups… Polisi Gelar Ritual Pengusiran Roh Halus

Ritual-Ilustrasi
Ritual-Ilustrasi

SIANTAR, SUMUTPOS.CO – Sehari pasca tahanan kasus pencurian –Frans Nero Siahaan (31)– tewas di penjara, polisi menggelar ritual pengusiran roh halus di rumah tahanan polisi (RTP) Mapolsek Siantar Barat.

Ritual yang berlangsung pada Selasa (23/2) sore itu dilakukan oleh salah seorang paranormal dengan cara mengibas-ngibaskan air dari dalam botol ke seluruh bagian RTP tersebut sembari membacakan mantra.

Kapolsek Siantar Barat Iptu David Sinaga mengaku sengaja melakukan ritual itu agar RTP dan ruangan lainnya bebas dari gangguan makhluk halus. “Itu kita lakukan supaya kita nggak diganggu makhluk halus,” ujarnya.

Ia juga membenarkan bahwa ritual tersebut memang dilakukan terkait kematian Frans. “Ada juga seorang paranormal yang mengatakan kalau di kantor ini khususnya di ruang tahanan banyak roh yang suka mengganggu. Tapi sekarang sudah dibersihkan,” pungkasnya.

Sekedar mengingatkan, Frans warga Jalan Viyata Yudha, Kelurahan Bah Kapul, Siantar Sitalasari yang tersangkut kasus pencurian itu ditemukan tewas di RTP Mapolsek Siantar Barat pada Senin (22/2) sekira pukul 13.00 WIB.

Frans ditemukan dengan kondisi kepala tenggelam di dalam ember yang berisi air. Tak hanya itu, luka-luka lebam seperti pada bagian kening, badan, tangan dan kaki juga ditemukan di tubuh Frans. Usai dipastikan sudah tidak bernyawa lagi, Frans pun langsung dievakuasi ke Instalasi Jenazah RSUD Djasamen Saragih untuk kepentingan otopsi.

Hasil otopsi yang berlangsung pada Senin (22/2) sore hingga malam hari itu menyebutkan Frans tewas karena tenggelam. “Korban meninggal akibat mati lemas karena tenggelam,” jelas Kepala Forensik RSUD Djasamen Saragih, Dokter Reinhard Hutahaean. Ia melanjutkan bahwa luka memar atau lecet yang ada di beberapa bagian tubuh Frans sesuai dengan sumber trauma yang ada di tempat kejadian perkara (TKP).

“Luka-luka itu sesuai dengan sumber trauma yang ada di TKP. Saya semalam ikut olah TKP di sel Polsek,” lanjutnya. Meski begitu, ia menegaskan bahwa terkait kesimpulan apakah Frans bunuh diri atau dibunuh, pihaknya tidak memiliki wewenang untuk menyampaikan hal tersebut.

“Kalau tentang kesimpulan bunuh diri atau pembunuhan itu adalah kewenangan kepolisian,” tegasnya. “Yang pasti petunjuk-petunjuk sudah saya berikan. Petunjuk-petunjuk itu misalnya luka lecet maupun luka memar itu bentuknya identik dengan barang-barang seperti ember yang ada di TKP. Dan luka-luka memar dan lecet itu lukanya juga terlihat tenang, kalau luka yang dipaksakan itu biasanya menyebar di tubuh,” tambahnya.

Otopsi itu dilakukan karna pihak keluarga yakin sengaja dibunuh dan bukan bunuh diri seperti pernyataan polisi. (fes/smg/deo)

Ritual-Ilustrasi
Ritual-Ilustrasi

SIANTAR, SUMUTPOS.CO – Sehari pasca tahanan kasus pencurian –Frans Nero Siahaan (31)– tewas di penjara, polisi menggelar ritual pengusiran roh halus di rumah tahanan polisi (RTP) Mapolsek Siantar Barat.

Ritual yang berlangsung pada Selasa (23/2) sore itu dilakukan oleh salah seorang paranormal dengan cara mengibas-ngibaskan air dari dalam botol ke seluruh bagian RTP tersebut sembari membacakan mantra.

Kapolsek Siantar Barat Iptu David Sinaga mengaku sengaja melakukan ritual itu agar RTP dan ruangan lainnya bebas dari gangguan makhluk halus. “Itu kita lakukan supaya kita nggak diganggu makhluk halus,” ujarnya.

Ia juga membenarkan bahwa ritual tersebut memang dilakukan terkait kematian Frans. “Ada juga seorang paranormal yang mengatakan kalau di kantor ini khususnya di ruang tahanan banyak roh yang suka mengganggu. Tapi sekarang sudah dibersihkan,” pungkasnya.

Sekedar mengingatkan, Frans warga Jalan Viyata Yudha, Kelurahan Bah Kapul, Siantar Sitalasari yang tersangkut kasus pencurian itu ditemukan tewas di RTP Mapolsek Siantar Barat pada Senin (22/2) sekira pukul 13.00 WIB.

Frans ditemukan dengan kondisi kepala tenggelam di dalam ember yang berisi air. Tak hanya itu, luka-luka lebam seperti pada bagian kening, badan, tangan dan kaki juga ditemukan di tubuh Frans. Usai dipastikan sudah tidak bernyawa lagi, Frans pun langsung dievakuasi ke Instalasi Jenazah RSUD Djasamen Saragih untuk kepentingan otopsi.

Hasil otopsi yang berlangsung pada Senin (22/2) sore hingga malam hari itu menyebutkan Frans tewas karena tenggelam. “Korban meninggal akibat mati lemas karena tenggelam,” jelas Kepala Forensik RSUD Djasamen Saragih, Dokter Reinhard Hutahaean. Ia melanjutkan bahwa luka memar atau lecet yang ada di beberapa bagian tubuh Frans sesuai dengan sumber trauma yang ada di tempat kejadian perkara (TKP).

“Luka-luka itu sesuai dengan sumber trauma yang ada di TKP. Saya semalam ikut olah TKP di sel Polsek,” lanjutnya. Meski begitu, ia menegaskan bahwa terkait kesimpulan apakah Frans bunuh diri atau dibunuh, pihaknya tidak memiliki wewenang untuk menyampaikan hal tersebut.

“Kalau tentang kesimpulan bunuh diri atau pembunuhan itu adalah kewenangan kepolisian,” tegasnya. “Yang pasti petunjuk-petunjuk sudah saya berikan. Petunjuk-petunjuk itu misalnya luka lecet maupun luka memar itu bentuknya identik dengan barang-barang seperti ember yang ada di TKP. Dan luka-luka memar dan lecet itu lukanya juga terlihat tenang, kalau luka yang dipaksakan itu biasanya menyebar di tubuh,” tambahnya.

Otopsi itu dilakukan karna pihak keluarga yakin sengaja dibunuh dan bukan bunuh diri seperti pernyataan polisi. (fes/smg/deo)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/