30 C
Medan
Tuesday, May 7, 2024

Tuduh Istri Selingkuh, Ayah Rantai Anak Gadisnya

Dirantai-Ilustrasi
Dirantai-Ilustrasi

ACEH, SUMUTPOS.CO – Berdalih cemburu pada istri, seorang suami berinisial IB (43) warga Desa Matang Baro, Baktiya, Aceh Utara merantai anak gadisnya, S (17) yang masih duduk di bangku SMK. Atas perbuatan tersebut, IB pun dibekuk polisi, Sabtu (26/3).

Kapolsek Baktiya Ipda Suparyo yang ditemui kru koran ini, Minggu (28/3) mengatakan, kejadian itu berawal ketika IB menuduh istrinya NA (40) punya pria idaman lain (PIL). Dituduh tanpa bukti, NA sontak tak terima. NA makin galau, karea setiap bertengkar dia kerap dipukuli. Karena  kesal, akhirnya NA melaporkan tuduhan dan penganiayaan itu ke Polsek Baktiya.

“Ketika istrinya datang ke Polsek untuk melaporkan tuduhan itu, maka suami langsung mengambil anak gadisnya lalu mengikat dengan rantai di sebuah pohon pinang dekat rumahnya. Tujuannya agar istrinya pulang dan tidak melaporkan kejadian itu kepada petugas,” kata Kapolsek Suparyo.

Gadis itu dirantai di kaki dan diikat ke pohon pinang oleh ayahnya dari pukul 18.00 WIB dan baru dibebaskan sekitar pukul 22.00 WIB, setelah pihak Polsek Baktiya datang ke lokasi kejadian.

Ketika sampai di lokasi, petugas langsung membebaskan anak itu dan menangkap ayah tujuh anak tersebut. “Kasus tersebut kini ditangani Unit Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) Polres Aceh Utara, guna proses penyelidikan lebih lanjut. Ayah anak itu juga ditahan di sel Polres,” katanya.

Secara terpisah Geuchik (Kepala Desa) Matang Baro, Nadir mengaku tidak mengetahui persis kejadian itu. Pihaknya baru tahu setelah ada masyarakat yang melapor. Nadir mengatakan, selama ini pasutri itu memang sering bertengkar. Selain itu IB juga melarang istrinya bergaul dengan masyarkat setempat.  Karena IB juga jarang bergaul dengan warga, bahkan ia sering menghabiskan waktunya di rumah.

“Dia aneh, setiap ada pemberian beras miskin dia tidak mau menerimanya. Padahal dia tergolong orang miskin. Karena kami kasihan dengan tujuh anaknya, maka tetap kami berikan melalui saudaranya, yang nanti dikasih oleh saudarnya per bambu untuk dia (IB),” kata Nadir. Masih kata Nadir, rumah IB berada agak jauh dari rumah warga lainnya bahkan terhalang oleh tanggul irigasi. Rumah IB selain kecil juga nyaris rubuh. Tetapi sikapnya yang arogan membuat warga kurang suka terhadapnya. (zub/rpg/deo)

Dirantai-Ilustrasi
Dirantai-Ilustrasi

ACEH, SUMUTPOS.CO – Berdalih cemburu pada istri, seorang suami berinisial IB (43) warga Desa Matang Baro, Baktiya, Aceh Utara merantai anak gadisnya, S (17) yang masih duduk di bangku SMK. Atas perbuatan tersebut, IB pun dibekuk polisi, Sabtu (26/3).

Kapolsek Baktiya Ipda Suparyo yang ditemui kru koran ini, Minggu (28/3) mengatakan, kejadian itu berawal ketika IB menuduh istrinya NA (40) punya pria idaman lain (PIL). Dituduh tanpa bukti, NA sontak tak terima. NA makin galau, karea setiap bertengkar dia kerap dipukuli. Karena  kesal, akhirnya NA melaporkan tuduhan dan penganiayaan itu ke Polsek Baktiya.

“Ketika istrinya datang ke Polsek untuk melaporkan tuduhan itu, maka suami langsung mengambil anak gadisnya lalu mengikat dengan rantai di sebuah pohon pinang dekat rumahnya. Tujuannya agar istrinya pulang dan tidak melaporkan kejadian itu kepada petugas,” kata Kapolsek Suparyo.

Gadis itu dirantai di kaki dan diikat ke pohon pinang oleh ayahnya dari pukul 18.00 WIB dan baru dibebaskan sekitar pukul 22.00 WIB, setelah pihak Polsek Baktiya datang ke lokasi kejadian.

Ketika sampai di lokasi, petugas langsung membebaskan anak itu dan menangkap ayah tujuh anak tersebut. “Kasus tersebut kini ditangani Unit Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) Polres Aceh Utara, guna proses penyelidikan lebih lanjut. Ayah anak itu juga ditahan di sel Polres,” katanya.

Secara terpisah Geuchik (Kepala Desa) Matang Baro, Nadir mengaku tidak mengetahui persis kejadian itu. Pihaknya baru tahu setelah ada masyarakat yang melapor. Nadir mengatakan, selama ini pasutri itu memang sering bertengkar. Selain itu IB juga melarang istrinya bergaul dengan masyarkat setempat.  Karena IB juga jarang bergaul dengan warga, bahkan ia sering menghabiskan waktunya di rumah.

“Dia aneh, setiap ada pemberian beras miskin dia tidak mau menerimanya. Padahal dia tergolong orang miskin. Karena kami kasihan dengan tujuh anaknya, maka tetap kami berikan melalui saudaranya, yang nanti dikasih oleh saudarnya per bambu untuk dia (IB),” kata Nadir. Masih kata Nadir, rumah IB berada agak jauh dari rumah warga lainnya bahkan terhalang oleh tanggul irigasi. Rumah IB selain kecil juga nyaris rubuh. Tetapi sikapnya yang arogan membuat warga kurang suka terhadapnya. (zub/rpg/deo)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/