MEDAN, SUMUTPOS.CO – Sebanyak 303 orang bekas anggota Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar) asal Sumut, akhirnya tiba di Bandara Internasional Kualanamu (KNIA), Rabu (30/3) siang. Kepulangan mereka dengan menumpang pesawat Lion Air JT 200, Lion Air JT 306, dan Sriwijaya Air SJ 0024, langsung disambut Pelaksana Tugas (Plt) Gubernur Sumatera Utara (Gubsu) Tengku Erry Nuradi.
Kedatangan 303 orang bekas anggota Gafatar di terminal kedatangan domestik membuat suasana riuh. Begitu mendarat, bekas anggota Gafatar ini dikumpulkan. Agar lebih mudah dikenali, mereka dipakaikan pita merah. Selanjutnya, mereka menuju Bus Trans Mebidang yang telah stand by di luar.
Dengan dikawal personel TNI dan Polri, dari barisan warga terlihat seorang perempuan menggendong bayi mungil. Dia adalah Nurul Masidah (24), istri dari Iriadi (34). Dia melahirkan seorang anal laki-laki di Rumah Sakit Mawardi, Boyolali, Jateng, saat masih berada di penampungan Asrama Haji Boyolali.
Nurul yang tampak berjalan bergegas menuju bus penjemputan, mengenakan baju berwarna perak bermotif bunga dengan dibalut jaket jenis jeans, mengapit dua buah bantal. Ia menggendong sang buah hati yang diberi nama Ardi Cakra Surya. Bayi inilah yang membuat jumlah mereka yang tadinya 302, sampai pada 17 Maret lalu, menjadi 303 orang.
Melahirkan normal, Nurul mengaku diperlakukan baik oleh pemerintah setempat selama ditampung di Asrama Haji Boyolali, Jateng. Bahkan saat masa kehamilannya di lokasi itu, setiap bulannya diperiksa atau di USG. Bahkan sebelum melahirkan, ia sempat dibawa ke klinik terdekat, ke puskesmas, hingga akhirnya dirujuk ke rumah sakit.
Nurul sendiri tidak pernah mengira jika dirinya akan melahirkan saat mereka masih di lokasi penampungan. Pun begitu, ia merasa tenang dan berterimakasih atas perhatian Pemerintah Kabupaten Boyolali, sehingga proses kelahiran berjalan lancar.
Ditanya soal perasaannya setelah kembali ke kampung halaman, Nurul yang terlihat tersenyum, menyampaikan harapannya, agar kehidupan keluarganya menjadi normal kembali dan lebih baik lagi.
“Ya inginnya bisa punya kehidupan yang normal lagi,” harapnya.
Nurul yang menyebutkan akan tinggal sementara di rumah mertua di wilayah Sunggal, berharap bisa menjalani kehidupan dari awal bersama suami dan dua orang anaknya, hingga memelihara anak-anak mereka hingga menyekolahkannya.
“Ya kembali ke nol lagi la kami. Kembali menata kehidupan merawat dan mendidik anak,” kata Nurul yang kemudian menaiki bus yang segera memberangkatkan mereka ke salah satu penampungan sementara untuk diberi pembekalan.