29 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Tragedi Bendera Nyangkut di Siantar, Isu Sabotase Merebak

Foto: Putra/Metro Siantar/SMG Upacara 17 Agustus di Pematangsiantar, Rabu (17/8), diwarnai tragei bendera nyangkut tak bisa naik, hingga lagu Indonesia Raya usai.
Foto: Putra/Metro Siantar/SMG
Upacara 17 Agustus di Pematangsiantar, Rabu (17/8), diwarnai tragei bendera nyangkut tak bisa naik, hingga lagu Indonesia Raya usai.

SIANTAR, SUMUTPOS.CO – Tragedi pengibaran bendera saat HUT RI di Pematangsiantar memunculkan kabar miring. Pasalnya, dengan anggaran Rp100 juta, ‘kecelakaan’ nyangkutnya bendera merah putih dianggap tak wajar. Kabar adanya sabotase pun langsung merebak.

Bak tak mau kabar makin merebak, Pj Walikota Siantar Djumsadi Damanik, buru-buru membantah. Menurutnya, ‘kecelakaan’ itu di luar kemampuan manusia. Tim panitia hingga Paskibra telah maksimal, namun kecelakaan tetap saja terjadi. “Kita sudah berusaha, namun Tuhan berkendak lain,” katanya kemarin.

Diapun secara tegas mengatakan ‘kecelakaan’ itu bukan ulah manusia lain atau sebuah kesengajaan. “Jadi ini bukan sabotase,” ungkapnya.

Pada 17 Agustus lalu, upacara pengibaran bendera merah putih di Lapangan H Adam Malik Kota Siantar memang heboh. Pasalnya, bendera merah putih yang hendak dikibarkan, tersangkut dan tak bisa ditarik untuk mendaki ke puncak tiang.

Sejatinya derap langkah pasukan pengibar bendera serta kesempurnaan baris berbaris yang dipertontonkan siswa pilihan dari SMA negeri dan swasta se-Kota Siantar memukau masyarakat. Tapi entah kenapa, bendera yang sudah diikat ke tali dan siap untuk dikibarkan, tiba-tiba sangkut dan tak mau bergerak naik. Terlihat dua penggerek bendera kebingungan. Masyarakat yang menyaksikan pun ikut tegang. Lagu Indonesia Raya yang dikumandangkan masih terus terdengar. Tapi bendera, tak juga mau bergerak.

Beruntung personel TNI yang memantau prosesi upacara cepat berinisiatif dan berlari ke tengah lapangan menggapai tiang bendera. Pria berseragam loreng itu tampak membantu memperbaiki simpul tali tiang bendera yang sangkut pada ring sebagai jalur tali bergerak naik dan turun. Setelah simpul tali dilepaskan dari ring, bendera akhirnya bisa bergerak.

Sejumlah masyarakat banyak yang kecewa menyaksikan hal itu. Pasalnya, tiang bendera itu masih baru. “Lihat aja, padahal, tiangnya baru. Kasihan anak-anak Paskibra itu. Malu jadinya mereka,” ujar Udin, warga yang menyaksikan prosesi upacara pagi itu.

Lain halnya dengan Ismail yang menduga ada sabotase dalam kejadian itu. “Ini ada yang tak beres. Kok bisa-bisanya nyangkut tali itu. Saya menduga ada sabotase ni. Polisi harus selidiki. Sebelum pengibaran bendera, kan ada gladi bersih dulu. Pasti tali di tiang bendera itu juga sudah diperiksa dengan baik dan benar. Ada yang sengaja mungkin menyimpulkan tali itu sehingga tersangkut begitu,” curiga Ismail.

Sementara itu penanggung jawab lapangan yang juga Kadisporabudpar Fatimah Siregar, seolah yakin tidak ada unsur sabotase. “Gak sampe gitu lah,” tutur Fatimah.

Berbeda dengan Kadis Pendidikan sebagai pembina Paskibra, Resman Panjaitan, menunjukkan kecurigaannya mengingat anak Paskibra sudah 5 bulan berlatih hingga sulit dipercaya mengalami kendala pada pelaksanaan pengibaran bendera. “Siapa?” tanya Resman curiga.

Selain membuat kecewa masyarakat atas insiden itu, personel Paskibra banyak yang menangis menunjukkan kekesalannya. Seusai prosesi penaikan bendera, Paskibra meninggalkan Lapangan Adam Malik diiringi tepuk tangan dari seluruh masyarakat Kota Siantar tanda support kepada pengibar bendera yang telah menyelesaikan tugasnya dengan baik.

Sambil berjalan, pengibar bendera tampak menahan tangis, namun keinginan menyelesaikan tugas yang membuat mereka dapat berjalan dengan tegak sampai ke belakang Balai Bolon. Ketika berada di belakang Balai Bolon, tangisan mereka pecah. (cr-12/rbb)

Foto: Putra/Metro Siantar/SMG Upacara 17 Agustus di Pematangsiantar, Rabu (17/8), diwarnai tragei bendera nyangkut tak bisa naik, hingga lagu Indonesia Raya usai.
Foto: Putra/Metro Siantar/SMG
Upacara 17 Agustus di Pematangsiantar, Rabu (17/8), diwarnai tragei bendera nyangkut tak bisa naik, hingga lagu Indonesia Raya usai.

SIANTAR, SUMUTPOS.CO – Tragedi pengibaran bendera saat HUT RI di Pematangsiantar memunculkan kabar miring. Pasalnya, dengan anggaran Rp100 juta, ‘kecelakaan’ nyangkutnya bendera merah putih dianggap tak wajar. Kabar adanya sabotase pun langsung merebak.

Bak tak mau kabar makin merebak, Pj Walikota Siantar Djumsadi Damanik, buru-buru membantah. Menurutnya, ‘kecelakaan’ itu di luar kemampuan manusia. Tim panitia hingga Paskibra telah maksimal, namun kecelakaan tetap saja terjadi. “Kita sudah berusaha, namun Tuhan berkendak lain,” katanya kemarin.

Diapun secara tegas mengatakan ‘kecelakaan’ itu bukan ulah manusia lain atau sebuah kesengajaan. “Jadi ini bukan sabotase,” ungkapnya.

Pada 17 Agustus lalu, upacara pengibaran bendera merah putih di Lapangan H Adam Malik Kota Siantar memang heboh. Pasalnya, bendera merah putih yang hendak dikibarkan, tersangkut dan tak bisa ditarik untuk mendaki ke puncak tiang.

Sejatinya derap langkah pasukan pengibar bendera serta kesempurnaan baris berbaris yang dipertontonkan siswa pilihan dari SMA negeri dan swasta se-Kota Siantar memukau masyarakat. Tapi entah kenapa, bendera yang sudah diikat ke tali dan siap untuk dikibarkan, tiba-tiba sangkut dan tak mau bergerak naik. Terlihat dua penggerek bendera kebingungan. Masyarakat yang menyaksikan pun ikut tegang. Lagu Indonesia Raya yang dikumandangkan masih terus terdengar. Tapi bendera, tak juga mau bergerak.

Beruntung personel TNI yang memantau prosesi upacara cepat berinisiatif dan berlari ke tengah lapangan menggapai tiang bendera. Pria berseragam loreng itu tampak membantu memperbaiki simpul tali tiang bendera yang sangkut pada ring sebagai jalur tali bergerak naik dan turun. Setelah simpul tali dilepaskan dari ring, bendera akhirnya bisa bergerak.

Sejumlah masyarakat banyak yang kecewa menyaksikan hal itu. Pasalnya, tiang bendera itu masih baru. “Lihat aja, padahal, tiangnya baru. Kasihan anak-anak Paskibra itu. Malu jadinya mereka,” ujar Udin, warga yang menyaksikan prosesi upacara pagi itu.

Lain halnya dengan Ismail yang menduga ada sabotase dalam kejadian itu. “Ini ada yang tak beres. Kok bisa-bisanya nyangkut tali itu. Saya menduga ada sabotase ni. Polisi harus selidiki. Sebelum pengibaran bendera, kan ada gladi bersih dulu. Pasti tali di tiang bendera itu juga sudah diperiksa dengan baik dan benar. Ada yang sengaja mungkin menyimpulkan tali itu sehingga tersangkut begitu,” curiga Ismail.

Sementara itu penanggung jawab lapangan yang juga Kadisporabudpar Fatimah Siregar, seolah yakin tidak ada unsur sabotase. “Gak sampe gitu lah,” tutur Fatimah.

Berbeda dengan Kadis Pendidikan sebagai pembina Paskibra, Resman Panjaitan, menunjukkan kecurigaannya mengingat anak Paskibra sudah 5 bulan berlatih hingga sulit dipercaya mengalami kendala pada pelaksanaan pengibaran bendera. “Siapa?” tanya Resman curiga.

Selain membuat kecewa masyarakat atas insiden itu, personel Paskibra banyak yang menangis menunjukkan kekesalannya. Seusai prosesi penaikan bendera, Paskibra meninggalkan Lapangan Adam Malik diiringi tepuk tangan dari seluruh masyarakat Kota Siantar tanda support kepada pengibar bendera yang telah menyelesaikan tugasnya dengan baik.

Sambil berjalan, pengibar bendera tampak menahan tangis, namun keinginan menyelesaikan tugas yang membuat mereka dapat berjalan dengan tegak sampai ke belakang Balai Bolon. Ketika berada di belakang Balai Bolon, tangisan mereka pecah. (cr-12/rbb)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/