TELUK MENGKUDU, SUMUTPOS.CO – Supini (45) benar-benar perempuan sekaligus ibu yang hebat. Dia sabar dan tabah selama 20 tahun dianiaya suaminya, Wahap Damanik alias Ucok Lio (53). Semua demi anak!
Tidak hanya keluarga, beberapa tetangga juga mengaku salut dengan ibu dua anak ini dalam memperjuangkan kelangsungan rumah tangganya. Sayang, si suami tak kunjung berubah bahkan semakin menjadi-jadi.
Atas dasar itu pula, Supini didampingi keluarganya membuat pengaduan ke Polsek Teluk Mengkudu, Senin (14/11). Selama di mapolsek, ibu dua anak itu terlihat sangat ketakutan dan memandang ke luar mapolsek, seolah takut suaminya datang.
Usai membuat pengaduan yang tertuang dalam Nomor: LP/64/XI/2016/SU/RES-SERGAI/SEK-Mengkudu, POSMETRO menemui Sipini di rumah adik kandungnya di Dusun Paya Nibung 2, Desa Sei Buluh, Kecamatan Teluk Mengkudu, Sergai.
Menurut perempuan berambut lurus ini, dia dan suami serta kedua anaknya menetap tak jauh dari rumah adiknya (tempat dia menginap saat ini). Soal penganiayaan oleh Ucok, katanya, terjadi hampir setiap hari.
Dimana, setiap malam dirinya wajib menjaga pintu sampai suaminya pulang. Jika tertidur apalagi tidak dengar ketika dipanggil, dia pasti langsung dipukuli dan ditendangi. Tak jarang penganiayaan kerap meninggalkan bekas luka lebam.
“Kalau sudah marah, dia pasti langsung memukul dan menendangku. Tanpa ada sebab permasalahan, dia juga sering menampariku. Itu terjadi hampir setiap malam,” kesahnya.
Sakitnya, penganiayaan tanpa sebab tersebut telah berlangsung sejak sekitar 20 tahun lalu. Kebiasaan buruk suaminya yakni minum-minum di kafe serta pulang dalam kondisi mabuk, menjadi salah satu penyebabnya.
“Selama ini aku nggak berani mengadu sama keluargaku. Hanya aku sendiri yang mengetahui ini. Aku tahan semuanya seorang diri. Semua ini demi anak-anakku. Aku tahankan semua penganiayaannya,” sedihnya tak kuasa menahan tangis.
Lanjut Sipini, selain punya kebiasaan mabuk, Ucok juga suka bermain judi. Sampai-sampai gajinya tidak pernah diberikannya untuk makan anak sehari hari. Dirinya juga kerap mendengar suaminya boros tiap kali masuk kafe. Boros dimaksud adalah, Ucok terkenal royal sama cewek-cewek pekerja kafe yang mendampinginya.
“Aku sudah nggak tahan dipukulinya, makanya belakangan aku mengadu sama keluargaku. Mendengar ceritaku, keluarga akhirnya memaksaku untuk melapor ke polisi,” ujar Supini dengan nada takut.
Apa yang disampaikan Supini dibenarkan adiknya, Parmin. Dikatakan, penganiayaan terhadap kakaknya telah diketahui keluarga, saat pasangan itu masih tinggal di Perumahan PTPN 3 Tanah Raja (Pondok Tengah).
“Habis dihajar anj*** itu kakakku. Keluarga sudah pernah menyuruh kakakku agar bercerai dengan Ucok, tapi kakakku nggak mau karena memikirkan anak-anak mereka. Sumpah, aku sangat salut dengan kesabaran kakakku ini,” ujar Parmin dengan nada sedih.
Terpisah, Mami, tetangga korban juga membenarkan penganiayaan yang kerap dialami Supini. Saking seringnya, Mami bahkan mengaku dirinya sangat prihatin.
Tak lupa Mami juga mengacungkan jempol atas ketabahan Supini dalam menahan siksa suaminya. Hal paling disesalkannya, si suami sama sekali tidak menghargai kesabaran korban, tapi malah semakin menjadi-jadi.
“Kadang suaminya tidak segan-segan memukul dan menendang pada siang hari di muka umum. Istrinya dianggapnya seperti binatang. Aku sebagai perempuan sangat sedih melihatnya. Kadang dia (Supini) dipukuli pakai kayu dan melemparnya dengan Batu di depan Kami. Aku pernah melarang waktu penganiayaan itu terjadi, tapi eh malah suaminya memaki aku dan menantang keluargaku.
”Ngapain kalian ikut campur urusan keluarga saya. Urus saja keluarga kalian. Bila perlu kalian panggil keluarga dia, biar tahu siapa saya,” ujar Mami mengenang perkataan Ucok ketika pria itu diminta berhenti menganiaya Supini. (dha/ras)