30 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Sektor Pertanian Topang Ekonomi Sumut

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Memasuki tahun 2017, Bank Indonesia (BI) memfokuskan lima aspek pada tiap kantor perwakilan salah satunya di Sumatera Utara (Sumut). Lima aspek tersebut tujuannya untuk mendorong perekonomian daerah khususnya Sumut untuk lebih baik lagi.

Kepala Kantor Perwakilan Wilayah Bank Indonesia Sumatera Utara (BI Sumut), Arief Budi Santoso mengatakan, lima aspek yang akan difokuskan itu di antaranya pertama tentang bagaimana pihaknya dengan pemerintah daerah dan pemangku kepentingan mengendalikan inflasi. Artinya, bagaimana harga-harga bisa terjangkau oleh masyarakat.

“Keterjangkauan harga salah satu kunci utama untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Ini dilakukan dengan berbagai kegiatan bekerja sama dengan TPID (Tim Pengendali Inflasi Daerah),” kata Arif pada acara serah terima jabatannya di Kantor BI Sumut Sumut, Medan, akhir pekan lalu. Arif telah resmi menggantikan posisi Difi A Johansyah, yang kini bergeser menjadi Kepala BI Jawa Timur.

Fokus kedua, sambung Arif, bagaimana BI memperkuat pengembangan klaster-klaster ekonomi dan UMKM di Sumut. Termasuk mendukung untuk mengendalikan harga-harga pangan dan mendorong kesejahteraan masyarakat.

Selanjutnya fokus ketiga, membuat atau menyusun kajian ekonomi dan keuangan regional dengan isinya bagaimana melakukan suatu asesmen dan melakukan kebijakan, apa yang diperlukan di tiap daerah. Keempat, bagaimana mendukung dan mendorong peran sektor, khususnya peran perbankan untuk kegiatan ekonomi. Peran itu bagaimana penyaluran kredit dan penurunan suku bunga, termasuk juga kredit kepada UMKM. Sedangkan fokus kelima, bagaimana memperkuat sistem pembayaran, yaitu kecukupan uang yang beredar.

Sementara, Difi A Johansyah mengatakan, pihaknya juga menyempurnakan kebijakan moneter pemerintah melalui penerapan yang namanya giro wajib minimum. Hal ini berarti pendalaman pasar keuangan.

“Kita mendorong aktifnya perdagangan antar bank yang menggunakan surat berharga, sehingga tidak langsung pasar berhenti berkembang. Kemudian, kita tengah menggalakkan gerakan non tunai. Kita juga telah bekerja sama dengan pemerintah melalui bantuan sosial dan segala macamnya. Selain itu, kita mendorong juga penggunaan financial technology (fintech), dan ini nantinya akan menjadi suatu peluang besar ke depan, dan kita sudah lihat banyak perusahaan yang bergerak pada fintech tersebut,” sebut Difi.

Dia menambahkan, untuk sistem pembayaran, pihaknya akan terus fokus dalam upaya meningkatkan peredaran uang baru di masyarakat. Ini sudah dilakukan sejak tahun 2016, dan ternyata tingkat kesegaran uang baru yang beredar sudah meningkat termasuk juga di daerah perbatasan.

Terpisah, ekonom dari Universitas Islam Negeri (UIN) Sumut), Gunawan Benjamin menilai, dia setuju kalau di tahun 2017 ini masih berhadapan dengan variabel yang sulit diprediksikan, yang bisa saja memperburuk upaya pengendalian inflasi di Sumut. Cuaca tentunya menjadi tantangan bersama, terlebih belum lama ini Sumut diguncang gempa bumi. Walaupun sejauh ini tidak memberikan masalah yang serius terhadap sejumlah harga kebutuhan masyarakat.

“Jadi memang, kita semua harus bekerja lebih keras lagi di tahun ini. Upaya-upaya yang kita lakukan sebelumnya terkesan belum maksimal dalam upaya mengendalikan inflasi. Karena memang variabel yang tak terduga tersebut kalau tiba-tiba datang tentunya akan membuat terguncang meskipun sesaat,” tutur Gunawan.

Selain itu, sebut Gunawan, upaya pengendalian inflasi ke depan juga tidak terlepas dari perkembangan ekonomi eksternal. Sejauh ini menurutnya, dipandang faktor eksternal akan menjadi faktor yang sangat berpengaruh terhadap perkembangan indikator ekonomi nasional.

“Beberapa poin penting yang harus dilihat adalah masih melambatnya pertumbuhan ekonomi global, ditambah dengan kekhawatiran akan adanya kemungkinan kenaikan suku bunga acuan The FED di tahun ini,” tutur Gunawan.

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Memasuki tahun 2017, Bank Indonesia (BI) memfokuskan lima aspek pada tiap kantor perwakilan salah satunya di Sumatera Utara (Sumut). Lima aspek tersebut tujuannya untuk mendorong perekonomian daerah khususnya Sumut untuk lebih baik lagi.

Kepala Kantor Perwakilan Wilayah Bank Indonesia Sumatera Utara (BI Sumut), Arief Budi Santoso mengatakan, lima aspek yang akan difokuskan itu di antaranya pertama tentang bagaimana pihaknya dengan pemerintah daerah dan pemangku kepentingan mengendalikan inflasi. Artinya, bagaimana harga-harga bisa terjangkau oleh masyarakat.

“Keterjangkauan harga salah satu kunci utama untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Ini dilakukan dengan berbagai kegiatan bekerja sama dengan TPID (Tim Pengendali Inflasi Daerah),” kata Arif pada acara serah terima jabatannya di Kantor BI Sumut Sumut, Medan, akhir pekan lalu. Arif telah resmi menggantikan posisi Difi A Johansyah, yang kini bergeser menjadi Kepala BI Jawa Timur.

Fokus kedua, sambung Arif, bagaimana BI memperkuat pengembangan klaster-klaster ekonomi dan UMKM di Sumut. Termasuk mendukung untuk mengendalikan harga-harga pangan dan mendorong kesejahteraan masyarakat.

Selanjutnya fokus ketiga, membuat atau menyusun kajian ekonomi dan keuangan regional dengan isinya bagaimana melakukan suatu asesmen dan melakukan kebijakan, apa yang diperlukan di tiap daerah. Keempat, bagaimana mendukung dan mendorong peran sektor, khususnya peran perbankan untuk kegiatan ekonomi. Peran itu bagaimana penyaluran kredit dan penurunan suku bunga, termasuk juga kredit kepada UMKM. Sedangkan fokus kelima, bagaimana memperkuat sistem pembayaran, yaitu kecukupan uang yang beredar.

Sementara, Difi A Johansyah mengatakan, pihaknya juga menyempurnakan kebijakan moneter pemerintah melalui penerapan yang namanya giro wajib minimum. Hal ini berarti pendalaman pasar keuangan.

“Kita mendorong aktifnya perdagangan antar bank yang menggunakan surat berharga, sehingga tidak langsung pasar berhenti berkembang. Kemudian, kita tengah menggalakkan gerakan non tunai. Kita juga telah bekerja sama dengan pemerintah melalui bantuan sosial dan segala macamnya. Selain itu, kita mendorong juga penggunaan financial technology (fintech), dan ini nantinya akan menjadi suatu peluang besar ke depan, dan kita sudah lihat banyak perusahaan yang bergerak pada fintech tersebut,” sebut Difi.

Dia menambahkan, untuk sistem pembayaran, pihaknya akan terus fokus dalam upaya meningkatkan peredaran uang baru di masyarakat. Ini sudah dilakukan sejak tahun 2016, dan ternyata tingkat kesegaran uang baru yang beredar sudah meningkat termasuk juga di daerah perbatasan.

Terpisah, ekonom dari Universitas Islam Negeri (UIN) Sumut), Gunawan Benjamin menilai, dia setuju kalau di tahun 2017 ini masih berhadapan dengan variabel yang sulit diprediksikan, yang bisa saja memperburuk upaya pengendalian inflasi di Sumut. Cuaca tentunya menjadi tantangan bersama, terlebih belum lama ini Sumut diguncang gempa bumi. Walaupun sejauh ini tidak memberikan masalah yang serius terhadap sejumlah harga kebutuhan masyarakat.

“Jadi memang, kita semua harus bekerja lebih keras lagi di tahun ini. Upaya-upaya yang kita lakukan sebelumnya terkesan belum maksimal dalam upaya mengendalikan inflasi. Karena memang variabel yang tak terduga tersebut kalau tiba-tiba datang tentunya akan membuat terguncang meskipun sesaat,” tutur Gunawan.

Selain itu, sebut Gunawan, upaya pengendalian inflasi ke depan juga tidak terlepas dari perkembangan ekonomi eksternal. Sejauh ini menurutnya, dipandang faktor eksternal akan menjadi faktor yang sangat berpengaruh terhadap perkembangan indikator ekonomi nasional.

“Beberapa poin penting yang harus dilihat adalah masih melambatnya pertumbuhan ekonomi global, ditambah dengan kekhawatiran akan adanya kemungkinan kenaikan suku bunga acuan The FED di tahun ini,” tutur Gunawan.

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/