26 C
Medan
Saturday, November 23, 2024
spot_img

Kadhafi Kabur ke Tunisia

TRIPOLI – Enam bulan berperang, pasukan pemberontak Libya kini tinggal 30 kilometer lagi dari Tripoli, benteng terakhir rezim yang telah 42 tahun memerintah negeri bekas jajahan Italia itu, Muammar Kadhafi. Saking terdesaknya, sang kolonel kemarin (21/8) dikabarkan melarikan diri melalui Tunisia bersama dua putranya, Mu’tasm dan Hannibal.
Namun, belum bisa dikonfirmasi kebenaran berita yang pertama muncul di Al Ahrar TV, televisi milik Dewan Nasional Transisi (NTC) -organisasi para pemberontak anti-Kadhafi yang bermarkas di Benghazi- dan dikutip The Independent tersebut. Meski demikian, kabar tersebut sempat disambut gegap gempita di basis-basis pemberontak. Mereka turun ke jalan untuk merayakan apa yang mereka anggap sebagai awal kemenangan itu.

Yang jelas, Kadhafi memang hampir tiga bulan tidak muncul di hadapan publik. Dia terakhir tampil di televisi pada 30 Mei lalu. Kemarin memang televisi pemerintah Libya menampilkan pesan sang kolonel yang intinya mengajak seluruh warganya menolak intervensi asing.

“Warga Libya ingin menikmati Ramadan yang damai. Tapi, mereka malah dipaksa menjadi pengungsi. Memangnya kita ini siapa, Orang Palestina? bunyi pesan Kadhafi, seperti dikutip Associated Press.

Tapi, pesan itu juga tak menjawab apakah benar Kadhafi masih di Tripoli. Hanya Moussa Ibrahim, juru bicara rezim, yang tampil di televisi dan menepis kabar bahwa Tripoli bakal segera jatuh ke tangan pemberontak.

“Memang ada sejumlah militan yang berhasil memasuki sejumlah wilayah (dekat Tripoli) dan terjadi adu senjata. Tapi, kami bisa mengatasinya dalam setengah jam dan kini (Tripoli) sudah tenang lagi,” kata Ibrahim.

Reporter Associated Press yang berada di Tripoli juga menyatakan bahwa kota di pinggiran Laut Mediterania itu relatif tenang sepanjang hari kemarin. Tapi, semalam sebelumnya, kota tersebut dihujani misil dan roket oleh pemberontak. Rentetan bunyi senapan juga terdengar di berbagai penjuru.

Kubu pemberontak menyebut serangan yang dimulai menjelang Sabtu tengah malam lalu (20/8) itu sebagai awal gempuran dari Operasi Putri Duyung -sebutan untuk operasi militer- menguasai Tripoli. Itulah serangan pertama ke Tripoli hasil kerja sama pemberontak dengan NATO. Selama ini NATO bertindak sendiri dengan pesawat mereka. (c2/ttg/jpnn)

TRIPOLI – Enam bulan berperang, pasukan pemberontak Libya kini tinggal 30 kilometer lagi dari Tripoli, benteng terakhir rezim yang telah 42 tahun memerintah negeri bekas jajahan Italia itu, Muammar Kadhafi. Saking terdesaknya, sang kolonel kemarin (21/8) dikabarkan melarikan diri melalui Tunisia bersama dua putranya, Mu’tasm dan Hannibal.
Namun, belum bisa dikonfirmasi kebenaran berita yang pertama muncul di Al Ahrar TV, televisi milik Dewan Nasional Transisi (NTC) -organisasi para pemberontak anti-Kadhafi yang bermarkas di Benghazi- dan dikutip The Independent tersebut. Meski demikian, kabar tersebut sempat disambut gegap gempita di basis-basis pemberontak. Mereka turun ke jalan untuk merayakan apa yang mereka anggap sebagai awal kemenangan itu.

Yang jelas, Kadhafi memang hampir tiga bulan tidak muncul di hadapan publik. Dia terakhir tampil di televisi pada 30 Mei lalu. Kemarin memang televisi pemerintah Libya menampilkan pesan sang kolonel yang intinya mengajak seluruh warganya menolak intervensi asing.

“Warga Libya ingin menikmati Ramadan yang damai. Tapi, mereka malah dipaksa menjadi pengungsi. Memangnya kita ini siapa, Orang Palestina? bunyi pesan Kadhafi, seperti dikutip Associated Press.

Tapi, pesan itu juga tak menjawab apakah benar Kadhafi masih di Tripoli. Hanya Moussa Ibrahim, juru bicara rezim, yang tampil di televisi dan menepis kabar bahwa Tripoli bakal segera jatuh ke tangan pemberontak.

“Memang ada sejumlah militan yang berhasil memasuki sejumlah wilayah (dekat Tripoli) dan terjadi adu senjata. Tapi, kami bisa mengatasinya dalam setengah jam dan kini (Tripoli) sudah tenang lagi,” kata Ibrahim.

Reporter Associated Press yang berada di Tripoli juga menyatakan bahwa kota di pinggiran Laut Mediterania itu relatif tenang sepanjang hari kemarin. Tapi, semalam sebelumnya, kota tersebut dihujani misil dan roket oleh pemberontak. Rentetan bunyi senapan juga terdengar di berbagai penjuru.

Kubu pemberontak menyebut serangan yang dimulai menjelang Sabtu tengah malam lalu (20/8) itu sebagai awal gempuran dari Operasi Putri Duyung -sebutan untuk operasi militer- menguasai Tripoli. Itulah serangan pertama ke Tripoli hasil kerja sama pemberontak dengan NATO. Selama ini NATO bertindak sendiri dengan pesawat mereka. (c2/ttg/jpnn)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/