30 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Desa Wisata Mangir Tampilkan Potensi Seni Budaya dan Ritual saat Merti Desa

Desa Sendangsari  yang memiliki wisata alam dan budaya peninggalan situs Panembahan Mangir, menggelar Merti Dusun Mangir Wanabaya, 21-24 September.

BANTUL, SUMUTPOS.CO – Desa Wisata Sendangsari, Bantul punya gawe. Desa Wisata alam dan budaya dengan peninggalan situs Panembahan Mangir ini menggelar Merti Dusun Mangir Wanabaya, 21-24 September. Serangkaian kegiatan seni budaya mewarnai acara tahunan ini.

Menpar Arief Yahya menyambut positif kegiatan yang mengangkat budaya, Merti Dusun Mangir Wanabaya itu. Jogja adalah kota budaya, dan pariwisata mengandalkan budaya sebagai kekuatan atraksi. “Ini jadi kekuatan Desa Wisata,” kata Menpar Arief Yahya.

Merti Dusun Mangir Wanabaya tahun 2017 ini mengambil tema “Kidung Mangir Gumregah”. Tema ini diusulkan oleh Lurah Desa Sendangsari, M. Irwan Susanto, ST yang kemudian disetujui oleh warga Mangir.

“Kidung Mangir Gumregah dimaksudkan sebagai Kidung (Tembang/lagu) kebangkitan warga Mangir menyongsong Visi Misi Bupati Bantul, Makarya Mbangun Ndeso,” ujar Irwan Susanto.

Nyanyian kecil itu kebangkitan Warga Mangir dalam bersatu padu membangun desa. Masyarakat Mangir memaknai merti dusun sebagai kegiatan kebudayaan sebagai sarana bersyukur atas segala nikmat yang diberikan oleh Gusti Allah.

Masyarakat Mangir merasa perlu menyelenggarakan merti dusun sebagai aktualisasi diri dan sarana menghidupkan kehidupan desa yang dekat dengan nilai-nilai luhur tradisi dan budaya. Merti Dusun Mangir selalu dilaksanakan di bulan Muharram (Sura) setiap malam Selasa Kliwon atau Malam Jumat Kliwon.

Para wisatawan bisa mengikuti rangkaian Kegiatan Merti Dusun Mangir Wanabaya ini. Mulai dari Laku Tapa Bisu Kepung Gelang pada Kamis 21 September pukul 00.00-03.00.

Kegiatan ini adalah kegiatan ritual berjalan kaki di tengah malam tanpa berbicara. Memutari dusun Mangir membentuk lingkaran searah jarum jam, dengan melalui rute terluar dusun. Rute yang ditempuh sejauh 5Km dengan estimasi waktu sekitar 3 jam.

“Ketika melakukan ritual, peserta diharuskan untuk terus berdoa tetapi tidak bersuara. Bagi yang Muslim berjalan sambil berdzikir, untuk yang beragama lain, dipersilahkan. titik kumpul di Masjid Fathul Huda Mangir Lor. Biasanya pesera diminta untuk berpuasa 1 hingga 3 hari sebelum kegiatan ini dilakukan,” tambah Zuchri Saren Satrio, Ketua Desa Wisata Mangir Wanabaya.

Ada ritual menarik Ngangsu Toya Suci pada Kamis (21/9) pukul 15.00 – 17.30 WIB. Ngangsu Toya Suci adalah kegiatan ritual pengambilan air dari 7 sumber mata air yang dilakukan oleh 7 orang pemuda perjaka. Air yang diambil akan digunakan sebagai sarana mensucikan Selo Gilang. Kegiatan dilakukan di Petilasan Ki Ageng Mangir, kemudian 7 orang pemuda perjaka akan bersama-sama menuju 7 titik sumber mata air.

Kemudian ada Kirab Jodang. Yakni kirab gunungan yang dilakukan oleh masyarakat RT yang ada di 3 pedukuhan Mangir, yaitu Mangir Lor, Tengah, Kidul. Total 13 RT yang ada di Mangir.

Dalam kirab ini, mereka membawa Jodang (semacam tempat barang yang dipanggul oleh 2 orang yang berjalan depan belakang). Jodang diisi dengan aneka makanan dan Ingkung. Kirab dimulai pukul 18.30 dengan start di Masjid Mangir Lor dan berakhir di Petilasan Ki Ageng Mangir Wanabaya Mangir Tengah. Rute kirab sepanjang 2 KM.

Merti Dusun Mangir selalu dilaksanakan di bulan Muharram (Sura) setiap malam Selasa Kliwon atau Malam Jumat Kliwon.

Usai kirab, warga melakukan Jamasan Selo Gilang. Jamasan Selo Gilang adalah kegiatan mensucikan Batu Gilang yang ada di Mangir. Konon, batu gilang ini adalah batudampar (tempat semedi) nya Ki Ageng Mangir dari Ki Ageng Mangir I hingga Ki Ageng Mangir IV.

“Air yang dipakai untuk mensucikan batu ini diambil dari 7 sumber mata air dan diambil oleh 7 pemuda perjaka dalam  Prosesi “Ngangsu Toya Suci,” jelas Zuchri yang juga Sekretaris Desa setempat.

Acara kemudian dilanjutkan dengan Umbul Donga Puja Basuki pukul 21.00-22.00. Umbul Donga Puja Basuki adalah kegiatan masyarakat bersama-sama memanjatkan doa kepada Gusti Allah memohon Basuki (keselamatan) dan bersyukur atas limpahan rezeki yang telah diberikan-Nya.

“Setelah itu dilanjutkan dengan makan bersama Ingkung dan hasil bumi warga Mangir. Bertempat di kompleks petilasan Ki Ageng MAngir Wanabaya,” tandas Zuchri.

Puncak acara pada hari pertama Merti Desa ini diakhiri dengan pengajian pada pukul 22.00-24.00. Pengajian dilaksanakan di kompleks Petilasan Ki Ageng Mangir Wanabaya. Pengajian dimaksudkan sebagai sarana meng-aji-kan Kalamullah, perkataan-perkataan Gusti Allah baik yang tersirat maupun tersurat yang ada di Alam ini, bumi dan langit.

Merti Desa hari kedua diisi dengan Kolaborasi Pentas Potensi Seni Mangir yakni pada Jumat (22/9) pukul 19.30-selesai. Kolaborasi ini menampilkan kesenian lokal masyarakat Mangir seperti Tari (Sanggar Tari Nareswari), Karawitan (Grup Madusena), Hadrah (Grup Fathul Huda), Gejog Lesung (Grup Swara Mangungkung), Ketoprak (Grup Gilang Mudha Budaya), Jathilan (Grup Gagak Remang), Macapat (Grup Macapat Mangir).

Ada pula pentas Wayang ‘Sakkarepku, Sakkecekelku” dengan dalang Ki Pamujiyo dari Juminahan. Pentas Potensi Seni ini dipusatkan di Joglo Mangir di Dusun Mangir Kidul.

Kemudian pada Sabtu (23/9) ada pagelaran Wayang Kulit Semalam Suntuk dengan Dalang Ki Rusmadi dari Kulon Progo. Wayang ini menampilkan bintang Tamu Srundeng dan Yu Rini “Angkringan” TVRI Jogja. Kegiatan ini dilaksanakan di Rumah Bapak Dukuh Mangir Kidul, Hendri Setiyawan dan terbuka untuk umum.

Merti desa diisi pula dengan kegiatan Jalan Sehat “Wanabaya” pada Minggu (24/9) pukul 07.00-10.00. “Jalan sehat  “Wanabaya” adalah event olahraga yang berkonsep “walk and fun with fam in harmonic village”. Jalan sehat ini terbuka untuk umum dengan rute sepanjang 4 KM di sekitar Dusun,” jelas alumni Fisipol UGM ini.

Jalan sehat dimeriahkan dengan Organ Tunggal dengan banyak menghadirkan penyanyi dangdut. Panitia juga menyediakan door prize bagi peserta. Acara ini bertempat di kompleks Petilasan Ki Ageng Mangir Wanabaya.

Usai jalan sehat, akan hadir Pentas Seni Reog Gagak Remang Mangir mulai pukul 13.00 hingga 17.00. Grup Reog Gagak Remang Mangir adalah salah satu grup Reog yang berdiri sudah puluhan tahun.

Menurut Zuchri, Agustus kemaren, grup ini berulang tahun ke-49. Gagak Remang ini tampil di komplek Petilasan Ki Ageng Mangir meramaikan kegiatan Merti Dusun Mangir. (Rel)

Desa Sendangsari  yang memiliki wisata alam dan budaya peninggalan situs Panembahan Mangir, menggelar Merti Dusun Mangir Wanabaya, 21-24 September.

BANTUL, SUMUTPOS.CO – Desa Wisata Sendangsari, Bantul punya gawe. Desa Wisata alam dan budaya dengan peninggalan situs Panembahan Mangir ini menggelar Merti Dusun Mangir Wanabaya, 21-24 September. Serangkaian kegiatan seni budaya mewarnai acara tahunan ini.

Menpar Arief Yahya menyambut positif kegiatan yang mengangkat budaya, Merti Dusun Mangir Wanabaya itu. Jogja adalah kota budaya, dan pariwisata mengandalkan budaya sebagai kekuatan atraksi. “Ini jadi kekuatan Desa Wisata,” kata Menpar Arief Yahya.

Merti Dusun Mangir Wanabaya tahun 2017 ini mengambil tema “Kidung Mangir Gumregah”. Tema ini diusulkan oleh Lurah Desa Sendangsari, M. Irwan Susanto, ST yang kemudian disetujui oleh warga Mangir.

“Kidung Mangir Gumregah dimaksudkan sebagai Kidung (Tembang/lagu) kebangkitan warga Mangir menyongsong Visi Misi Bupati Bantul, Makarya Mbangun Ndeso,” ujar Irwan Susanto.

Nyanyian kecil itu kebangkitan Warga Mangir dalam bersatu padu membangun desa. Masyarakat Mangir memaknai merti dusun sebagai kegiatan kebudayaan sebagai sarana bersyukur atas segala nikmat yang diberikan oleh Gusti Allah.

Masyarakat Mangir merasa perlu menyelenggarakan merti dusun sebagai aktualisasi diri dan sarana menghidupkan kehidupan desa yang dekat dengan nilai-nilai luhur tradisi dan budaya. Merti Dusun Mangir selalu dilaksanakan di bulan Muharram (Sura) setiap malam Selasa Kliwon atau Malam Jumat Kliwon.

Para wisatawan bisa mengikuti rangkaian Kegiatan Merti Dusun Mangir Wanabaya ini. Mulai dari Laku Tapa Bisu Kepung Gelang pada Kamis 21 September pukul 00.00-03.00.

Kegiatan ini adalah kegiatan ritual berjalan kaki di tengah malam tanpa berbicara. Memutari dusun Mangir membentuk lingkaran searah jarum jam, dengan melalui rute terluar dusun. Rute yang ditempuh sejauh 5Km dengan estimasi waktu sekitar 3 jam.

“Ketika melakukan ritual, peserta diharuskan untuk terus berdoa tetapi tidak bersuara. Bagi yang Muslim berjalan sambil berdzikir, untuk yang beragama lain, dipersilahkan. titik kumpul di Masjid Fathul Huda Mangir Lor. Biasanya pesera diminta untuk berpuasa 1 hingga 3 hari sebelum kegiatan ini dilakukan,” tambah Zuchri Saren Satrio, Ketua Desa Wisata Mangir Wanabaya.

Ada ritual menarik Ngangsu Toya Suci pada Kamis (21/9) pukul 15.00 – 17.30 WIB. Ngangsu Toya Suci adalah kegiatan ritual pengambilan air dari 7 sumber mata air yang dilakukan oleh 7 orang pemuda perjaka. Air yang diambil akan digunakan sebagai sarana mensucikan Selo Gilang. Kegiatan dilakukan di Petilasan Ki Ageng Mangir, kemudian 7 orang pemuda perjaka akan bersama-sama menuju 7 titik sumber mata air.

Kemudian ada Kirab Jodang. Yakni kirab gunungan yang dilakukan oleh masyarakat RT yang ada di 3 pedukuhan Mangir, yaitu Mangir Lor, Tengah, Kidul. Total 13 RT yang ada di Mangir.

Dalam kirab ini, mereka membawa Jodang (semacam tempat barang yang dipanggul oleh 2 orang yang berjalan depan belakang). Jodang diisi dengan aneka makanan dan Ingkung. Kirab dimulai pukul 18.30 dengan start di Masjid Mangir Lor dan berakhir di Petilasan Ki Ageng Mangir Wanabaya Mangir Tengah. Rute kirab sepanjang 2 KM.

Merti Dusun Mangir selalu dilaksanakan di bulan Muharram (Sura) setiap malam Selasa Kliwon atau Malam Jumat Kliwon.

Usai kirab, warga melakukan Jamasan Selo Gilang. Jamasan Selo Gilang adalah kegiatan mensucikan Batu Gilang yang ada di Mangir. Konon, batu gilang ini adalah batudampar (tempat semedi) nya Ki Ageng Mangir dari Ki Ageng Mangir I hingga Ki Ageng Mangir IV.

“Air yang dipakai untuk mensucikan batu ini diambil dari 7 sumber mata air dan diambil oleh 7 pemuda perjaka dalam  Prosesi “Ngangsu Toya Suci,” jelas Zuchri yang juga Sekretaris Desa setempat.

Acara kemudian dilanjutkan dengan Umbul Donga Puja Basuki pukul 21.00-22.00. Umbul Donga Puja Basuki adalah kegiatan masyarakat bersama-sama memanjatkan doa kepada Gusti Allah memohon Basuki (keselamatan) dan bersyukur atas limpahan rezeki yang telah diberikan-Nya.

“Setelah itu dilanjutkan dengan makan bersama Ingkung dan hasil bumi warga Mangir. Bertempat di kompleks petilasan Ki Ageng MAngir Wanabaya,” tandas Zuchri.

Puncak acara pada hari pertama Merti Desa ini diakhiri dengan pengajian pada pukul 22.00-24.00. Pengajian dilaksanakan di kompleks Petilasan Ki Ageng Mangir Wanabaya. Pengajian dimaksudkan sebagai sarana meng-aji-kan Kalamullah, perkataan-perkataan Gusti Allah baik yang tersirat maupun tersurat yang ada di Alam ini, bumi dan langit.

Merti Desa hari kedua diisi dengan Kolaborasi Pentas Potensi Seni Mangir yakni pada Jumat (22/9) pukul 19.30-selesai. Kolaborasi ini menampilkan kesenian lokal masyarakat Mangir seperti Tari (Sanggar Tari Nareswari), Karawitan (Grup Madusena), Hadrah (Grup Fathul Huda), Gejog Lesung (Grup Swara Mangungkung), Ketoprak (Grup Gilang Mudha Budaya), Jathilan (Grup Gagak Remang), Macapat (Grup Macapat Mangir).

Ada pula pentas Wayang ‘Sakkarepku, Sakkecekelku” dengan dalang Ki Pamujiyo dari Juminahan. Pentas Potensi Seni ini dipusatkan di Joglo Mangir di Dusun Mangir Kidul.

Kemudian pada Sabtu (23/9) ada pagelaran Wayang Kulit Semalam Suntuk dengan Dalang Ki Rusmadi dari Kulon Progo. Wayang ini menampilkan bintang Tamu Srundeng dan Yu Rini “Angkringan” TVRI Jogja. Kegiatan ini dilaksanakan di Rumah Bapak Dukuh Mangir Kidul, Hendri Setiyawan dan terbuka untuk umum.

Merti desa diisi pula dengan kegiatan Jalan Sehat “Wanabaya” pada Minggu (24/9) pukul 07.00-10.00. “Jalan sehat  “Wanabaya” adalah event olahraga yang berkonsep “walk and fun with fam in harmonic village”. Jalan sehat ini terbuka untuk umum dengan rute sepanjang 4 KM di sekitar Dusun,” jelas alumni Fisipol UGM ini.

Jalan sehat dimeriahkan dengan Organ Tunggal dengan banyak menghadirkan penyanyi dangdut. Panitia juga menyediakan door prize bagi peserta. Acara ini bertempat di kompleks Petilasan Ki Ageng Mangir Wanabaya.

Usai jalan sehat, akan hadir Pentas Seni Reog Gagak Remang Mangir mulai pukul 13.00 hingga 17.00. Grup Reog Gagak Remang Mangir adalah salah satu grup Reog yang berdiri sudah puluhan tahun.

Menurut Zuchri, Agustus kemaren, grup ini berulang tahun ke-49. Gagak Remang ini tampil di komplek Petilasan Ki Ageng Mangir meramaikan kegiatan Merti Dusun Mangir. (Rel)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/