PARMAKSIAN, SUMUTPOS.CO – Bernard Simatupang (47 tahun) pengusaha lokal di Kecamatan Parmaksian menceritakan kisahnya dari penyuplai gula dan kopi, kini menjadi pengusaha yang menyuplai cangkang sawit untuk boiler di fasilitas produksi PT. Toba Pulp Lestari, Tbk. (TPL).
“Saya dulu sekitar 1985 saya sudah bantu-bantu orang tua usaha kecil-kecilan, yaitu usaha kilang padi. Kami berasal dari keluarga yang sederhana tapi saya memutuskan untuk tidak melanjutkan pendidikan ke jenjang perkuliahan karena saya sudah bisa mencari uang setelah sekolah dan melihat peluang untuk bisa menjadi pengusaha,” ujar pria yang biasa disapa Lobang ini.
Bernard mengatakan bahwa sejak kecil dia biasa untuk ikut dengan salah seorang pemilik usaha di Parmaksian untuk mengantar invoice (bukti tagihan) ke Indorayon (sebelum perusahaan berganti nama menjadi PT TPL di 2002 – red.). “Saya dulu sering antar-antar invoice ke PT TPL karena diperintahkan oleh bos saya selaku pemilik usaha. Mandat tersebut adalah kunci saya gigih bekerja untuk membayar kepercayaan tersebut,” ujar putra ke delapan dari sembilan bersaudara tersebut.
“Saya hanya tamatan SMA, tapi mungkin karena bos percaya dengan saya kemudian bos mengatakan kepada saya untuk mulai mengawasi barang-barang yang akan disuplai untuk sampai di gudang PT TPL dengan selamat tanpa kekurangan apapun. Saya kemudian membayar kepercayaan tersebut dengan hasil memuaskan di mata bos,” ujar bapak tiga orang anak ini.
Pada tahun 2002 Bernard memutuskan untuk ikut bekerja dengan salah seorang pengusaha asal Asahan untuk lebih mendalami mengenai dunia usaha. Keputusan ini menjadi turning point dalam hidupnya untuk bagaimana melanjutkan tahap kehidupannya, yakni menikah dan menafkahi keluarganya kelak ia menikah di masa depan.
Bernard kemudian memberanikan diri untuk meminjam uang dari bosnya untuk memulai buka usaha sendiri. “Saya kemudian memberanikan diri untuk berbicara ke bos untuk mendirikan usaha sendiri dengan meminjam modal untuk usaha dari bos. Ternyata beliau setuju dan saya harus kembalikan uang setelah mendapatkan kontrak kerjasama dengan perusahaan. Dari situlah saya menerapkan bagaimana cara berdagang yang saya ambil ilmunya dari orangtua dan bos saya untuk memulai usaha sendiri,” ujarnya.
Bernard yang menikah pada 2004, mendirikan perusahaan dengan nama depan putri tercintanya, Celine Intan, yakni CV. Intan. “Saya merasa bahwa jalan hidup saya berubah ketika saya mendirikan usaha sendiri. Saya kemudian mulai memiliki karyawan, bagaimana mengelola kontrak kerjasama dengan perusahaan, dan sebagainya. Saya meminta dukungan istri dan keluarga besar saya. Mereka mendukung saya untuk membuka usaha,” ujarnya.
Seiring waktu berjalan, Bernard kini memiliki 50 orang pekerja dengan bidang usaha menyuplai cangkang sawit ke PT TPL sebanyak 8.000 ton per bulan. “Saya mensyukuri pekerjaan saya dan saya bahagia dengan keadaan saya saat ini. Saya memiliki hubungan baik dengan PT TPL dan juga karyawan saya. Saya selalu turun langsung untuk berinteraksi dengan karyawan di lapangan jika ada permasalahan untuk mencarikan solusi,” ujarnya.
Bernard tidak memungkiri bahwa kesuksesan dirinya belajar dari bawah untuk menjadi seorang entrepreneur menarik perhatian banyak orang. “Saya pernah ditawari untuk bergabung dengan partai politik tertentu untuk menjadi calon legislatif. Tapi saya tolak karena saya berkomitmen untuk menjadi 100% pengusaha dan tidak tertarik untuk memiliki kekuasaan,” ujar pria yang dulu hanya bermodal satu unit sepeda motor untuk mengantar invoice ke perusahaan dan kini memiliki mobil pribadi.
“Saya yakin pengusaha-pengusaha muda di Kabupaten Toba Samosir akan banyak muncul karena peran informasi digital yang saat ini berpengaruh di dunia usaha. Pesan saya kepada pengusaha muda hanya manfaatkanlah kepercayaan diberikan orang kepada anda, bekerja keraslah, dan manfaatkan semaksimal mungkin kepercayaan yang diberikan klien/konsumen,” tutup Bernard. (rel/mea)