Ketua Presidium Indonesian Police Watch, Neta S Pane, menegaskan, aksi bom Solo, dilakukan secara terstruktur. Menurutnya, peristiwa itu mirip dengan teror bom di Masjid Mapolres Cirebon Februari 2011.
“Sama seperti teror bom sebelumnya, aksi bom di Solo ini tidak dilakukan perorangan tapi sudah terstruktur. Mereka adalah para pemain lama,” kata Neta, kemarin.
Dijelaskan dia, Polri dan intelijen sebenarnya sudah tahu siapa mereka dan bagaimana struktur kelompok mereka. Dan, lanjut dia, polisi sudah banyak melakukan penangkapan. “Seharusnya polisi dan intelijen bisa melakukan deteksi ini atau mencium pergerakan kelompok teror tersebut,” kata Neta.
Menurut Neta, kinerja Kapolri harus dievaluasi, tapi dalam kasus teror bom Badan Intelijen Negara (BIN) dan intelijen Polri ada di depan. “Dan harus sinergi untuk melakukan deteksi dini,” tegasnya lagi.Neta tidak menampik, beberapa waktu lalu memang ada kabar aksi ini merupakan pengalihan isu reshuffle kabinet. Tapi, kata dia, sekarang ini sepertinya bukan hanya sekadar pengalihan isu. Namun, lanjutnya, sudah mengarah untuk menjatuhkan citra pihak tertentu di jajaran aparat keamanan.
Apalagi, sambung dia, beberapa hari terakhir ini berkembang desakan agar reshuffle juga dilakukan terhadap polri. “Jadi, kami di IPW mensinyalir, selain untuk mengadu domba antarumat beragama, teror bom ini untuk menjatuhkan citra Kapolri agar Kapolri Timur Pradopo ikut direshuffle presiden,” tuntasnya. (boy/jpnn)