26 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Banjir Sentani: 104 Warga Meninggal Dunia

ANTARA FOTO/GUSTI TANATI
Sejumlah warga melihat rumah yang rusak akibat banjir bandang di Sentani, Kabupaten Jayapura, Papua, Minggu (17/3/2019). Jumlah korban bencana banjir bandang yang terjadi pada Sabtu (16/3/2019) malam kemarin, terus bertambah menjadi 104 orang meninggal.

JAYAPURA, SUMUTPOS.CO – Korban banjir di Sentani, Jayapura, Papua, terus bertambah. Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho mengatakan, hingga Rabu (20/3), tercatat sebanyak 104 orang meninggal dunia.

Dia memerinci,  97 orang korban di Kabupaten Jayapura dan tujuh  di Kota Jayapura. “Belum semua korban berhasil diindentifikasi,” kata Sutopo, Rabu (20/3).

Sutopo menjelaskan, ada 40 korban meninggal dunia yang belum diidentitikasi sehingga Bupati Jayapura Mathius Awaitaouw memutuskan akan dimakamkan secara massal Kamis (21/3).

“Pemakaman massal diputuskan setelah berkoordinasi dengan pihak keluarga dan pihak gereja yang dituangkan dalam bentuk tertulis. Pemda Jayapura sudah menyiapkan lahan dan kendaraan untuk pemakaman massal,” paparnya.

Sutopo menambahkan, sebanyak 79 orang masih belum ditemukan. Tim SAR gabungan terus melakukan pencarian sesuai dengan laporan masyarakat yang menyatakan anggota keluarganya belum ditemukan.

“Sebanyak 160 orang luka-luka di mana 85 orang luka berat dan 75 orang luka ringan,”  jelasnya.

Pengungsi juga terus bertambah. Tercatat 9.691 orang mengungsi yang tersebar di 18 titik pengungsi. Bertambahnya jumlah pengungsi karena rasa trauma dan takut akan adanya banjir bandang susulan mengingat hujan masih sering turun di wilayah Jayapura.

Bertambahnya pengungsi ini menyebabkan beberapa tempat pengungsian penuh dan kondisinya tidak nyaman. Selain itu juga menyulitkan dalam distribusi bantuan.

“Untuk itu, sesuai kesepakatan dalam rapat koordinasi di Posko Tanggap Darurat, dari 18 titik pengungsian yang ada saat ini akan dikumpulkan menjadi enam titik pengungsi agar memudahkan distribusi bantuan,” paparnya.

Pendataan kerusakan bangunan akibat bencana juga terus dilakukan. Tercatat 375 rumah rusak berat. Lima unit ibadah rusak berat.

Delapan sekolah rusak berat. Sebanyak 104 unit ruko rusak berat. Empat  jembatan rusak berat. Kemudian, empat ruas jalan rusak berat dan kerusakan bangunan lainnya. (boy/jpnn)

ANTARA FOTO/GUSTI TANATI
Sejumlah warga melihat rumah yang rusak akibat banjir bandang di Sentani, Kabupaten Jayapura, Papua, Minggu (17/3/2019). Jumlah korban bencana banjir bandang yang terjadi pada Sabtu (16/3/2019) malam kemarin, terus bertambah menjadi 104 orang meninggal.

JAYAPURA, SUMUTPOS.CO – Korban banjir di Sentani, Jayapura, Papua, terus bertambah. Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho mengatakan, hingga Rabu (20/3), tercatat sebanyak 104 orang meninggal dunia.

Dia memerinci,  97 orang korban di Kabupaten Jayapura dan tujuh  di Kota Jayapura. “Belum semua korban berhasil diindentifikasi,” kata Sutopo, Rabu (20/3).

Sutopo menjelaskan, ada 40 korban meninggal dunia yang belum diidentitikasi sehingga Bupati Jayapura Mathius Awaitaouw memutuskan akan dimakamkan secara massal Kamis (21/3).

“Pemakaman massal diputuskan setelah berkoordinasi dengan pihak keluarga dan pihak gereja yang dituangkan dalam bentuk tertulis. Pemda Jayapura sudah menyiapkan lahan dan kendaraan untuk pemakaman massal,” paparnya.

Sutopo menambahkan, sebanyak 79 orang masih belum ditemukan. Tim SAR gabungan terus melakukan pencarian sesuai dengan laporan masyarakat yang menyatakan anggota keluarganya belum ditemukan.

“Sebanyak 160 orang luka-luka di mana 85 orang luka berat dan 75 orang luka ringan,”  jelasnya.

Pengungsi juga terus bertambah. Tercatat 9.691 orang mengungsi yang tersebar di 18 titik pengungsi. Bertambahnya jumlah pengungsi karena rasa trauma dan takut akan adanya banjir bandang susulan mengingat hujan masih sering turun di wilayah Jayapura.

Bertambahnya pengungsi ini menyebabkan beberapa tempat pengungsian penuh dan kondisinya tidak nyaman. Selain itu juga menyulitkan dalam distribusi bantuan.

“Untuk itu, sesuai kesepakatan dalam rapat koordinasi di Posko Tanggap Darurat, dari 18 titik pengungsian yang ada saat ini akan dikumpulkan menjadi enam titik pengungsi agar memudahkan distribusi bantuan,” paparnya.

Pendataan kerusakan bangunan akibat bencana juga terus dilakukan. Tercatat 375 rumah rusak berat. Lima unit ibadah rusak berat.

Delapan sekolah rusak berat. Sebanyak 104 unit ruko rusak berat. Empat  jembatan rusak berat. Kemudian, empat ruas jalan rusak berat dan kerusakan bangunan lainnya. (boy/jpnn)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/