28 C
Medan
Monday, October 21, 2024
spot_img

Ekspor Udang dan CPO Sumut Terganggu

MEDAN-Rusaknya beberapa pelabuhan utama di Jepang diprediksi akan menurunkan aktivitas ekspor dari Sumatera Utara dan Indonesia.

Deputi Menko Perekonomian Bidang Perindustrian dan Perdagangan, Edy Putra Irawady memperkirakan rusaknya infrastruktur transportasi Jepang bakal mengganggu bisnis ekspor impor. “Bayangkan ada sekitar 6-7 ports (pelabuhan) di Jepang yang terkena dampak tsunami ini, yang terbesar Yokohama, bisa bayangkan terganggunya aktivitas bisnis di Jepang,” ungkapnya.

Wakil Sekretaris Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Franky Sibarani juga memperkirakan penurunan ekspor Indonesia ke Jepang. Hal itu cukup wajar karena transportasi di Jepang yang rusak parah. Sementara daya beli belum tinggi. “Jadi yang diperkirakan ya  permintaannya akan menurun, antara lain, tekstil, sepatu, makanan-minuman, dan produk perikanan,” lanjutnya.

Dampak bencana di Jepang memang langsung dirasakan importir udang dan ikan. Importir di Jepang meminta eksportir Sumut menunda pengapalan untuk bulan April. “Soal ada penundaan pengiriman untuk April, kelihatan masih wajar. Mungkin perusahaan buyer di Jepang operasionalnya masih terganggu pascatsunami,” kata Kepala Seksi Ekspor Hasil Pertanian dan Pertambangan Subdin Perdagangan Luar Negeri Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Sumut Fitra Kurnia.

Berdasarkan data Surat Keterangan Asal (SKA) Disperindag Sumut, ekspor udang hingga Februari mengalami peningkatkan 12,48 persen dibandingkan periode sama tahun lalu atau senilai 11,350 juta dolar AS dengan volume 1.527 ton.

Menurut Vincent Wijaya, salah satu eksportir udang dari Sumut, ekspor udang dari Sumut ke Jepang mencapai 70 persen. Sisanya terbagi ke Eropa dan negara lainnya. “Jepang mengimpor udang dari kita biasanya untuk konsumsi. Wajar jika Jepang meminta stop dahulu impor dari kita karena faktor infrastruktur rusak,” terangnya.
Bila ekspor ke Jepang terganggu, eksportir Sumut diprediksi akan mengalihkan komoditinya ke negara tujuan ekspor lain. “Saya tidak banyak melakukan ekspor udang ke Jepang karena lebih fokus ke Amerika,” terang Vincent.

Meski demikian, secara keseluruhan kegiatan ekspor udang atau ikan dari Sumut hingga Maret 2011 belum ada gangguan karena pelabuhan penerima barang impor dari Indonesia termasuk Sumut tidak terkena bencana, seperti Pelabuhan Osaka dan Yokohama.
“Soal ada penundaan pengiriman untuk April, kelihatan masih wajar. Mungkin perusahaan buyer di Jepang operasionalnya masih terganggu pascatsunami,” kata Humas Pelindo I M Taufik Fadillah, tadi malam.
Dia menyebutkan, kemungkinan gangguan ekspor ke Jepang baru akan terlihat pada bulan-bulan berikutnya dengan berbagai alasan seperti permintaan pasar yang sepi atau pabrikan masih dalam tahap renovasi.

Selain udang danhasil laut lainnya, produk andalan lain yang pasti mengalami gangguan adalah minyak sawit (cerude palm oil/CPO) yang merupakan andalan ekspor Sumut. “Soal kerugian saya tidak bisa prediksi karena itu bukan bidang saya,” tambah Vincent.
Sementara itu, aktivitas ekspor di Pelabuhan Belawan sebagai pintu ekspor Sumut via laut, juga belum terpengaruh. Setidaknya hingga kini, arus lalulintas kapal di Belawan masih normal. Lalu, bagaimana dengan kapal yang datang dari Jepang atau yang berangkat ke Jepang? “Mereka tidak langsung ke Belawan, mereka ke Singapura dan Malaysia. Jadi, sebenarnya kita tidak terimbas langsung,” jawab Taufik.

Lalu kapan hal ini akan pulih? Vincent yakin, secara normal Jepang sebagai negara kuat akan cepat pulih menghadapi sebuah bencana. Namun dengan isu nuklir yang mulai mengkhawatirkan, Vincent ragu ekspor-impor segera pulih.  “Kita tidak tahu dampak nuklirnya bagaimana. Pemerintah Jepang harus bisa menjamin bahwa nuklir tidak mengganggu seperti yang diberitakan media-media asing. Kalau normalnya, dua atau tiga bulan, saya rasa semuanya sudah kembali normal,” pungkasnya.(jpnn/ful/rmd)

MEDAN-Rusaknya beberapa pelabuhan utama di Jepang diprediksi akan menurunkan aktivitas ekspor dari Sumatera Utara dan Indonesia.

Deputi Menko Perekonomian Bidang Perindustrian dan Perdagangan, Edy Putra Irawady memperkirakan rusaknya infrastruktur transportasi Jepang bakal mengganggu bisnis ekspor impor. “Bayangkan ada sekitar 6-7 ports (pelabuhan) di Jepang yang terkena dampak tsunami ini, yang terbesar Yokohama, bisa bayangkan terganggunya aktivitas bisnis di Jepang,” ungkapnya.

Wakil Sekretaris Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Franky Sibarani juga memperkirakan penurunan ekspor Indonesia ke Jepang. Hal itu cukup wajar karena transportasi di Jepang yang rusak parah. Sementara daya beli belum tinggi. “Jadi yang diperkirakan ya  permintaannya akan menurun, antara lain, tekstil, sepatu, makanan-minuman, dan produk perikanan,” lanjutnya.

Dampak bencana di Jepang memang langsung dirasakan importir udang dan ikan. Importir di Jepang meminta eksportir Sumut menunda pengapalan untuk bulan April. “Soal ada penundaan pengiriman untuk April, kelihatan masih wajar. Mungkin perusahaan buyer di Jepang operasionalnya masih terganggu pascatsunami,” kata Kepala Seksi Ekspor Hasil Pertanian dan Pertambangan Subdin Perdagangan Luar Negeri Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Sumut Fitra Kurnia.

Berdasarkan data Surat Keterangan Asal (SKA) Disperindag Sumut, ekspor udang hingga Februari mengalami peningkatkan 12,48 persen dibandingkan periode sama tahun lalu atau senilai 11,350 juta dolar AS dengan volume 1.527 ton.

Menurut Vincent Wijaya, salah satu eksportir udang dari Sumut, ekspor udang dari Sumut ke Jepang mencapai 70 persen. Sisanya terbagi ke Eropa dan negara lainnya. “Jepang mengimpor udang dari kita biasanya untuk konsumsi. Wajar jika Jepang meminta stop dahulu impor dari kita karena faktor infrastruktur rusak,” terangnya.
Bila ekspor ke Jepang terganggu, eksportir Sumut diprediksi akan mengalihkan komoditinya ke negara tujuan ekspor lain. “Saya tidak banyak melakukan ekspor udang ke Jepang karena lebih fokus ke Amerika,” terang Vincent.

Meski demikian, secara keseluruhan kegiatan ekspor udang atau ikan dari Sumut hingga Maret 2011 belum ada gangguan karena pelabuhan penerima barang impor dari Indonesia termasuk Sumut tidak terkena bencana, seperti Pelabuhan Osaka dan Yokohama.
“Soal ada penundaan pengiriman untuk April, kelihatan masih wajar. Mungkin perusahaan buyer di Jepang operasionalnya masih terganggu pascatsunami,” kata Humas Pelindo I M Taufik Fadillah, tadi malam.
Dia menyebutkan, kemungkinan gangguan ekspor ke Jepang baru akan terlihat pada bulan-bulan berikutnya dengan berbagai alasan seperti permintaan pasar yang sepi atau pabrikan masih dalam tahap renovasi.

Selain udang danhasil laut lainnya, produk andalan lain yang pasti mengalami gangguan adalah minyak sawit (cerude palm oil/CPO) yang merupakan andalan ekspor Sumut. “Soal kerugian saya tidak bisa prediksi karena itu bukan bidang saya,” tambah Vincent.
Sementara itu, aktivitas ekspor di Pelabuhan Belawan sebagai pintu ekspor Sumut via laut, juga belum terpengaruh. Setidaknya hingga kini, arus lalulintas kapal di Belawan masih normal. Lalu, bagaimana dengan kapal yang datang dari Jepang atau yang berangkat ke Jepang? “Mereka tidak langsung ke Belawan, mereka ke Singapura dan Malaysia. Jadi, sebenarnya kita tidak terimbas langsung,” jawab Taufik.

Lalu kapan hal ini akan pulih? Vincent yakin, secara normal Jepang sebagai negara kuat akan cepat pulih menghadapi sebuah bencana. Namun dengan isu nuklir yang mulai mengkhawatirkan, Vincent ragu ekspor-impor segera pulih.  “Kita tidak tahu dampak nuklirnya bagaimana. Pemerintah Jepang harus bisa menjamin bahwa nuklir tidak mengganggu seperti yang diberitakan media-media asing. Kalau normalnya, dua atau tiga bulan, saya rasa semuanya sudah kembali normal,” pungkasnya.(jpnn/ful/rmd)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/