28 C
Medan
Monday, November 25, 2024
spot_img

Medan Harusnya Jadi Barometer Industri Kreatif UMKM, Jangan Cuma Jadi Jargon Saja

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Sektor Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM), selain memiliki segudang masalah klasik juga menjadi salah satu bahan jualan para kandidat yang berkontestasi pada Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada). Nyaris dalam setiap kampanye, para kandidat selalu menawarkan jalan agar sektor ini bisa keluar dari masalah, tumbuh berkembang dan menjangkau pasar yang lebih luas.

Doli M Jafar Dalimunthe, Pengamat dari Universitas Sumatera Utara (USU)
Doli M Jafar Dalimunthe, Pengamat dari Universitas Sumatera Utara (USU).

Menurut Pengamat dari Universitas Sumatera Utara (USU), Doli M Jafar Dalimunthe, semua daerah pasti mengampanyekan peningkatan UMKM dan start up bisnis milenial, karena itu adalah isu nasional saat ini. “Tapi, sayangnya terutama di Kota Medan hanya sebatas jargon dan kegiatan-kegiatan yang tidak strategis,” ujarnya kepada wartawan, Senin (12/10).

Doli menyebut, masalah klasik yang selalu menghantui UMKM adalah akses permodalan, kreativitas, kualitas produk yang masih rendah dan SDM. Sayangnya, para pemimpin terdahulu yang telah terpilih dengan salah satu kampanyenya soal UMKM, justru masih berkutatn

pada upaya penyelesaian masalah dengan cara-cara klasik.

“Kita bisa melihat di APBD. Memang ada dana, ada program untuk meningkatkan UMKM tapi cara-caranya klasik. Pelatihan (UMKM) hanya cenderung formalitas yang penting ada. Tidak kreatif dan langkah yang ditempuh itu-itu saja,” ungkap Doli.

Ia mengatakan, sebagai salah satu Kota Metropolitan, Medan harusnya menjadi barometer perkembangan industri kreatif dalam hal ini UMKM dan start up bisnis milenial. UMKM jangan hanya sebagai jargon, tetapi harus difokuskan sebagai atmosfer dan karakter masyarakat Kota Medan, terutama Generasi Milenial dan Generasi Z sebagai upaya menyiapkan diri pada fase bonus demografis 2030.

Medan adalah kota yang sangat besar, baik secara geografis maupun demografis, maka sudah sepatutnya pimpinan daerah menyasar serius pengembangan sektor UMKM dan Startup Bisnis Milenial. Dibutuhkan leader yang memiliki pengalaman dan spirit entrepreneur dalam memimpin Kota Medan. “Gap usia milenial dan usia produktif generasi kreatif di Kota Medan harus diakomodir dengan pola kepemimpinan dan gaya komunikasi pengarahan yang juga update dan adaptif,” katanya.

Ke depan, pemimpin Kota Medan haruslah mampu memahami apa yang jadi pola generasi kreatif dan juga menyiapkan sentra kreatif yang mengakomodir bertemunya masyarakat-masyarakat kreatif untuk bertukar ide dan bermitra. Kemunculan Medan Creative Center (atau nama lainnya sesuai terminologi) dan Co-working space sebagai sarana meeting point, akan merubah atmosfer dan menguatkan karakter masyarakat terjun di UMKM dan Startup Bisnis yang go-nasional bahkan go-internasional sebagai representatif Kota Medan.

Pasca pandemi, pekerjaan rumah terbesar wali kota terpilih adalah pemulihan ekonomi Kota Medan, UMKM dan stratup bisnis milenial. Akan menjadi garda depan, maka kehadiran wali kota yang punya jiwa adaptif, agile dan kreatif dapat membimbing dan memberikan solusi dalam bentuk regulasi untuk mendorong pemulihan ekonomi Kota Medan dari sektor UMKM dan Startup Bisnis Milenial.

Sinergitas dengan Kementrian UMKM dan kementerian terkait di pusat, serta dukungan dari Bisnis Mentor dan Bisnis Skala Besar di Pusat harus segara dibawa ke pengelolaan UMKM di Kota Medan secara implementif. Hal ini guna mengelaborasi dan akselerasi pengembangan sektor UMKM yang harapannya dapat membantu pemulihan ekonomi Kota Medan dengan segera. Wali kota terpilih harus dapat membawa hal tersebut ke Kota Medan sesegera mungkin,” pungkas Doli.

Hal senada juga diungkapkan Ketua HIPMI Perguruan Tinggi Sumut, Ryalsyah Putra. Dia mengatakan, dalam menjawab tantangan berbagai persoalan ekonomi Kota Medan ke depan, diperlukan sosok pemimpin yang kuat, mampu bersinergi dengan Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi dan juga swasta yang dapat mendatangkan investasi. Sehingga, mampu menyerap angkatan tenaga kerja baru kota yang jumlahnya tidak sedikit.

Apalagi, di masa krisis era pandemi Covid-19, UMKM merupakan sektor yang perlu perhatian serius. Untuk masalah ini, butuh pemimpin yang memiliki jiwa entrepreneur yang mampu memberikan dukungan dan dorongan untuk pelaku UMKM agar dapat bertumbuh, serta menggairahkan sektor usaha dengan memberikan kemudahan-kemudahan untuk masyarakat kota untuk berwirausaha. “Kami meyakini, sosok yang mampu membawakan perubahan tersebut adalah sosok calon wali kota milenial,” pungkasnya. (ris/ila)

Teks foto : Doli M Jafar Dalimunthe, pengamat dari USU. (Istimewa)

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Sektor Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM), selain memiliki segudang masalah klasik juga menjadi salah satu bahan jualan para kandidat yang berkontestasi pada Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada). Nyaris dalam setiap kampanye, para kandidat selalu menawarkan jalan agar sektor ini bisa keluar dari masalah, tumbuh berkembang dan menjangkau pasar yang lebih luas.

Doli M Jafar Dalimunthe, Pengamat dari Universitas Sumatera Utara (USU)
Doli M Jafar Dalimunthe, Pengamat dari Universitas Sumatera Utara (USU).

Menurut Pengamat dari Universitas Sumatera Utara (USU), Doli M Jafar Dalimunthe, semua daerah pasti mengampanyekan peningkatan UMKM dan start up bisnis milenial, karena itu adalah isu nasional saat ini. “Tapi, sayangnya terutama di Kota Medan hanya sebatas jargon dan kegiatan-kegiatan yang tidak strategis,” ujarnya kepada wartawan, Senin (12/10).

Doli menyebut, masalah klasik yang selalu menghantui UMKM adalah akses permodalan, kreativitas, kualitas produk yang masih rendah dan SDM. Sayangnya, para pemimpin terdahulu yang telah terpilih dengan salah satu kampanyenya soal UMKM, justru masih berkutatn

pada upaya penyelesaian masalah dengan cara-cara klasik.

“Kita bisa melihat di APBD. Memang ada dana, ada program untuk meningkatkan UMKM tapi cara-caranya klasik. Pelatihan (UMKM) hanya cenderung formalitas yang penting ada. Tidak kreatif dan langkah yang ditempuh itu-itu saja,” ungkap Doli.

Ia mengatakan, sebagai salah satu Kota Metropolitan, Medan harusnya menjadi barometer perkembangan industri kreatif dalam hal ini UMKM dan start up bisnis milenial. UMKM jangan hanya sebagai jargon, tetapi harus difokuskan sebagai atmosfer dan karakter masyarakat Kota Medan, terutama Generasi Milenial dan Generasi Z sebagai upaya menyiapkan diri pada fase bonus demografis 2030.

Medan adalah kota yang sangat besar, baik secara geografis maupun demografis, maka sudah sepatutnya pimpinan daerah menyasar serius pengembangan sektor UMKM dan Startup Bisnis Milenial. Dibutuhkan leader yang memiliki pengalaman dan spirit entrepreneur dalam memimpin Kota Medan. “Gap usia milenial dan usia produktif generasi kreatif di Kota Medan harus diakomodir dengan pola kepemimpinan dan gaya komunikasi pengarahan yang juga update dan adaptif,” katanya.

Ke depan, pemimpin Kota Medan haruslah mampu memahami apa yang jadi pola generasi kreatif dan juga menyiapkan sentra kreatif yang mengakomodir bertemunya masyarakat-masyarakat kreatif untuk bertukar ide dan bermitra. Kemunculan Medan Creative Center (atau nama lainnya sesuai terminologi) dan Co-working space sebagai sarana meeting point, akan merubah atmosfer dan menguatkan karakter masyarakat terjun di UMKM dan Startup Bisnis yang go-nasional bahkan go-internasional sebagai representatif Kota Medan.

Pasca pandemi, pekerjaan rumah terbesar wali kota terpilih adalah pemulihan ekonomi Kota Medan, UMKM dan stratup bisnis milenial. Akan menjadi garda depan, maka kehadiran wali kota yang punya jiwa adaptif, agile dan kreatif dapat membimbing dan memberikan solusi dalam bentuk regulasi untuk mendorong pemulihan ekonomi Kota Medan dari sektor UMKM dan Startup Bisnis Milenial.

Sinergitas dengan Kementrian UMKM dan kementerian terkait di pusat, serta dukungan dari Bisnis Mentor dan Bisnis Skala Besar di Pusat harus segara dibawa ke pengelolaan UMKM di Kota Medan secara implementif. Hal ini guna mengelaborasi dan akselerasi pengembangan sektor UMKM yang harapannya dapat membantu pemulihan ekonomi Kota Medan dengan segera. Wali kota terpilih harus dapat membawa hal tersebut ke Kota Medan sesegera mungkin,” pungkas Doli.

Hal senada juga diungkapkan Ketua HIPMI Perguruan Tinggi Sumut, Ryalsyah Putra. Dia mengatakan, dalam menjawab tantangan berbagai persoalan ekonomi Kota Medan ke depan, diperlukan sosok pemimpin yang kuat, mampu bersinergi dengan Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi dan juga swasta yang dapat mendatangkan investasi. Sehingga, mampu menyerap angkatan tenaga kerja baru kota yang jumlahnya tidak sedikit.

Apalagi, di masa krisis era pandemi Covid-19, UMKM merupakan sektor yang perlu perhatian serius. Untuk masalah ini, butuh pemimpin yang memiliki jiwa entrepreneur yang mampu memberikan dukungan dan dorongan untuk pelaku UMKM agar dapat bertumbuh, serta menggairahkan sektor usaha dengan memberikan kemudahan-kemudahan untuk masyarakat kota untuk berwirausaha. “Kami meyakini, sosok yang mampu membawakan perubahan tersebut adalah sosok calon wali kota milenial,” pungkasnya. (ris/ila)

Teks foto : Doli M Jafar Dalimunthe, pengamat dari USU. (Istimewa)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/