Oleh : Dame Ambarita
Pemimpin Redaksi Sumut Pos
“Shiomu apa? Unsur kamu apa?” Pertanyaan ini sekarang sudah jamak kita dengar. Sama jamaknya dengan pertanyaan: “Bintangmu apa?” untuk menanyakan zodiac seseorang.
Sejak Presiden Gus Dur mengesahkan agama Konghucu sebagai salahsatu agama yang diakui di Indonesia, dan menjadikan Imlek sebagai hari libur nasional, budaya China semakin keluar ke ruang publik tanah air. Bahkan beberapa tradisi China dipelajari dan diterapkan sejumlah besar orang Indonesia dalam kehidupan sehari-hari.
Contoh kecilnya saja, fengshui, astrologi China, dan sebagainya, hari-hari ini sudah asyik diperbincangkan warga Indonesia, sebagai bagian dari pengetahuan umum.
Dalam sistem kalender Tionghoa yang dibagi dalam 12 shio, tahun 2012 ini disebut sebagai tahun naga air. Tahun yang diramalkan akan membawa banyak pencerahan, sekaligus mengandung banyak unsur air. Karenanya, bencana alam pun diramalkan yang berunsur air, seperti banjir, tsunami, dan lainnya.
Masuknya tren astrologi China ke kehidupan masyarakat Indonesia mengalir cukup mulus. Lihat saja jelang awal-awal tahun, situs Google mencatat daftar pencarian cukup banyak soal ramalan nasib untuk tahun berikutnya. Bagaimana nasib shio ini di tahun itu. Shio mana yang bernasib kurang baik, mana yang cocok, dan sebagainya. Sifat dasar manusia yang ingin tahu masa depannya menjadi alasan laris-manisnya ramalan shio di segala kelompok umur.
Uniknya, ilmu meramal ini sebenarnya bukan hanya milik China. Suku Jawa juga punya dengan ramalan primbonnya. Bahkan suku Batak memiliki sistem penanggalan yang bisa meramal hari baik dan buruk. Lantas, mengapa sistem kalender Tionghoa dengan shionya ini begitu laris diburu masyarakat Indonesia?
Dugaan pertama, sistem penanggalan Tionghoa cukup transparan dan relative lebih mudah dipahami. Dengan melihat tabel shio saja, seseorang sudah langsung tau apa shionya dari 12 shio yang ada. Kemudian, ada tabel tentang fengshui unsur kelahiran yang terdiri dari 5 unsur. Dengan mengetahui apa unsure kelahiran, sifat dan nasib seseorang akan bisa diramalkan.
Dugaan kedua, banyak peramal China yang mengekspos ramalannya di berbagai media massa, baik cetak, elektronik, online, dan lainnya, sehingga lebih mudah diakses orang banyak.
Dan dugaan ketiga, ramalannya lebih mudah dimengerti. Misalnya, tahun ini yang disebut tahun naga air, sehingga unsure air disebut-sebut akan mendominasi, terasa lebih masuk akal dibanding ramalan lain yang cenderung lebih mistis.
Nah, nah… saya di sini bukan mau mengajari agar kita memercayai ramalan shio atau menghubungkan unsure kelahiran dengan nasib seseorang lo. Sebagai makluk ciptaan Tuhan, tentu kita tidak diajarkan untuk percaya atau bergantung ramalan. Percaya dan bersandar pada-Nya, adalah perintah.
Hanya saja, kencangnya arus dunia ramal-meramal ala shio dalam dunia informasi kita ini, membuat kita —sadar atau tidak sadar, acap mengikuti perkembangan ramalan-ramalan shio ini.
Terlepas dari segala pro kontra tentang kebenaran ramalan shio, sistem shio dalam tradisi China terbukti cukup melebur dalam kehidupan kita sehari-hari. Menandai makin leburnya etnis Tionghoa dengan berbagai etnis yang ada di Indonesia. Ini bagus. Semoga shio-shio ini, apapun artinya itu, lebih mendekatkan seluruh etnis yang ada, untuk membangun Indonesia yang lebih maju. (*)