JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Dua bulan pertama tahun ini, indeks harga konsumen (IHK) masih landai. Hal itu terlihat dari rilis Badan Pusat Statistik (BPS) yang mencatat deflasi 0,48 persen MtM pada Februari. Angka tersebut lebih rendah jika dibandingkan dengan Januari yang minus 0,76 persen. Secara tahunan, deflasi tercatat 0,09 persen YoY.
 “Terakhir, menurut catatan BPS, deflasi YoY pernah terjadi pada Maret 2000. Di mana, pada saat itu deflasi sebesar 1,10 persen yang didominasi disumbang oleh kelompok bahan makanan,’’ ujar Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti pada konferensi pers di Jakarta, Senin(3/3/2025).
Amalia menjelaskan, deflasi pada bulan lalu, andil terbesar adalah harga yang diatur pemerintah. Komponen yang diatur pemerintah mengalami deflasi sebesar 9,02 persen YoY, sehingga memberikan andil atau kontribusi terhadap nilai deflasi tahunan mencapai 1,77 persen.
Itu terutama disebabkan karena diskon listrik yang 50 persen itu masih berlangsung hingga Februari 2025. ’’Komoditas yang dominan mendorong deflasi kelompok ini adalah diskon tarif listrik yang memberikan andil deflasi sebesar 0,67 persen, dan tingkat deflasi pada tarif listrik adalah sebesar 21,3 persen,’’ jelas Amalia.
Dia melanjutkan, selain diskon tarif listrik, penurunan harga komoditas pada komponen pangan bergejolak seperti daging ayam ras juga memberikan andil terhadap deflasi hingga 0,06 persen. Begitu juga dengan bawang merah dan cabai merah yang memberikan andil deflasi masing-masing 0,05 persen dan 0,04 persen.
Sementara itu, Kepala BPS Jawa Timur Zulkipli mengatakan, inflasi MtM Jawa Timur lebih tajam dari pada angka nasional. Pada Februari, angka deflasi mtm mencapai 0,59 persen. Jika digabungkan dengan Januari, maka selama 2025 rata-rata harga dsudah turun sebanyak 1,13 persen.
’’Seluruh kabupaten kota acuan IHK (indeks harga konsumen) mengalami deflasi. Yang terdalam terjadi di Kota Kediri dengan angka -0,98 persen,’’ ucapnya.
Deflasi masih didorong oleh insentif pemerintah di sektor listrik. Diskon 50 persen untuk tarif hingga Februari membuat deflasi tarif listrik kembali naik menjadi 25,3 persen. Hal tersebut mendorong deflasi di kelompok perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga mencapai 6,27 persen pada Februari. Sedangkan, kelompok makanan, minuman dan tembakau mengalami deflasi 0,47 persen. Kelompok pengeluaran tersebut biasanya menjadi penentu IHK di Indonesia maupu Jatim.(dee/bil/dio/jpg/han)