SUMUTPOS.CO – Australia secara tidak sengaja telah mempublikasikan identitas hampir 10.000 pencari suaka, kata departemen imigrasi setempat pada Rabu (19/02).
Hal ini dapat menempatkan para pencari suaka dalam bahaya karena data tersebut dapat digunakan untuk menemukan mereka.
“Informasi ini tidak dimaksudkan untuk bisa diakses publik,” kata juru bicara departemen imigrasi, seperti dilansir Reuters.
“Dokumen telah dihapus dan departemen sedang menginvestigasi bagaimana ini bisa terjadi untuk menjamin tidak terulang lagi.”
‘Kesalahan’ itu pertama kali dilaporkan oleh situs The Guardian Australia, yang telah menginformasikan kebocoran itu sehingga akses informasi bisa ditutup.
BERBAHAYA
Data yang bocor antara lain mencantumkan nama, asal negara, dan lokasi dari hampir sepertiga orang yang menghuni jaringan detensi imigrasi Australia. Tidak jelas berapa lama dokumen itu sempat diakses oleh publik.
Badan Pengungsi Australia mengatakan insiden ini memunculkan kekhawatiran bahwa orang-orang yang dikenali dapat dikenai hukuman jika kembali ke negara asal, dan anggota keluarga mereka di kampung halaman rentan terhadap aksi kekerasan.
“Tidak bisa dipercaya bahwa kebocoran semacam ini bisa terjadi. Informasi ini sangat rahasia karena alasan yang kuat,” kata Kepala Eksekutif Paul Power kepada AFP.
“Mungkin ada implikasi tidak hanya untuk orang-orang dalam tahanan, tetapi juga anggota keluarga di negara asal.”
Australia saat ini menerapkan aturan ketat bagi pencari suaka, termasuk pengembalian kapal yang masuk ke perairannya.
Pada Selasa (18/02), seorang pencari suaka tewas dan 77 orang terluka di malam kedua kerusuhan di pusat detensi imigrasi Australia di Papua Nugini. (NET)
SUMUTPOS.CO – Australia secara tidak sengaja telah mempublikasikan identitas hampir 10.000 pencari suaka, kata departemen imigrasi setempat pada Rabu (19/02).
Hal ini dapat menempatkan para pencari suaka dalam bahaya karena data tersebut dapat digunakan untuk menemukan mereka.
“Informasi ini tidak dimaksudkan untuk bisa diakses publik,” kata juru bicara departemen imigrasi, seperti dilansir Reuters.
“Dokumen telah dihapus dan departemen sedang menginvestigasi bagaimana ini bisa terjadi untuk menjamin tidak terulang lagi.”
‘Kesalahan’ itu pertama kali dilaporkan oleh situs The Guardian Australia, yang telah menginformasikan kebocoran itu sehingga akses informasi bisa ditutup.
BERBAHAYA
Data yang bocor antara lain mencantumkan nama, asal negara, dan lokasi dari hampir sepertiga orang yang menghuni jaringan detensi imigrasi Australia. Tidak jelas berapa lama dokumen itu sempat diakses oleh publik.
Badan Pengungsi Australia mengatakan insiden ini memunculkan kekhawatiran bahwa orang-orang yang dikenali dapat dikenai hukuman jika kembali ke negara asal, dan anggota keluarga mereka di kampung halaman rentan terhadap aksi kekerasan.
“Tidak bisa dipercaya bahwa kebocoran semacam ini bisa terjadi. Informasi ini sangat rahasia karena alasan yang kuat,” kata Kepala Eksekutif Paul Power kepada AFP.
“Mungkin ada implikasi tidak hanya untuk orang-orang dalam tahanan, tetapi juga anggota keluarga di negara asal.”
Australia saat ini menerapkan aturan ketat bagi pencari suaka, termasuk pengembalian kapal yang masuk ke perairannya.
Pada Selasa (18/02), seorang pencari suaka tewas dan 77 orang terluka di malam kedua kerusuhan di pusat detensi imigrasi Australia di Papua Nugini. (NET)