25 C
Medan
Saturday, November 23, 2024
spot_img

Kenaikan Harga Properti Jakarta Tertinggi di Dunia

Foto: Internet/Kps Tren properti di Jakarta. Laporan terbaru Prime Global Cities Index, harga properti segmen atas di Jakarta melesat 27,3 persen selama satu tahun terakhir.
Foto: Internet/Kps Tren properti di Jakarta. Laporan terbaru Prime Global Cities Index, harga properti segmen atas di Jakarta melesat 27,3 persen selama satu tahun terakhir.

JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Jakarta kembali menyita perhatian pelaku industri properti global. Sepanjang periode September 2013 – September 2014, kenaikan harga properti di kawasan tersebut tertinggi di dunia.

Associate Director Research and Consultancy Knight Frank Indonesia Hasan Pamudji mengatakan, dalam laporan terbaru Prime Global Cities Index, harga properti segmen atas di Jakarta melesat 27,3 persen selama satu tahun terakhir.  “Ini jauh di atas rata-rata kenaikan harga di 33 kota dunia yang sebesar 4 persen,” ujarnya kemarin (11/11).

Data laporan salah satu perusahaan konsultan properti terbesar di dunia yang berpusat di London, Inggris, itu menunjukkan, kenaikan harga properti di Jakarta juga jauh di atas Los Angeles yang ada di posisi ke dua dengan angka 16,3 persen. Bahkan, di jajaran 10 besar, hanya ada dua kota dari kawasan Asia, yakni Jakarta dan Bengaluru yang dulu dikenal dengan nama Bangalore di India.

Jakarta juga jauh mengungguli kota-kota metropolitan dunia seperti Sydney yang ada di urutan 5 dengan kenaikan 11,6 persen, London di posisi 10 dengan 7,4 persen, New York di posisi 11 dengan kenaikan 6,7 persen, Tokyo di posisi 16 dengan 4,5 persen, serta Roma Italia di posisi 1,5 persen.

Dari 33 kota yang disurvei Knight Frank, 26 kota mencatat kenaikan harga dan tujuh kota justru mencatat penurunan harga, yakni Hongkong yang minus (-) 1,1 persen, Paris -2,5 persen, Zurich -2,7 persen, Moskow -3,7 persen, Jenewa -5,6 persen, St Petersburg -8,7 persen, dan Singapura -10,0 persen.

Menurut Hasan, selama periode September 2013 – September 2014, lonjakan properti di Jakarta banyak terjadi pada periode September 2013 – Maret 2014. Sementara mulai periode April 2014 hingga September 2014, laju pertumbuhan harga properti langsung melambat menjadi hanya 2,5 persen. Bahkan, pada periode Juli – September 2014 hanya tumbuh 1,2 persen. ‘Ini efek perlambatan pertumbuhan ekonomi Indonesia,’ katanya.

Dalam survei Prime Global Cities Index, Knight Frank menyurvei pergerakan harga properti segmen atas dengan kisaran harga Rp 30 juta per meter persegi ke atas. Dengan kisaran harga tersebut, beberapa proyek properti yang tercakup adalah proyek perumahan dan apartemen mewah.

Meski kenaikan harga dalam enam bulan terakhir melambat, Hasan mengatakan bahwa harga properti di Jakarta sepanjang tahun ini masih akan naik cukup tinggi, meskipun tidak setinggi tahun lalu yang mencapai angka 36 persen. ‘Transaksi (pembelian properti kelas atas) memang belum banyak, pembeli masih wait and see menunggu kepastian politik dan ekonomi,’ ucapnya.

Hasan optimistis harga properti di Jakarta akan terus tumbuh. Apalagi, dibanding kota-kota besar lain di dunia, harga properti kelas atas di Jakarta masih tergolong sangat murah. ‘Karena itu, Jakarta masih menjadi tujuan investasi properti yang sangat menarik,’ ujarnya.

Data Knight Frank pada akhir 2013 lalu menyebut, rata-rata harga properti kelas atas di Jakarta sebesar USD 4.099 per meter persegi. Harga tersebut masih di bawah Kuala Lumpur yang seharga USD 5.882 per meter persegi, Bangkok USD 9.234 per meter persegi, atau bahkan Singapura yang sudah melesat jauh hingga USD 31.250 per meter persegi.

Pengamat Properti Panangian Simanungkalit mengatakan, dari semua jenis properti, apartemen memang yang paling banyak dicari. Karena itu tak mengherankan jika launching ratusan unit apartemen bisa ludes terjual dalam waktu hanya beberapa jam. ‘Sebagian untuk ditinggali, sebagian untuk investasi,’ katanya.

Menurut Panangian, secara umum, kenaikan harga properti di Jakarta dan kota-kota besar di Indonesia lainnya seperti Surabaya, Medan, Bandung, dan Makassar memang akan melambat tahun ini seiring perlambatan pertumbuhan ekonomi. ‘Tahun ini saya kira kenaikan properti hanya di kisaran 10 persen,’ ucapnya.

Selain Jakarta, sepanjang tahun ini harga properti di Surabaya juga terus menunjukkan tren peningkatan. Diperkirakan, rata-rata kenaikan harga properti hingga akhir tahun nanti di kisaran 10-30 persen. Wakil Ketua Asosiasi Real Estate Broker Indonesia DPD Jatim Tritan Saputra mengatakan, kenaikan harga properti berlaku untuk semua segmen baik bawah, menengah, hingga segmen atas. Hanya saja, persentase kenaikan berbeda-beda bergantung pada segmen properti dan lokasi. “Diperkirakan, hingga akhir tahun nanti persentase kenaikan tidak berubah,” katanya kemarin (11/11).

Menurut dia, wilayah dengan pembangunan infrastruktur mengalami kenaikan harga cukup pesat. “Adanya pembangunan frontage di kawasan Ahmad Yani menarik minat pengembang membangun properti di kawasan tersebut sehingga cukup mengerek harga. Selain itu, kenaikan harga properti di wilayah surabaya timur juga terkerek terutama sejak adanya jalan MERR. Bahkan pada tahun lalu, kenaikan harga di wilayah tersebut dalam setahun bisa mencapai 50-100 persen,” jelasnya.

Faktor stabilitas ekonomi dan politik membuat properti menjadi alternatif investasi yang menjanjikan. “Sedangkan dari sisi pembeli, pada awal tahun memang cenderung menahan melakukan pembelian. Kebanyakan memilih wait and see karena situasi politik. Kemudian, pada pertengahan tahun khususnya end user mulai melakukan pembelian properti kembali,” urainya.

Sebelumnya, Bank Indonesia Wilayah IV Jatim mencatat rata-rata harga properti residensial di empat kota di Jatim yaitu Surabaya, Gresik, Sidoarjo, dan Mojokerto pada triwulan pertama 2014 menunjukkan peningkatan. Hal itu terlihat dari kenaikan Indeks Harga Properti Residensial (IHPR) yang meningkat 4,26 persen dibandingkan triwulan sebelumnya.

Berdasarkan tipe rumah yang ditawarkan, kenaikan IHPR tertinggi terjadi pada rumah tipe besar yaitu sebesar 5,8 persen disusul oleh tipe menengah 5,2 persen. “Sedangkan tipe rumah kecil hanya naik 1,4 persen,” kata Kepala Perwakilan Bank Indonesia Wilayah IV Jawa Timur Dwi Pranoto. (owi/res/sof)

Responden Survei Harga Properti Residensial (SHPR) menyatakan bahwa kenaikan harga bahan bangunan, kenaikan upah pekerja, tingginya biaya perizinan menjadi pendorong kenaikan rata-rata harga perumahan pada triwulan pertama 2014. Di samping itu, upaya pengembang untuk memberikan penambahan fasilitas umum yang memadai juga menjadi alasan kenaikan harga yang ditawarkan. SHPR dilakukan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah IV terhadap 71 perusahaan pengembang proyek perumahan di empat kota besar di Jatim.

Kenaikan harga juga diiringi dengan penurunan volume permintaan pembelian properti residensial untuk rumah tipe menengah dan tipe besar masing-masing turun 7,3 persen dan 13,8 persen. Sebaliknya rumah untuk tipe kecil justru naik 15,4 persen dibandingkan triwulan IV/2013.

Dwi menuturkan, responden memprediksi kenaikan harga properti masih akan berlanjut pada triwulan kedua 2014. “Ini tercermin dari perkiraan kenaikan IHPR sebesar 2,3 persen dibandingkan triwulan pertama 2014,” ujarnya. Perkiraan kenaikan harge tertinggi terjadi pada rumah tipe kecil yaitu sebesar 4,93 persen, disusul tipe besar 4,61 persen dan tipe menengah 0,46 persen.

Sedangkan menurut proyeksi BI pada triwulan keempat ini, Surabaya termasuk dalam wilayah yang pelambatan kenaikan harga propertinya tertinggi. Diperkirakan, kenaikan harga rumah kecil sebesar 8,16 persen, rumah menengah 7,24 persen dan rumah besar 4,14 persen. Kalau dibandingkan triwulan ketiga terlihat terjadi pelambatan, dimana masing-masing kenaikan untuk rumah kecil, menengah dan besar secara berurutan, 12,26 persen, 16,67 persen dan 6,42 persen. (owi/res/sof)

 

 

K enaikan Harga Properti Dunia

(Periode September 2013 – September 2014)

 

Peringkat        Kota                            Nega ra                                   %

 

1                      Jakarta                         Indones ia                    27,3

2                      Los Angeles                Amerika Serikat         16,3

3                      Tel Aviv                      Israel                           14,0

4                      Dublin                                     Irlandia                       12,7

5                      San Francisco              Amerika Serikat         12,2

6                      Sydney                        Austr alia                    11,6

7                      Miami                         Amerika Serikat         11,5

8                      Cape Town                  Afrika Selatan             9,5

9                      Bengaluru                   In dia                           9,1

10                    London                        Inggris                                     7,4

 

Sumber: Knight Frank

Foto: Internet/Kps Tren properti di Jakarta. Laporan terbaru Prime Global Cities Index, harga properti segmen atas di Jakarta melesat 27,3 persen selama satu tahun terakhir.
Foto: Internet/Kps Tren properti di Jakarta. Laporan terbaru Prime Global Cities Index, harga properti segmen atas di Jakarta melesat 27,3 persen selama satu tahun terakhir.

JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Jakarta kembali menyita perhatian pelaku industri properti global. Sepanjang periode September 2013 – September 2014, kenaikan harga properti di kawasan tersebut tertinggi di dunia.

Associate Director Research and Consultancy Knight Frank Indonesia Hasan Pamudji mengatakan, dalam laporan terbaru Prime Global Cities Index, harga properti segmen atas di Jakarta melesat 27,3 persen selama satu tahun terakhir.  “Ini jauh di atas rata-rata kenaikan harga di 33 kota dunia yang sebesar 4 persen,” ujarnya kemarin (11/11).

Data laporan salah satu perusahaan konsultan properti terbesar di dunia yang berpusat di London, Inggris, itu menunjukkan, kenaikan harga properti di Jakarta juga jauh di atas Los Angeles yang ada di posisi ke dua dengan angka 16,3 persen. Bahkan, di jajaran 10 besar, hanya ada dua kota dari kawasan Asia, yakni Jakarta dan Bengaluru yang dulu dikenal dengan nama Bangalore di India.

Jakarta juga jauh mengungguli kota-kota metropolitan dunia seperti Sydney yang ada di urutan 5 dengan kenaikan 11,6 persen, London di posisi 10 dengan 7,4 persen, New York di posisi 11 dengan kenaikan 6,7 persen, Tokyo di posisi 16 dengan 4,5 persen, serta Roma Italia di posisi 1,5 persen.

Dari 33 kota yang disurvei Knight Frank, 26 kota mencatat kenaikan harga dan tujuh kota justru mencatat penurunan harga, yakni Hongkong yang minus (-) 1,1 persen, Paris -2,5 persen, Zurich -2,7 persen, Moskow -3,7 persen, Jenewa -5,6 persen, St Petersburg -8,7 persen, dan Singapura -10,0 persen.

Menurut Hasan, selama periode September 2013 – September 2014, lonjakan properti di Jakarta banyak terjadi pada periode September 2013 – Maret 2014. Sementara mulai periode April 2014 hingga September 2014, laju pertumbuhan harga properti langsung melambat menjadi hanya 2,5 persen. Bahkan, pada periode Juli – September 2014 hanya tumbuh 1,2 persen. ‘Ini efek perlambatan pertumbuhan ekonomi Indonesia,’ katanya.

Dalam survei Prime Global Cities Index, Knight Frank menyurvei pergerakan harga properti segmen atas dengan kisaran harga Rp 30 juta per meter persegi ke atas. Dengan kisaran harga tersebut, beberapa proyek properti yang tercakup adalah proyek perumahan dan apartemen mewah.

Meski kenaikan harga dalam enam bulan terakhir melambat, Hasan mengatakan bahwa harga properti di Jakarta sepanjang tahun ini masih akan naik cukup tinggi, meskipun tidak setinggi tahun lalu yang mencapai angka 36 persen. ‘Transaksi (pembelian properti kelas atas) memang belum banyak, pembeli masih wait and see menunggu kepastian politik dan ekonomi,’ ucapnya.

Hasan optimistis harga properti di Jakarta akan terus tumbuh. Apalagi, dibanding kota-kota besar lain di dunia, harga properti kelas atas di Jakarta masih tergolong sangat murah. ‘Karena itu, Jakarta masih menjadi tujuan investasi properti yang sangat menarik,’ ujarnya.

Data Knight Frank pada akhir 2013 lalu menyebut, rata-rata harga properti kelas atas di Jakarta sebesar USD 4.099 per meter persegi. Harga tersebut masih di bawah Kuala Lumpur yang seharga USD 5.882 per meter persegi, Bangkok USD 9.234 per meter persegi, atau bahkan Singapura yang sudah melesat jauh hingga USD 31.250 per meter persegi.

Pengamat Properti Panangian Simanungkalit mengatakan, dari semua jenis properti, apartemen memang yang paling banyak dicari. Karena itu tak mengherankan jika launching ratusan unit apartemen bisa ludes terjual dalam waktu hanya beberapa jam. ‘Sebagian untuk ditinggali, sebagian untuk investasi,’ katanya.

Menurut Panangian, secara umum, kenaikan harga properti di Jakarta dan kota-kota besar di Indonesia lainnya seperti Surabaya, Medan, Bandung, dan Makassar memang akan melambat tahun ini seiring perlambatan pertumbuhan ekonomi. ‘Tahun ini saya kira kenaikan properti hanya di kisaran 10 persen,’ ucapnya.

Selain Jakarta, sepanjang tahun ini harga properti di Surabaya juga terus menunjukkan tren peningkatan. Diperkirakan, rata-rata kenaikan harga properti hingga akhir tahun nanti di kisaran 10-30 persen. Wakil Ketua Asosiasi Real Estate Broker Indonesia DPD Jatim Tritan Saputra mengatakan, kenaikan harga properti berlaku untuk semua segmen baik bawah, menengah, hingga segmen atas. Hanya saja, persentase kenaikan berbeda-beda bergantung pada segmen properti dan lokasi. “Diperkirakan, hingga akhir tahun nanti persentase kenaikan tidak berubah,” katanya kemarin (11/11).

Menurut dia, wilayah dengan pembangunan infrastruktur mengalami kenaikan harga cukup pesat. “Adanya pembangunan frontage di kawasan Ahmad Yani menarik minat pengembang membangun properti di kawasan tersebut sehingga cukup mengerek harga. Selain itu, kenaikan harga properti di wilayah surabaya timur juga terkerek terutama sejak adanya jalan MERR. Bahkan pada tahun lalu, kenaikan harga di wilayah tersebut dalam setahun bisa mencapai 50-100 persen,” jelasnya.

Faktor stabilitas ekonomi dan politik membuat properti menjadi alternatif investasi yang menjanjikan. “Sedangkan dari sisi pembeli, pada awal tahun memang cenderung menahan melakukan pembelian. Kebanyakan memilih wait and see karena situasi politik. Kemudian, pada pertengahan tahun khususnya end user mulai melakukan pembelian properti kembali,” urainya.

Sebelumnya, Bank Indonesia Wilayah IV Jatim mencatat rata-rata harga properti residensial di empat kota di Jatim yaitu Surabaya, Gresik, Sidoarjo, dan Mojokerto pada triwulan pertama 2014 menunjukkan peningkatan. Hal itu terlihat dari kenaikan Indeks Harga Properti Residensial (IHPR) yang meningkat 4,26 persen dibandingkan triwulan sebelumnya.

Berdasarkan tipe rumah yang ditawarkan, kenaikan IHPR tertinggi terjadi pada rumah tipe besar yaitu sebesar 5,8 persen disusul oleh tipe menengah 5,2 persen. “Sedangkan tipe rumah kecil hanya naik 1,4 persen,” kata Kepala Perwakilan Bank Indonesia Wilayah IV Jawa Timur Dwi Pranoto. (owi/res/sof)

Responden Survei Harga Properti Residensial (SHPR) menyatakan bahwa kenaikan harga bahan bangunan, kenaikan upah pekerja, tingginya biaya perizinan menjadi pendorong kenaikan rata-rata harga perumahan pada triwulan pertama 2014. Di samping itu, upaya pengembang untuk memberikan penambahan fasilitas umum yang memadai juga menjadi alasan kenaikan harga yang ditawarkan. SHPR dilakukan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah IV terhadap 71 perusahaan pengembang proyek perumahan di empat kota besar di Jatim.

Kenaikan harga juga diiringi dengan penurunan volume permintaan pembelian properti residensial untuk rumah tipe menengah dan tipe besar masing-masing turun 7,3 persen dan 13,8 persen. Sebaliknya rumah untuk tipe kecil justru naik 15,4 persen dibandingkan triwulan IV/2013.

Dwi menuturkan, responden memprediksi kenaikan harga properti masih akan berlanjut pada triwulan kedua 2014. “Ini tercermin dari perkiraan kenaikan IHPR sebesar 2,3 persen dibandingkan triwulan pertama 2014,” ujarnya. Perkiraan kenaikan harge tertinggi terjadi pada rumah tipe kecil yaitu sebesar 4,93 persen, disusul tipe besar 4,61 persen dan tipe menengah 0,46 persen.

Sedangkan menurut proyeksi BI pada triwulan keempat ini, Surabaya termasuk dalam wilayah yang pelambatan kenaikan harga propertinya tertinggi. Diperkirakan, kenaikan harga rumah kecil sebesar 8,16 persen, rumah menengah 7,24 persen dan rumah besar 4,14 persen. Kalau dibandingkan triwulan ketiga terlihat terjadi pelambatan, dimana masing-masing kenaikan untuk rumah kecil, menengah dan besar secara berurutan, 12,26 persen, 16,67 persen dan 6,42 persen. (owi/res/sof)

 

 

K enaikan Harga Properti Dunia

(Periode September 2013 – September 2014)

 

Peringkat        Kota                            Nega ra                                   %

 

1                      Jakarta                         Indones ia                    27,3

2                      Los Angeles                Amerika Serikat         16,3

3                      Tel Aviv                      Israel                           14,0

4                      Dublin                                     Irlandia                       12,7

5                      San Francisco              Amerika Serikat         12,2

6                      Sydney                        Austr alia                    11,6

7                      Miami                         Amerika Serikat         11,5

8                      Cape Town                  Afrika Selatan             9,5

9                      Bengaluru                   In dia                           9,1

10                    London                        Inggris                                     7,4

 

Sumber: Knight Frank

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/