SUMUTPOS.CO – Ratu kecantikan Honduras ditemukan tewas terbunuh hanya beberapa hari sebelum ia ikut serta dalam kompetisi Miss World di London.
Jasad Maria Jose Alvarado, 19, dan kakaknya, Sofia, 23, ditemukan dikubur dekat sebuah sungai di Santa Barbara, sekitar 180 kilometer dari ibukota Tegucigalpa, ujar Leandro Osoria, pemimpin unit penyelidikan kriminal setempat.
Alvarado, seorang mahasiswi yang bercita-cita menjadi diplomat karir, semula dijadwalkan untuk tampil di ajang Miss World yang akan dimulai hari Kamis (20/11) dan mencapai finalnya di London pada tanggal 14 Desember.
Ia dan kakaknya telah menghilang sejak Kamis pekan lalu (13/11), setelah mereka terlihat meninggalkan sebuah pesta dengan memasuki sebuah mobil tanpa plat.
“Saya dapat mengkonfirmasi bahwa kakak-beradik Alvarado telah ditemukan. Kami juga telah mendapat senjata yang digunakan dalam pembunuhan, dan kendaraan yang digunakan untuk mengangkut mereka ke lokasi di mana mereka dikubur,” ujar Oscario kepada stasiun televisi lokal.
Menteri Dalam Negeri Arturo Corrales mengatakan kepada media Honduras, Plutarco Ruiz, kekasih Sofia Alvarado, menjadi tersangka dalam kasus ini. Polisi telah menahan Ruiz dan seorang pria lainnya, Selasa (18/11), dan menyita dua pistol.
Alvarado dinobatkan sebagai Miss Honduras World 2014 di bulan April, mengalahkan 18 kontestan lainnya. Menurut biografi singkatnya di website Miss World, ia keranjingan lip gloss dan website Wikipedia.
Penyelenggara Miss World, yang dimulai di Inggris pada dekade 1950an, belum merespon permintaan untuk berkomentar mengenai tragedi ini.
Honduras merupakan salah satu negara dengan tingkat kekerasan tertinggi, dengan jumlah pembunuhan di atas 90 orang untuk setiap 100.000 anggota populasi. Dua kali lipat tingkat pembunuhan di negara-negara tetangganya seperti Venezuela, Belize dan El Salvador.
Kartel narkoba dari Meksiko sudah merambah Honduras dalam beberapa tahun belakangan ini, menjadikan Honduras dan negara-negara Amerika Tengah menjadi tempat persinggahan bagi penyelundup kokain dari Amerika Selatan menuju Amerika Serikat, dan ini telah berandil mendorong tingkat kekerasan. (VOA)