29 C
Medan
Saturday, November 23, 2024
spot_img

Utamakan Jual kepada Pengecer Pangkalan Gas Didemo Warga

akhrul rozi/sumut pos DEMO: Puluhan ibu rumah tangga menggelar demo di pangkalan gas 3 kg yang berada di Jalan Komodor Laut Yos Sudarso Km 19,5 Kelurahan Pekan Labuhan Kecamatan Medan Labuhan, Rabu (10/12) kemarin.
akhrul rozi/sumut pos
DEMO: Puluhan ibu rumah tangga menggelar demo di pangkalan gas 3 kg yang berada di Jalan Komodor Laut Yos Sudarso Km 19,5 Kelurahan Pekan Labuhan Kecamatan Medan Labuhan, Rabu (10/12) kemarin.

BELAWAN, SUMUTPOS.CO- Pangkalan penjual gas 3 kilogram (kg) di Jalan Komodor Laut Yos Sudarso Km 19,5 Lingkungan 20 Kelurahan Pekan Labuhan Kecamatan Medan Labuhan, didemo puluhan ibu rumah tangga pada, Rabu (10/12) kemarin.

Pasalnya, warga geram karena ditengah terjadi kelangkaan gas saat ini, justru pengelola pangkalan lebih mengutamakan menjual gas elpiji bersubsidi kepada pengecer dari pada masyarakat.

Dalam aksinya, puluhan ibu rumah tangga dengan membawa tabung elpiji kosong ramai-ramai mendatangi lokasi pangkalan. Melihat kemunculan warga, pengelola pangkalan langsung menutup pagar. Merasa kesal, warga lantas berteriak dan menyoraki, Fauziah yang notabene adalah  istri dari pemilik pangkalan elpiji.

“Kami hanya butuh satu tabung gas saja untuk memasak di rumah. Kenapa dibilang habis. Tapi, kalau pengecer yang beli bertabung-tabung dengan mempergunakan becak tetap dilayani,” ujar, Hanum (34) salah seorang warga.

Selain menjual kepada pengecer dalam jumlah besar, pangkalan yang terdaftar atas nama, Muslim di PT Bening Indah Jaya selaku agen penyalur, juga menjual di atas Harga Eceran Tertinggi (HET), yakni Rp18.000. Padahal, HET elpiji 3 kg di Kota Medan hanya Rp13.000. Karenanya, kaum ibu yang melakukan demo tadi berharap agar pengelola pangkalan tadi ditindak.

“Sudah belinya mahal, itupun tetap saja diacuhkan. Kami beli dengan dia Rp18 ribu. Pokoknya keterlaluan kali lah orang ini. Apalagi pengecer yang beli di sini selalu diberikan. Padahal kalau gas sudah sampai ke tangan pengecer, harganya bias Rp23 ribu per tabung 3 kg,” tambah Hanum.

Menanggapi aksi demo yang terjadi di depan rumahnya, Fauziah, pengelola pangkalan mengakui kalau jatah elpiji yang dipasok dari agen ke pangkalannya sebanyak 250 tabung per hari. Dari kuota tersebut, sebagian dijualnya kepada pengecer. Namun, ia membantah tudingan masyarakat yang menyebut menjual gas 3 kg seharga Rp18 ribu.

“Saya menjual gas kepada 24 orang pengecer, dengan jatah bervariasi. Kalau harga gas yang saya jual ke masyarakat Rp16 ribu, bukan Rp18 ribu,” katanya.

Di tempat terpisah, Ketua Migas Watch Sumatera Utara, Rion Aritonang mengatakan jika program konversi gas elpiji 3 kg yang digulirkan pemerintah pusat akan menimbulkan permasalahan di masyarakat.

Pasalnya, dalam hal pendataan bagi masyarakat pengguna elpiji, Pemko maupun Pemkab di Sumatera Utara tidak memiliki data yang valid. (rul/ije)

akhrul rozi/sumut pos DEMO: Puluhan ibu rumah tangga menggelar demo di pangkalan gas 3 kg yang berada di Jalan Komodor Laut Yos Sudarso Km 19,5 Kelurahan Pekan Labuhan Kecamatan Medan Labuhan, Rabu (10/12) kemarin.
akhrul rozi/sumut pos
DEMO: Puluhan ibu rumah tangga menggelar demo di pangkalan gas 3 kg yang berada di Jalan Komodor Laut Yos Sudarso Km 19,5 Kelurahan Pekan Labuhan Kecamatan Medan Labuhan, Rabu (10/12) kemarin.

BELAWAN, SUMUTPOS.CO- Pangkalan penjual gas 3 kilogram (kg) di Jalan Komodor Laut Yos Sudarso Km 19,5 Lingkungan 20 Kelurahan Pekan Labuhan Kecamatan Medan Labuhan, didemo puluhan ibu rumah tangga pada, Rabu (10/12) kemarin.

Pasalnya, warga geram karena ditengah terjadi kelangkaan gas saat ini, justru pengelola pangkalan lebih mengutamakan menjual gas elpiji bersubsidi kepada pengecer dari pada masyarakat.

Dalam aksinya, puluhan ibu rumah tangga dengan membawa tabung elpiji kosong ramai-ramai mendatangi lokasi pangkalan. Melihat kemunculan warga, pengelola pangkalan langsung menutup pagar. Merasa kesal, warga lantas berteriak dan menyoraki, Fauziah yang notabene adalah  istri dari pemilik pangkalan elpiji.

“Kami hanya butuh satu tabung gas saja untuk memasak di rumah. Kenapa dibilang habis. Tapi, kalau pengecer yang beli bertabung-tabung dengan mempergunakan becak tetap dilayani,” ujar, Hanum (34) salah seorang warga.

Selain menjual kepada pengecer dalam jumlah besar, pangkalan yang terdaftar atas nama, Muslim di PT Bening Indah Jaya selaku agen penyalur, juga menjual di atas Harga Eceran Tertinggi (HET), yakni Rp18.000. Padahal, HET elpiji 3 kg di Kota Medan hanya Rp13.000. Karenanya, kaum ibu yang melakukan demo tadi berharap agar pengelola pangkalan tadi ditindak.

“Sudah belinya mahal, itupun tetap saja diacuhkan. Kami beli dengan dia Rp18 ribu. Pokoknya keterlaluan kali lah orang ini. Apalagi pengecer yang beli di sini selalu diberikan. Padahal kalau gas sudah sampai ke tangan pengecer, harganya bias Rp23 ribu per tabung 3 kg,” tambah Hanum.

Menanggapi aksi demo yang terjadi di depan rumahnya, Fauziah, pengelola pangkalan mengakui kalau jatah elpiji yang dipasok dari agen ke pangkalannya sebanyak 250 tabung per hari. Dari kuota tersebut, sebagian dijualnya kepada pengecer. Namun, ia membantah tudingan masyarakat yang menyebut menjual gas 3 kg seharga Rp18 ribu.

“Saya menjual gas kepada 24 orang pengecer, dengan jatah bervariasi. Kalau harga gas yang saya jual ke masyarakat Rp16 ribu, bukan Rp18 ribu,” katanya.

Di tempat terpisah, Ketua Migas Watch Sumatera Utara, Rion Aritonang mengatakan jika program konversi gas elpiji 3 kg yang digulirkan pemerintah pusat akan menimbulkan permasalahan di masyarakat.

Pasalnya, dalam hal pendataan bagi masyarakat pengguna elpiji, Pemko maupun Pemkab di Sumatera Utara tidak memiliki data yang valid. (rul/ije)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/