26 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Psikolog: Sadism Itu Puas Ketika Menyiksa

Sadism-Ilustrasi
Sadism-Ilustrasi

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Prilaku seks menyimpang Syafrizal, menurut psikolog Irna Minauli, merupakan seksual sadism. Yakni suatu kelainan seksual di mana seseorang memperoleh kepuasan ketika ia menyakiti, melukai atau mempermalukan seseorang atau pasangannya.

Jika aktifitas seksual yang melibatkan sadism ini konsensual atau disetujui kedua pihak, perilaku ini disebut sadomasochism. Bisa jadi partnernya adalah seseorang dengan seksual masochism, di mana seseorang merasakan kepuasan ketika ia disakiti, atau dipermalukan seseorang.

Perilaku seksual ini seringkali menunjukkan hasrat atau keinginan seorang sadis untuk mendominasi orang lain baik secara seksual atau psikologi. Beberapa aktifitas sadism memang tidak terlalu berbahaya dan hanya sampai pada tingkatan mempermalukan orang lain (misalnya mengencingi seseorang), namun ada juga yang sampai pada tindakan criminal yang mengakibatkan kematian.

Beberapa hal yang dilakukan misalnya membatasi gerakan seseorang dengan menggunakan, rantai, borgol atau tali. Ada juga yang sampai memukul, mencambuk, membakar menyetrum, atau menggigit, memotong, memperkosa, membunuh, bahkan memutilasi korbannya.

Pada beberapa kasus yang lebih ekstrim, seksual sadism bisa berakhir kematian, terutama ketika sorang sadis tersebut memang memiliki paraphilia atau kelainan seksual yang sudah sangat parah dan juga mengalami antisocial personality disorder. Atau yang juga sering dikenal dengan psychopath, sociopath atau dissocial, yaitu kondisi di mana orang tersebut memiliki tingkah laku yang sama sekali tidak peduli dengan hak, keamanan atau perasaan orang lain.

“Umumnya para pelaku memiliki gangguan dalam cara berpikirnya. Mereka beranggapan bahwa erangan karena kesakitan itu merupakan suatu bentuk kenikmatan seksual. Sebab, mereka beranggapan bahwa semakin kesakitan pasangannya maka semakin puas pasangannya. Inilah bentuk penyimpangan pemikiran dari para sadism,” ucapnya.

“Para pelaku Sadism cenderung akan melakukan kekerasan dalam rumah tangga khususnya kekerasan seksual,” sambungnya. “Akan tetapi, ketika mereka berhubungan seksual dengan yang normal, maka akan menimbulkan masalah bagi mereka yang tidak mengalami gangguan,” cetusnya.

Saat disinggung apa penyebab mereka yang melakukan hal tersebut, Irna mengatakan, penyebabnya tidak begitu jelas. Namun, diperkirakan masalah yang utama tersebut disebabkan mereka menjadi korban kekerasan seksual pada masa kanak-kanak. “Penyebabnya tidak begitu jelas. Akan tetapi masalah pelecehan seksual pada masa kanak-kanak diperkirakan memberi sumbangan yang besar bagi terjadinya perilaku sadism,” pungkasnya.(ind/trg)

Sadism-Ilustrasi
Sadism-Ilustrasi

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Prilaku seks menyimpang Syafrizal, menurut psikolog Irna Minauli, merupakan seksual sadism. Yakni suatu kelainan seksual di mana seseorang memperoleh kepuasan ketika ia menyakiti, melukai atau mempermalukan seseorang atau pasangannya.

Jika aktifitas seksual yang melibatkan sadism ini konsensual atau disetujui kedua pihak, perilaku ini disebut sadomasochism. Bisa jadi partnernya adalah seseorang dengan seksual masochism, di mana seseorang merasakan kepuasan ketika ia disakiti, atau dipermalukan seseorang.

Perilaku seksual ini seringkali menunjukkan hasrat atau keinginan seorang sadis untuk mendominasi orang lain baik secara seksual atau psikologi. Beberapa aktifitas sadism memang tidak terlalu berbahaya dan hanya sampai pada tingkatan mempermalukan orang lain (misalnya mengencingi seseorang), namun ada juga yang sampai pada tindakan criminal yang mengakibatkan kematian.

Beberapa hal yang dilakukan misalnya membatasi gerakan seseorang dengan menggunakan, rantai, borgol atau tali. Ada juga yang sampai memukul, mencambuk, membakar menyetrum, atau menggigit, memotong, memperkosa, membunuh, bahkan memutilasi korbannya.

Pada beberapa kasus yang lebih ekstrim, seksual sadism bisa berakhir kematian, terutama ketika sorang sadis tersebut memang memiliki paraphilia atau kelainan seksual yang sudah sangat parah dan juga mengalami antisocial personality disorder. Atau yang juga sering dikenal dengan psychopath, sociopath atau dissocial, yaitu kondisi di mana orang tersebut memiliki tingkah laku yang sama sekali tidak peduli dengan hak, keamanan atau perasaan orang lain.

“Umumnya para pelaku memiliki gangguan dalam cara berpikirnya. Mereka beranggapan bahwa erangan karena kesakitan itu merupakan suatu bentuk kenikmatan seksual. Sebab, mereka beranggapan bahwa semakin kesakitan pasangannya maka semakin puas pasangannya. Inilah bentuk penyimpangan pemikiran dari para sadism,” ucapnya.

“Para pelaku Sadism cenderung akan melakukan kekerasan dalam rumah tangga khususnya kekerasan seksual,” sambungnya. “Akan tetapi, ketika mereka berhubungan seksual dengan yang normal, maka akan menimbulkan masalah bagi mereka yang tidak mengalami gangguan,” cetusnya.

Saat disinggung apa penyebab mereka yang melakukan hal tersebut, Irna mengatakan, penyebabnya tidak begitu jelas. Namun, diperkirakan masalah yang utama tersebut disebabkan mereka menjadi korban kekerasan seksual pada masa kanak-kanak. “Penyebabnya tidak begitu jelas. Akan tetapi masalah pelecehan seksual pada masa kanak-kanak diperkirakan memberi sumbangan yang besar bagi terjadinya perilaku sadism,” pungkasnya.(ind/trg)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/