SUMUTPOS.CO – Raja baru Arab Saudi, Salman bin Abdul Aziz Al Saud, dikenal cakap berdiplomasi. Ia menjadi gubernur Riyadh selama hampir 50 tahun dan dikenal sebagai mediator handal dalam menyelesaikan perselisihan di dalam keluarga kerajaan itu.
Peran Salman, 79, semakin bertambah sejak 2014 lalu setelah Raja Abdullah, yang juga abang tirinya, sakit-sakitan. Abdullah tutup usia Jumat dini hari (23/1) dalam usia 90 tahun.
Salman menjabat sebagai Menteri Pertahanan Arab Saudi sejak 2011 dan memimpin militer negara itu sewaktu bergabung bersama Amerika Serikat dan negara-negara Arab lain melakukan serangan udara terhadap Suriah pada 2014 guna melawan militan Negara Islam (ISIS) – kelompok militan Sunni yang mulai dinilai Saudi sebagai ancaman terhadap stabilitas nasionalnya.
Salman banyak memainkan peran ketika kelompok ultra-konservatif negara pengekspor minyak terbesar di dunia itu berupaya menghadapi tekanan sosial dari kaum muda Arab Saudi.
Lebih dari separuh jumlah penduduk Arab Saudi yang berjumlah 20 juta orang itu berusia di bawah 25 tahun. Kaum muda ini kerap menguji aturan dan sikap kerajaan atas perkembangan kebebasan berpendapat di Internet, yang tak jarang diwarnai kritik terhadap keluarga kerajaan.
Namun kesehatan raja baru ini menjadi keprihatinan serius. Ia pernah terserang stroke sedikitnya satu kali, yang membatasi gerakan lengan kirinya.
Raja Abdullah semasa berkuasa sempat melakukan sejumlah reformasi guna memodernisasi negara itu, termasuk meningkatkan pendidikan dan memberi hak politik yang lebih besar kepada kaum perempuan Arab Saudi. Salman menyetujui reformasi yang dilakukan, meski ia juga menyuarakan keprihatinan karena menurutnya reformasi berlangsung terlalu cepat.
Putra mahkota Arab Saudi yang baru ditunjuk menjadi raja baru, Salman bin Abdulaziz Al Saud, saat mendampingi Presiden AS Barack Obama di Rawdat Khuraim, Arab Saudi, 2014.Putra mahkota Arab Saudi yang baru ditunjuk menjadi raja baru, Salman bin Abdulaziz Al Saud, saat mendampingi Presiden AS Barack Obama di Rawdat Khuraim, Arab Saudi, 2014.
Menurut dokumen pertemuan yang dibocorkan oleh Wikileaks, dalam sebuah pertemuan pada 2007, Salman mengatakan kepada Duta Besar Amerika untuk Saudi ketika itu, “karena faktor-faktor sosial dan budaya yang lebih berperan dibanding agama maka perubahan harus dilakukan secara perlahan dan dengan penuh kehati-hatian”. Tampaknya ia merujuk pada begitu banyaknya suku-suku di kerajaan tersebut.
Pada 2010, dalam wawancara dengan Karen Elliot House, penulis buku “On Saudi Arabia: Its People, Religion, Fault Lines”, Salman mengatakan jika Amerika bisa bersatu karena demokrasi, Arab Saudi pada dasarnya bersatu karena keluarga kerajaan – the Al Sauds.
Mengutip wawancaranya itu, House mengatakan kepada Associated Press, “kita tidak bisa memiliki demokrasi di Arab Saudi karena jika kita melakukannya maka setiap kesukuan akan membentuk partai dan kemudian Arab Saudi akan bernasib seperti Irak dan kacau”, ujar Salman.
Salman adalah salah satu dari “Sudeiri Seven” atau tujuh putra yang lahir dari salah satu istri kesayangan Raja Abdul Aziz Al Saud, Hussa binti Ahmad Sudeiri. Pendahulu Abdullah, Raja Fahd, ada di antara ketujuh bersaudara itu, demikian pula dua putra mahkota pertama Abdullah, Sultan dan Nayef, masing-masing meninggal pada 2011 dan 2012 sebelum naik tahta.
Menurut surat kabar Asharq Al Awsat – sebagaimana dikutip Associated Press – Salman juga dikenal memiliki hubungan yang sangat luas dengan suku-suku di Arab Saudi dan pengaruhnya semakin memperluas jaringan bisnis keluarga kerajaan.
Pada usia relatif muda, pada 1963 Salman menjadi gubernur Riyadh dan dalam waktu 48 tahun ia berhasil mengubah kota padang pasir yang terisolasi itu menjadi kota yang dipadati gedung-gedung pencakar langit, universitas dan jaringan makan cepat saji ala Barat.
Ia juga berjuang memenuhi tuntutan ketersediaan rumah yang terjangkau dan fasilitas transportasi publik yang layak bagi empat juta penduduk kota itu. Jabatan gubernur Riyadh ini membuat Salman sangat dikenal di dunia internasional, terutama juga karena kota ini kerap didatangi utusan internasional dan tamu-tamu VIP. Salman dengan cakap berhasil mengamankan investasi asing bagi ibukota Arab Saudi itu.
Salman diangkat menjadi menteri pertahanan pada 2011 dan ketika Nayef meninggal, ia dinobatkan sebagai putra mahkota.
Putra-putra Salman antara lain Pangeran Abdulaziz yang menjabat sebagai Wakil Menteri Urusan Perminyakan, Pangeran Faisal yang juga gubernur Madinah dan Pangeran Sultan yang merupakan astronot Arab pertama dan sekaligus kepala otoritas pariwisata Arab Saudi. Namun putranya yang paling berpengaruh adalah Pangeran Mohamed – putra pertama dari istri ketiga Salman. (AP)