MEDAN, SUMUTPOS.CO – Rencana penggusuran Pasar Akik batal dilakukan. Hal itu sontak memicu kemarahan pedagang Pasar Sukaramai. Mereka pun berencana akan melakukan pemblokiran Jalan AR Hakim sebagai bentuk protes atas sikap pemerintah yang plin-plan.
Pembatalan penggusuran tersebut disampaikan Kasatpol PP kota Medan, M. Sofyan pada Minggu (22/2). Padahal melalui selebaran surat yang sudah dibagi-bagikan ke pedagang sebelumnya, pemerintah melalui Satpol PP Kota Medan akan melakukan penggusuran pada Senin (23/2). “Besok belum (digusur). Rencananya akan kita rapatkan dulu dengan instansi terkait,” ucapnya.
Sofyan mengatakan hari ini, Senin (23/2), pihaknya berencana untuk merapatkan perihal tersebut dengan instansi terkait. Salah satu hal yang akan dibicarakan adalah mengenai lokasi relokasi pedagang yang tidak memiliki tempat berjualan. Sebab, sebagian pedagang di Pasar Akik disebut-sebut memiliki kios/stand di Pasar Sukaramai.
Mengetahui batalnya penggusuran di Pasar Akik, sontak pedagang pasar Sukaramai merasa kecewa. Pedagang pun mengancam akan melakukan aksi pemblokiran jalan, hari ini (23/2). Seperti yang diungkap Sitorus, dirinya kecewa dengan sikap pemeritah tersebut. “Nggak jadi digusur! Tengoklah besok kami tutup jalan itu. Semua pedagang turun, bukan cuma sebagian aja,” ungkap Sitorus geram dan menyebut pasar yang berdiri di Jalan Akik itu penyebab sepinya pembeli di pasar Sukaramai.
Kekecewan juga dirasakan pedagang lainnya, Mia. Dirinya pun sebenarnya sudah menduga dengan janji kosong pemerintah itu. Benar saja, keyakinannya terbukti dengan tidak jadinya penggusuran tersebut.
“Kan betul kubilang. Belum bisa kita bangga sama janji pemerintah. Yang harus bangga itu ya pedagang Pasar Akik karena pemerintah nggak berani gusur mereka. Hebat kali kan yang ada di belakang pasar akik itu. Spanduknya aja udah di tulis pasar akik harga mati! Ga sadar orang itu yang salah jualan di atas jalan. Pemerintah ini cuma main-main. Udah kena sorong duit ya gitu,” ungkapnya kesal.
Dirinya pun bertanya-tanya, apakah dijual saja kios/stand yang sudah ditempati sejak September lalu itu. Sebab dirinya semakin tak yakin pasar sukaramai dapat hidup. Selain itu dirinya begitu berat jika harus menyicil pinjaman ke bank karena bunganya yang begitu besar. Dirinya berharap cicilan tersebut bisa diserahkan ke PD pasar kota Medan saja tanpa bunga. Dirinya pun khawatir jika nantinya pasar Sukaramai akan kembali dibakar.
“Kek mana ya, kujual aja apa tempatku itu? Ga ada uang ku lunasi itu. Aku bingung sampai kapan mereka jamin kami bisa jualan di sana. Nanti dibakar lagi. Bagusnya cicilan itu kami bayar aja sama PD Pasar. Habis emasku ku jual buat DP,” ungkapnya.
Dirinya juga memprotes bentuk bangunan pasar sukaramai yang tidak menarik. Dirinya mencontohkan lantai atas pasar yang tak menampakan barang dagangan yang dijual. Hanya ada lubang-lubang kecil layaknya sarang burung walet. “Tengoklah pajaknya ga nampak kain dijual di lantai atas. Sepi kayak gitu. Orang itu bodoh kenapa cuma lubang kecil dibuat di atas. Kayak lubang sarang walet ku tengok. Memangnya siapa yang mau bersarang di sana. Kasih permainan anak-anak kan bagus di atas itu biar menarik,” ungkapnya.
Pedagang lainnya, Ina mengatakan bahwa dirinya akan terus berjualan di badan jalan hingga pasar akik digusur. Dirinya tidak peduli jika harus panas-panasan, mencium polusi debu dan hujan yang setiap saat mengguyur. “Silahkan nggak digusur, tapi kami tetap jualan di badan jalan. Kami ya maunya cepat digusur. Ngapain juga aku beli kios kalau tetap harus jualan di badan jalan. Nggak ada yang mau muka hitam, badan capek gara-gara jualan di luar,” ungkapnya.