Kurator Invertebrate Zoology dari California Academy of Sciences Gary Williams pernah melakukan penelitian soal sea pen. Penelitiannya diterbitkan di jurnal ilmu pengetahuan, PLos ONE (Public Library of Science). Ada 15 foto yang dipaparkan Gary soal kehidupan sea pen. Foto-foto soal sea pen itu diambil dari beberapa perairan di Filipina.
Koral itu diberi nama sea pen karena bentuknya yang seperti pena. Meski begitu, bentuknya sendiri lebih mirip bulu, cambuk, atau cacing. Sea pen bisa tumbuh dari 5 cm hingga 2 meter. ”Sulit untuk menentukan apakah satu bentuk sea pen itu merupakan sebuah individu atau terdiri atas koloni yang menyatu,” kata Williams. Anda bisa melihat galeri sea pen milik Gary lewat link yang sudah kami singkat berikut ini: http://bit.ly/HoaxMegaPuspa.
Ternyata info palsu soal bunga termasuk kategori hoax lama bersemi kembali (HLBK). Sebab, informasi dan foto yang sama pernah menyebar pada 2015 dan 2016. Penyebarannya tidak hanya terjadi di Indonesia. Pernah juga ditemukan informasi yang sama di India, dalam bahasa Inggris. Hanya, dalam informasi yang beredar di luar negeri, gambar itu disebut sebagai nagapushpa atau naga pushpam yang mekar di Puncak Himalaya.
Nagapushpa merupakan bahasa Sanskerta. Nama itu memang merujuk pada sebuah pohon mesua ferrea. Bentuknya pohon. Berbeda jauh dengan bentuk sea pen. Pohon nagapushpa bisa ditemukan di timur Himalaya dan kawasan Western Ghats India. Pohon tersebut biasa tumbuh di ketinggian 1.500 meter di atas permukaan laut.
Jadi, kalau Anda mendapatkan kiriman gambar sea pen, yang itu disebut tanaman langka yang mekar 33 tahun sekali atau megapuspa, nagapushpa, dan naga pushpam, langsung saja katakan hoax. Sekalian bantu pengguna medsos lain agar tidak terus-menerus dikibuli.
FAKTA
Gambar yang disebut-sebut sebagai bunga megapuspa adalah soft coral jenis sea pen. Tempatnya di kedalaman laut, bukan di Puncak Jayawijaya. (gun/eko/c17/fat/jpg/ril)