Deni Nasution (32) terlihat teduh, cucu tertua kedua dari almarhum Mayor Jenderal TNI (Purn) H Raja Sjahnan (89) ini mengaku telah ikhlas meskipun ia harus kehilangan motivator hidupnya.
Bersama dengan keluarga ia mengikuti proses pemakaman kakeknyan
di Masjid Raya Al Mashun, Rabu (3/7).
Selain Deni dan keluarga, puluhan personil militer dari Kodam I/ Bukit Barisan ikut memadati tempat pemakaman. Tembakan Salvo dari Kodam I BB sebagai penghormatan terakhir mengiringi upacara pemakaman mantan Kepala Staf Kodam I/ Iskandar Muda Banda Aceh pada Juli 1968 – Maret 1970 tersebut.
Usai melaksanakan pemakaman kakeknya, Deni bercerita kepada Sumut Pos. “Atok meninggal dunia, pada hari Selasa pagi, setelah dirawat selama 5 hari di RS Mounth Elizabeth Singapura. Atok dibawa ke sana pada hari Jumat (28/6), sebelumnya kakek dirawat di RS Columbia Medan. Meninggal karena penyakit tua, faktor usia,” kata dokter di RSCM ini.
Deni mengaku pernah tinggal bersama kakeknya selama lima tahun. Dalam kesempatan itu, banyak hal yang ia pelajari dari kakeknya yang juga pernah menjabat sebagai Wakil Gubernur, ketua DPRD Sumut dan DPR/MPR RI ini. “Tamat SMA, saya lanjut ambil Kedokteran di USU. Karena di rumah atok sepi, hanya ada atok, nenek dan anak paman, saya disuruh tinggal di situ. Lima tahun saya di sana, sampai tamat kuliah. Banyak sekali kebiasaan atok yang masih saya ingat,” katanya.
Lanjutnya, kebiasaan yang dilakukan kakeknya tersebutlah yang menjadi motivasi bagi dirinya menjadi seorang yang lebih disiplin. “Atok itu disiplin sekali, bahkan dari hal terkecil sekalipun. Atok itu bangun pagi, tidur, makan semua sudah ada aturannya. Bahkan kalau sudah masuk jadwal sarapan, makan siang atau makan malam terus telat, ia sudah nanya itu, mana makanan ini. Atok itu hidupnya sangat teratur. Disiplin sekali, mungkin terbawa dengan jiwa militernya,” ujar Deni, anak dari Dewi Fauziah (anak kedua alm).
Lanjutnya, selain kedisiplinan, ia juga belajar akan semangat yang dimiliki oleh kakeknya tersebut. “Atok itu juga semangatnya tinggi sekali. Meskipun dia dari kampung pedalaman, Kotapinang, sana namun dia dapat membuktikan kesuksesannya. Atok ngajari kami semua untuk pantang menyerah, lihat saja buktinya, riwayat hidup atok luar biasa. Saya bangga punya atok seperti beliau, semangatnya itu yang sampai sekarang saya coba contoh,” katanya.
Kebiasaan kakeknya usai pensiun dari pekerjaan pun diisi dengan rutinitas yang sangat disiplin. “Aktivitas atok itu kalau di rumah bangun pagi dan salat Subuh. Dia olaraga jalan pagi sekitar rumah. Bahkan ia juga mau mencabuti rumput di halaman rumah, apapun ia lakukan untuk mengisi aktivitas. Terkadang dihabiskan untuk membaca dan lainnya. Lebaran tahun ini pastilah kita merasa kehilangan sekali. Biasanya kalau lebaran semua anak dan 12 cucunya kumpul di rumah atok. Lebaran kali tanpa dia,” katanya nada sedih.
Selain itu, inspektur upacara pemakaman secara militer almarhum Sjahnan, Kepala Staf Kodam II/BB, Brigjen TNI I Gede Sumertha KY PSC MSC dalam kata sambutannya mengatakan, semoga jalan Dharma Bakti almarhum dapat menjadi suri teladan bagi semua. Arwahnya mendapat tempat di sisi Tuhan YME.
Raja Sjahnan sempat menduduki berbagai jabatan, diantaranya sebagai ketua DPRD Sumut pada tahun 1982-1992, Dubes RI di Karachi, Pakistan pada tahun 1965 dan menjabat sebagai Wakil Gubernur Sumut tahun 1960-1965. Ia juga pernah menerima sejumlah penghargaan, antara lain Bintang Darma, Bintang Gerilya, Bintang Kartika Eka Paksi, Bintang Sewindu APRI, Setya Lencana GOM-V dan VII dan Satya Lencana Sapta Marga, Satya Lencana Wira Darma serta Satya Lencana Penegak.
mpak dalam proses pemakaman Sekda Provinsi Sumut, Nurdin Lubis mewakili Gubernur Gatot Pujo Nugroho. Pantauan Sumut Pos, almarhuma meninggalkan 6 orang anak, 3 orang laki-laki dan 3 orang perempuan dengan cucu sebanyak 12 orang yang beberapa di antaranya ikut menemani, istri almarhum, Hj Tengku Mas. Acara pemakaman dilakukan bada Zuhur. (*)
Atok Itu Hidupnya Sangat Teratur…
Deni Nasution (32) terlihat teduh, cucu tertua kedua dari almarhum Mayor Jenderal TNI (Purn) H Raja Sjahnan (89) ini mengaku telah ikhlas meskipun ia harus kehilangan motivator hidupnya.
Bersama dengan keluarga ia mengikuti proses pemakaman kakeknyan
di Masjid Raya Al Mashun, Rabu (3/7).
Selain Deni dan keluarga, puluhan personil militer dari Kodam I/ Bukit Barisan ikut memadati tempat pemakaman. Tembakan Salvo dari Kodam I BB sebagai penghormatan terakhir mengiringi upacara pemakaman mantan Kepala Staf Kodam I/ Iskandar Muda Banda Aceh pada Juli 1968 – Maret 1970 tersebut.
Usai melaksanakan pemakaman kakeknya, Deni bercerita kepada Sumut Pos. “Atok meninggal dunia, pada hari Selasa pagi, setelah dirawat selama 5 hari di RS Mounth Elizabeth Singapura. Atok dibawa ke sana pada hari Jumat (28/6), sebelumnya kakek dirawat di RS Columbia Medan. Meninggal karena penyakit tua, faktor usia,” kata dokter di RSCM ini.
Deni mengaku pernah tinggal bersama kakeknya selama lima tahun. Dalam kesempatan itu, banyak hal yang ia pelajari dari kakeknya yang juga pernah menjabat sebagai Wakil Gubernur, ketua DPRD Sumut dan DPR/MPR RI ini. “Tamat SMA, saya lanjut ambil Kedokteran di USU. Karena di rumah atok sepi, hanya ada atok, nenek dan anak paman, saya disuruh tinggal di situ. Lima tahun saya di sana, sampai tamat kuliah. Banyak sekali kebiasaan atok yang masih saya ingat,” katanya.
Lanjutnya, kebiasaan yang dilakukan kakeknya tersebutlah yang menjadi motivasi bagi dirinya menjadi seorang yang lebih disiplin. “Atok itu disiplin sekali, bahkan dari hal terkecil sekalipun. Atok itu bangun pagi, tidur, makan semua sudah ada aturannya. Bahkan kalau sudah masuk jadwal sarapan, makan siang atau makan malam terus telat, ia sudah nanya itu, mana makanan ini. Atok itu hidupnya sangat teratur. Disiplin sekali, mungkin terbawa dengan jiwa militernya,” ujar Deni, anak dari Dewi Fauziah (anak kedua alm).
Lanjutnya, selain kedisiplinan, ia juga belajar akan semangat yang dimiliki oleh kakeknya tersebut. “Atok itu juga semangatnya tinggi sekali. Meskipun dia dari kampung pedalaman, Kotapinang, sana namun dia dapat membuktikan kesuksesannya. Atok ngajari kami semua untuk pantang menyerah, lihat saja buktinya, riwayat hidup atok luar biasa. Saya bangga punya atok seperti beliau, semangatnya itu yang sampai sekarang saya coba contoh,” katanya.
Kebiasaan kakeknya usai pensiun dari pekerjaan pun diisi dengan rutinitas yang sangat disiplin. “Aktivitas atok itu kalau di rumah bangun pagi dan salat Subuh. Dia olaraga jalan pagi sekitar rumah. Bahkan ia juga mau mencabuti rumput di halaman rumah, apapun ia lakukan untuk mengisi aktivitas. Terkadang dihabiskan untuk membaca dan lainnya. Lebaran tahun ini pastilah kita merasa kehilangan sekali. Biasanya kalau lebaran semua anak dan 12 cucunya kumpul di rumah atok. Lebaran kali tanpa dia,” katanya nada sedih.
Selain itu, inspektur upacara pemakaman secara militer almarhum Sjahnan, Kepala Staf Kodam II/BB, Brigjen TNI I Gede Sumertha KY PSC MSC dalam kata sambutannya mengatakan, semoga jalan Dharma Bakti almarhum dapat menjadi suri teladan bagi semua. Arwahnya mendapat tempat di sisi Tuhan YME.
Raja Sjahnan sempat menduduki berbagai jabatan, diantaranya sebagai ketua DPRD Sumut pada tahun 1982-1992, Dubes RI di Karachi, Pakistan pada tahun 1965 dan menjabat sebagai Wakil Gubernur Sumut tahun 1960-1965. Ia juga pernah menerima sejumlah penghargaan, antara lain Bintang Darma, Bintang Gerilya, Bintang Kartika Eka Paksi, Bintang Sewindu APRI, Setya Lencana GOM-V dan VII dan Satya Lencana Sapta Marga, Satya Lencana Wira Darma serta Satya Lencana Penegak.
mpak dalam proses pemakaman Sekda Provinsi Sumut, Nurdin Lubis mewakili Gubernur Gatot Pujo Nugroho. Pantauan Sumut Pos, almarhuma meninggalkan 6 orang anak, 3 orang laki-laki dan 3 orang perempuan dengan cucu sebanyak 12 orang yang beberapa di antaranya ikut menemani, istri almarhum, Hj Tengku Mas. Acara pemakaman dilakukan bada Zuhur. (*)