30 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Batman Capek

Bruce Wayne pun mengakui dia sudah tua. Menyampaikan kepada Alfred, bahwa dia sudah lebih tua daripada ayahnya dulu ketika dibunuh (dan menginspirasi Wayne untuk menjadi pembasmi kejahatan).

Saking lamanya pula waktu berlalu, Batman versi ini sudah kehilangan banyak teman. Termasuk Robin yang sudah tewas (kostumnya terlihat dipajang dengan coretan ledekan dari sang pembunuh, The Joker).

Mungkin karena sudah tua dan terlalu lama mencoba membasmi kejahatan, Batman versi film ini seperti sudah capek. Sudah jutek. Sudah tidak mau basa-basi lagi.

Hajar! Tembak! Tusuk! Tabrak!

Keren!!!!

Karena seberapa keras pun dia berusaha, yang namanya penjahat tidak pernah berhenti bermunculan.

’’Dua puluh tahun di (Kota) Gotham. Kita sudah melihat betapa tidak berartinya janji-janji. Berapa banyak orang baik yang tersisa? Berapa banyak yang tetap menjadi baik?’’ ucap Batfleck.

’’Penjahat itu seperti rumput, Alfred. Cabut satu, penggantinya tumbuh di tempat yang sama,’’ ucapnya di adegan lain.

Karena toh bakal terus ada yang jahat, ya sudah. Batman yang ini benar-benar tidak banyak berpikir dalam membasmi.

Hajar! Tembak! Banting! Patahkan! Ledakkan!

Keren!!!!!

Bagi anak muda, yang hidupnya belum panjang dan belum gampang lelah, mungkin sulit memahami apa yang dirasakan Batman versi film ini.

Sedangkan bagi banyak orang dewasa yang telah menghabiskan banyak waktunya melakukan dan memperjuangkan sesuatu, mungkin kita bisa memahami mengapa Batman jadi begitu jutek.

Satu koruptor ditangkap, yang lain muncul. Kadang di tempat yang sama. Satu penjambret ditahan, yang lain muncul. Kadang beraksi di tempat yang sama.

Satu pejabat yang meresahkan diganti, yang lain muncul. Kadang di tempat yang sama.

Apa pun regulasinya, apa pun hukumannya, tidak membuat unsur jera. Bikin banyak orang capek membaca beritanya, capek mendengar perkembangannya, capek membayangkan kelanjutannya.

Sayang, tidak ada Batman beneran di sekitar kita. Batman yang berani dan rela mengambil langkah ’’ekstra legal’’ (baca: ilegal) untuk membasmi kejahatan. Khususnya Batman yang sudah capek seperti Batfleck. Yang tidak butuh banyak dialog, diskusi, basa-basi, dalam menyelesaikan masalah.

Batman yang tidak membuang banyak waktu karena segalanya harus diselesaikan secara bermusyarawah.

Hajar! Tangkap! Borgol! Tembak! Tabrak! Ledakkan! Hancurkan!

Keren!!!!!! (*)

Bruce Wayne pun mengakui dia sudah tua. Menyampaikan kepada Alfred, bahwa dia sudah lebih tua daripada ayahnya dulu ketika dibunuh (dan menginspirasi Wayne untuk menjadi pembasmi kejahatan).

Saking lamanya pula waktu berlalu, Batman versi ini sudah kehilangan banyak teman. Termasuk Robin yang sudah tewas (kostumnya terlihat dipajang dengan coretan ledekan dari sang pembunuh, The Joker).

Mungkin karena sudah tua dan terlalu lama mencoba membasmi kejahatan, Batman versi film ini seperti sudah capek. Sudah jutek. Sudah tidak mau basa-basi lagi.

Hajar! Tembak! Tusuk! Tabrak!

Keren!!!!

Karena seberapa keras pun dia berusaha, yang namanya penjahat tidak pernah berhenti bermunculan.

’’Dua puluh tahun di (Kota) Gotham. Kita sudah melihat betapa tidak berartinya janji-janji. Berapa banyak orang baik yang tersisa? Berapa banyak yang tetap menjadi baik?’’ ucap Batfleck.

’’Penjahat itu seperti rumput, Alfred. Cabut satu, penggantinya tumbuh di tempat yang sama,’’ ucapnya di adegan lain.

Karena toh bakal terus ada yang jahat, ya sudah. Batman yang ini benar-benar tidak banyak berpikir dalam membasmi.

Hajar! Tembak! Banting! Patahkan! Ledakkan!

Keren!!!!!

Bagi anak muda, yang hidupnya belum panjang dan belum gampang lelah, mungkin sulit memahami apa yang dirasakan Batman versi film ini.

Sedangkan bagi banyak orang dewasa yang telah menghabiskan banyak waktunya melakukan dan memperjuangkan sesuatu, mungkin kita bisa memahami mengapa Batman jadi begitu jutek.

Satu koruptor ditangkap, yang lain muncul. Kadang di tempat yang sama. Satu penjambret ditahan, yang lain muncul. Kadang beraksi di tempat yang sama.

Satu pejabat yang meresahkan diganti, yang lain muncul. Kadang di tempat yang sama.

Apa pun regulasinya, apa pun hukumannya, tidak membuat unsur jera. Bikin banyak orang capek membaca beritanya, capek mendengar perkembangannya, capek membayangkan kelanjutannya.

Sayang, tidak ada Batman beneran di sekitar kita. Batman yang berani dan rela mengambil langkah ’’ekstra legal’’ (baca: ilegal) untuk membasmi kejahatan. Khususnya Batman yang sudah capek seperti Batfleck. Yang tidak butuh banyak dialog, diskusi, basa-basi, dalam menyelesaikan masalah.

Batman yang tidak membuang banyak waktu karena segalanya harus diselesaikan secara bermusyarawah.

Hajar! Tangkap! Borgol! Tembak! Tabrak! Ledakkan! Hancurkan!

Keren!!!!!! (*)

Artikel Terkait

Wayan di New York

Trump Kecele Lagi

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/