Tahun 1975, ketika Via Vallen belum lahir, pemerintah negara bagian California sudah bikin keputusan: menyediakan anggaran untuk studi kelayakan. Waktu itu Deng Xiaoping baru mengumumkan Tiongkok harus keluar dari kemiskinan.
Tahun 1992, saat film James Bond masih antara edisi Licence to Kill dan Golden Eye, pemerintah pusat menyetujui program kereta cepat California. Tahun 2008 dilakukan pemungutan suara: apakah rakyat California setuju. Dibarengkan dengan pemilu saat itu.
Pertanyaan di kartu suara saat itu: apakah setuju pemerintah negara bagian California cari utangan. Berbentuk obligasi. Sebesar USD 9,95 miliar. Sekitar Rp 120 triliun. Hasilnya: 53 persen setuju.
Suara setuju itu umumnya dari penduduk kota. Orang-orang di daerah menolak. Anggota partai Demokrat umumnya setuju. Partai Republik menolak. Tapi suara 53 persen cukup untuk memulai proyek kereta cepat ini.
Apalagi Presiden Obama sangat mendukung. Pemerintah Federal memberi dana USD 3,5 miliar. Hampir Rp 40 triliun.
Dana awal ada. Kalau tidak digunakan akan hangus. Dimulailah proyek ini: pay as you go.
Kini nasib proyek ini menjadi lebih tidak jelas: dari mana akan dapat dana tambahannya. Terus berubahnya angka membuat yang mau meminjami ragu.
Apalagi yang mau investasi. Masih banyak sekali kendala di lapangan. Begitu banyak gugatan.
Belum lagi soal yang berat ini: pembuatan terowongan sepanjang 36 mil di bawah gunung. Biayanya belum bisa dihitung pasti. Mungkin saja USD 26 miliar.
Bulan depan ini akan ramai. Proposal baru dari badan otorita akan dibahas terbuka. Di parlemen California.
Saat ini pun sudah mulai pemanasan. Seperti yang diucapkan senator dari Partai Republik ini: Andy Vidak. Bahwa proyek kereta cepat ini akan terus menguras pajak. Sepanjang masa. Tidak ada batasnya.
”Proyek ini sejak awal sudah terlihat seperti lubang tikus,” katanya. ”Sekarang sudah seperti goa,” tabahnya.
Sebentar lagi, kata Vidak, akan jadi neraka. Sebuah media, bulan lalu, membuat judul yang intinya berbunyi: Inilah kereta cepat jurusan entah ke mana…(***)